Mohon tunggu...
Rahmadi Suardi
Rahmadi Suardi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pembaca dan penulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengkritik Diri Sendiri

15 November 2017   12:10 Diperbarui: 15 November 2017   12:22 2113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jika kamu ingin menulis untuk mengkritik orang lain maka tulislah untuk dirimu sendiri. Menulis kritik itu akan lebih baik bagi dirimu ketimbang untuk orang lain. Orang lain belum tentu mau berubah karena dikritik. Sedangkan kamu berubah atau tidak keputusannya ada pada diri sendiri. Jika kamu ingin menjadi orang yang lebih baik maka berubahlah.

Saat terus melakukan kritikan pada orang lain maka lama kelamaan kita akan menjadi seorang pengkritik yang ahli. Sebab seseorang yang benar sekalipun pasti memiliki kesalahan. Tidak ada manusia yang bebas dari kesalahan. Hanya saja setiap orang memiliki kecendrungan mana lebih banyak antara kesalahan dan benar yang dilakukannya.

Mengkritik diri sendiri lebih baik daripada mengkritik orang lain. Kritik Itu akan memberi kontribusi menjadikan diri lebih baik dari sebelumnya. Kita tahu bahwa kita melakukan kesalahan, namun kadang tidak mau mengakuinya. Melakukan kritik pada diri sendiri dapat mengawasi diri dari kesalahan yang kita buat. Lalu sekuat tenaga membuatnya lebih baik dari sebelumnya.

Jika memiliki sebuah keahlian yang bermanfaat seperti memndeteksi kejelekan orang lain kenapa tidak gunakan untuk diri sendiri? Menggunakannnya untuk diri sendiri jauh lebih baik ketimbang untuk orang lain. Kita juga bukan hakim yang beerwenang memberikan penilaian pada orang lain. Selalu ada pihak yang akan mengurus yang berbuat kesalahan.

Hidup berjalan maju dengan segala perubahan-perubahan yang terjadi. Kita tidak tahu seseorang hidupnya akan berakhir seperti apa. Kita pikir hidup kita hari ini lebih baik dari orang lain. Bisa saja orang yang kita pikir jelek hari ini jauh lebih baik dibanding kita di masa yang akan datang. Kita tidak tahu kejutan apa yang akan didapatkan seseorang di masa depannya.

Jadilah orang yang selalu rendah hati dengan orang lain. Seperti nasehat lama bahwa hidup ini kadang diatas dan kadang dibawah. Orang yang kita pikir jelek berada jauh dibawah kita memiliki kemungkinan di atas suatu hari nanti. Kalau pun ia mati maka menceritakan orang yang telah mati dengan kejelekannya tidak baik. Tidak ada kesempatan bagi kita merasa tinggi dibanding orang lain.

Jadilah selalu orang yang rendah hati dengan terus belajar. Sampai mati kita tidak boleh berhenti belajar. Saat berhenti belajar itu adalah tanda kita memiliki rasa lebih tinggi dibanding orang lain. Lama kelamaan hal seperti itu bisa tumbuh menjadi sebuah kesombonngan.

Terus-terusan mengkritik orang lain hanya memperlihatkan bahwa kebanyakan isi otak kita hanya tentang jeleknya orang lain. Kita memperlihatkan tidak memiliki ide yang patut disebarluaskan, didiskusikan, atau dibicarakan dengan orang lain. Disisi lain ada orang yang setiap waktunya habis untuk memikirkan ide untuk membuat dunia lebih baik. Dari orang seperti itu lahirlah inovasi, kreasi, dan karya yang banyak memiliki manfaat untuk orang lain.

Orang besar adalah orang yang pikiran dan perkataannya adalah tentang ide dan hal-hal besar. Sedangkan orang yang berjiwa kerdil pikirannya tentang kesalahan kesalan orang lain saja. Tidak heran orang seperti ini suka menggosip dan menceritakan kejelekan orang lain. Sebuah kebiasaan yang tidak produktif yang tidak akan mengubah keadaan menjadi lebih baik.

Kalau orang lain yang memberikan kritik maka itu juga bagus untuk membangun diri agar lebih baik. Dengarkan saja dahulu apa yang dikatakan orang lain tentang diri kita. Ibarat sebuah kotoran yang menempel pada baju sendiri namun kita tidak melihatnya. Lalu datanglah orang lain menunjukkan ada bagian yang kotor dari baju kita. Setelahnya kita dapat membersihkan mana bagian yang kotor itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun