Mohon tunggu...
Rahma Diniyah
Rahma Diniyah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

pelajar yang suka kpop-an

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dia, Cinta Pertama dan Terakhir

26 November 2024   23:24 Diperbarui: 26 November 2024   23:41 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sepulangnya Aku dari tempat bekerja. Aku langsung membersihkan diri dan melakukan rutinitas malamku. Namun, rasanya malam ini aku merindukan seseorang yang baru saja meninggalkanku untuk selamanya. Dia seharusnya menemaniku saat aku berada di masa sulit maupun senang. Sayangnya dia tidak tertolong saat akan diselamatkan setelah mengalami kecelakaan lalu lintas.

Bahkan, sampai saat ini aku masih menyimpan semua hal tentangnya. Karena masih sulit rasanya untuk melupakan semua kenangan yang telah aku lalui bersamanya beberapa tahun terakhir. Dia yang selalu menemaniku saat aku sedang bekerja lembur, memberi semangat, mengingatkan aku untuk selalu menjaga pola makan yang sehat. Semua tentangnya masih sulit untuk aku lupakan.

...

Waktu itu, tahun 2020 saat aku baru memasuki perguruan tinggi. Hari pertama kuliah, teman yang duduk di sampingku mengajak berkenalan terlebih dahulu, "Siapa nama lo?" tanyanya sambil mengulurkan tangannya di depanku. "Gue Raina," jawabku sambil membalas uluran tangannya. "Ooohh, kenalin nama gue Nara." Semenjak hari itu, aku dan Nara menjadi teman dekat seiring berjalannya waktu.

Saat kita sedang menonton tim basket latihan di kampus. Saat itulah aku menemukan dia yang sedang bermain bola basket dengan lincahnya. Aku sepertinya mengalami yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama. Aduh, cukup menggelikan tapi memang benar adanya. Mataku tidak berkedip barang sedetik, "Woy, ngeliatin apaan sih? Sampe gak ngedip." Teriak Nara menyadarkan ku dari lamunan. "Ihh, biasa aja kali, kaget tau gak," kesalku sambil menepuk pelan pundak Nara.

"Ya lagian, lu ngeliatin apaan sih sampe kagak kedip begitu," tanyanya. "Ganteng ya dia, tau gak lu siapa namanya?" tanyaku. "Hadeh, kirain ngeliatin apaan, rupanya matanya lagi jelalatan," ejek Nara. "Ish, tau gak siapa namanya? Kayaknya gue naksir deh ra," Ungkap diriku. "Yailah, masa lu kagak tau, na? Dia itu mahasiswa populer di angkatan kita. Banyak banget yang demen. Namanya Rafka, kalo lu naksir dia semangat dah yak. Banyak noh saingan lu," jawab Nara panjang lebar.

Sejak saat itulah, aku jadi pengagum rahasia dari seorang lelaki yang memiliki nama Rafka. Lelaki jangkung yang memiliki paras sempurna, senyumnya yang manis, dan keterampilannya dalam bermain bola basket. Namun, sayangnya aku Raina perempuan yang memiliki wajah yang biasa-biasa aja dan tidak terlalu pandai bergaul, buktinya temanku hanya Nara seorang. Itu membuatku tidak percaya diri untuk sekedar mengajaknya berkenalan.

...

Hari ini kampus tempatku menuntut ilmu mengadakan acara pertandingan olahraga, yang selalu dilaksanakan setelah melakukan ujian akhir semester. Aku dan Nara sedang duduk di kantin setelah menonton pertandingan basket. "Woy Raina!!" terdengar teriakan seseorang memanggilku. Aku menoleh dan mendapati ada Dimas, teman seangkatanku. Dia dan satu orang temannya sedang berjalan menuju ke tempat dimana aku dan Nara duduk. Tunggu, sepertinya aku mengenali seseorang yang berjalan di samping Dimas, oh tidak, itu Rafka. Aku langsung gelagapan karena takut Rafka melihat menampilanku yang sedang kusut ini.

"Yeh lu, dipanggil noh ama si Dimas," ucapa Nara karena melihatku yang tak kunjung membalas panggilan Dimas. "Ya, kenapa dim?" jawabku pelan. "Nih temen gue mau kenalan katanya ama lu," ucap Dimas sembari tangannya menunjuk ke arah Rafka yang ada di sampingnya. Lalu, Rafka mengulurkan tangannya sambil tersenyum dan berkata, "Hai, Raina. Boleh kenalan gak? Gue Rafka," katanya. Jantung ku berdetak tidak karuan saat mendengar Rafka berkata seperti itu. Perlahan aku membalas uluran tangannya, "Oh iya, hai. Nama gue Rania, salam kenal," jawabku kikuk.

Rafka melepaskan tautan tangan kita, lalu dia merogoh saku, mengambil ponselnya dan memberikannya kepadaku, "Boleh minta instagramnya gak?" pinta Rafka. "Yeuu, modus lu pake minta instagramnya segala," Dimas berkata sambil menoyor kepala Rafka. Aku melihatnya tertawa dan memberikan nama instagram ku, "Boleh." Setelah selesai, aku memberikan kembali ponselnya. "Makasih, jangan lupa ikuti balik yaa," ucap Rafka sambil tersenyum. Setelah mendapatkan instagram ku Rafka dan Dimas melangkah pergi dari tempatku dan Nara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun