Pernah kah kamu mendengar istilah people-pleaser atau orang yang gak enakan dan gk bisa nolak apa pun permintaan orang lain atau bahkan kamu sendiri yang mengalaminya? Misalnya , ketika kamu lagi hectic dengan kerjaanmu tapi temenmu minta tolong ke kamu tentang kerjaan yang sebetulnya itu merupakan tanggung jawabnya. Karena kamu gk mau menyinggung perasaannya jadinya kamu bantuin deh dia dengan mengorbankan kerjaan yang kamu miliki.. Hasilnya? kerjaanmu jadi gk beres dan telat deh. Kalau ujung-ujungnya kaya gitu timbul pertanyaan.
Apakah salah menjadi orang yang terlalu baik?
Sebenernya hal yang wajar jika kita senang menolong orang lain. Tapi.. kamu perlu paham bahwa terdapat perbedaan antara menolong orang lain dengan selalu mengikuti kemauan orang lain. Karena bisa saja perilaku terlalu baik yang kamu miliki itu asalnya bukan dari perasaan ingin membantu, tapi lebih ke rasa kamu tidak mau dianggap buruk oleh orang lain. Pertanyaan selanjutnya adalah
Bagaimana cara membedakan antara membantunya people-pleaser dan membantu yang benar-benar tulus?
Oke baca sampai habis ya...
Dalam perjalanan sehari-hari mungkin kita pernah membantu orang lain seperti memberi uang ke pengemis, menolong teman yang kesusahan dalam pelajaran, atau hal-hal lainnya yang ketika kamu selesai melakukannya hatimu menjadi tenang, senang, dan bahagia padahal kamu gk dapat imbal balik dari orang itu secara langsung. Nah, hal seperti itu namanya Altruisme. Altruisme adalah tindakan sukarela untuk membantu orang lain tanpa pamrih, atau ingin sekadar beramal baik ( Schroder, Penner, Dovido, & Piliavin, 1995).Â
Pada dasarnya semua orang mempunyai sifat altruis dan senang membantu. Sifat altruis itu terbentuk karena sesuatu yang namanya multilevel selection. Singkatnya, teori ini mengatakan jika sejak lahir manusia itu hidup dalam kelompok dan berkompetisi tidak hanya per individu saja tapi antar grup juga. Kompetisi itu bisa kita sebut sebagai seleksi alam.
Dari seleksi alam itu orang-orang yang lebih hebat mempunyai kemungkinan yang lebih tinggi untuk dapat bertahan hidup dan mewariskan keturunan. Nah, agar bisa bertahan hidup nenek moyang kita harus bekerja sama dengan orang lain di kelompoknya . Kelompok yang lebih kooperatif akan memiliki kemungkinan yang besar untuk bisa bertahan hidup dibanding kelompok lainnya. Dengan cara tadi jadilah orang-orang di zaman modern ini diisi oleh kumpulan orang-orang yang bisa survive dan mempunyai sifat altruisme.
 Jadi, bisa dibilang rasa senang dan ikhlas yang kamu rasain saat membantu orang itu secara evolusi itu ditujukan agar kamu dan orang lain bisa survive secara bersamaan. Beda halnya dengan people-pleaser atau sikap yang terlalu baik. Mengapa bisa berbeda?. Karena ketika kamu selalu mengikuti keinginan orang lain sampai-sampai mengorbankan kebebasan kamu sendiri kemungkinan besar hal itu bukan didasari dari rasa ingin membantu.Â
Hal itu bisa jadi  didasari oleh obsesi atas reputasi dirimu sendiri dalam pandangan orang lain. Untuk people-pleaser reputasi itu penting. Mereka takut jika dirinya tidak disukai oleh orang lain dan tidak diterima oleh lingkungannya. Jadi mereka berharap dengan mengatakan " YA" dan menuruti keinginan semua oran, hal  itu bakal membantu mereka untuk diterima dan disukai. Mereka membutuhkan pengakuan dan validasi.
Contohnya, bulan depan temanmu ulang tahun dan kamu ingin  memberikan hadiah baju ke dia tapi temenmu lebih seneng kalau dia dihadiahin tas LV yang kamu sendiri belum tentu mampu beli itu. Karena kamu takut untuk dibenci, gk disukai, ditinggalin, maka kamu maksain untuk kasih hadiah tas LV tersebut. Bahkan jika kamu harus sampai berhutang ke orang lain untuk beli hadiah, itu pun dengan senang hati kamu lakukan. Efeknya mungkin kamu akan mendapatkan yang kamu inginkan. Pengakuan dan pujian. Tapi akhirnya? isi dompet terkuras. Pasti kamu kesel tapi dipendam. Betul kan?
Kalau kasusnya seperti itu bisa aja itu tanda kalau kamu berbuat baik bukan karena senang, tapi sebenernya kamu takut akan ekspetasi buruk orang lain terhadap kita, takut ditinggalin orang lain, takut tidak mempunyai teman lagi dan sebagainya. Dengan kata lain, jangan-jangan sumber bahagia mu itu ada pada orang lain. Sebenernya kamu kesel dan gk enak tapi kamu pura-pura senang aja. Hal ini berbeda dengan konsep alturisme yang telah penulis sampaikan di awal. Kalau alturisme ini kamu membantu dengan dasar ingin membantu, ketika kamu gk bisa membantu orang ya kamu berani untuk mengatakan "ENGGAK", ketika hal itu berlawanan dengan prinsipmu.