Pak Amat merupakan salah satu kepala keluarga yang kami wawancarai beralamat di Gang Teratai, Kelurahan Bangka Belitung Laut, Kecamatan Pontianak Tenggara. Diumur 47 tahun pak Amat menjadi tulang punggung keluarga yang dimana hanya ia yang menanggung semua kebutuhan keluarganya. Pak Amat berkerja sebagai karyawan di salah satu toko bangunan yang ada di jalan Adisucipto. Pekerjaan ini dipilih karna ia merasa sadar diri dengan kemampuannya yang hanya lulusan SMP. Hasil kerja keras tiap hari di toko bangunan tersebut membuat ia mendapat penghasilan yaitu sebesar Rp. 2.800.000/bulan. Hasil dari pekerjaan tersebut ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah, biaya sekolah anak, dan kebetulan untuk membayar kontrakan rumah yang mereka tempati sekarang. Untuk pengeluaran kebutuhan rumah sehari-hari yaitu dikisaran Rp. 70.000-Rp.100.000/hari dan Pak Amat pun menanggung 4 orang yang ada dirumah tersebut yaitu istri dan 3 orang anak yang terdiri dari 2 laki-laki dan 1 perempuan. Istri Pak Amat hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga yang mengurus rumah dan mengantar jemput anak-anaknya pergi sekolah. 3 orang anaknya yaitu anak laki-laki pertama sekolah di jenjang SMP, anak laki- laki kedua di jenjang SD, dan anak perempuan yang belum sekolah berumur 4 tahun.
Keluarga Pak Amat pada tahun 2023 mendapatkan bantuan berupa BLT-DD dan Beras Miskin dari pemerintah. Bantuan yang didapatkan keluarga Pak Amat dari BLT-DD sebesar Rp. 600.000 per 3 bulan, sehingga dalam satu tahun keluarga Pak Amat mendapat bantuan sebesar Rp. 2.400.000. Keluarga Pak Amat juga pernah mendapat bantuan beras sebanyak 2 kali dengan jarak waktu tidak menentu, yang jumlahnya 10 Kg sekali mendapat bantuan beras. Pak Amat mengatakan bahwa ia berterimakasih atas bantuannya, walaupun bantuan ini dapat dibilang masih kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka tetapi Pak Amat tetap bersyukur. Pak Amat juga menceritakan bahwa di wilayah mereka terdapat kurangnya pemerataan bantuan sosial, yang dimana ada masyarakat mampu juga mendapatkan bantuan sosial yang dia anggap harusnya bisa diberikan kepada masyarakat yang memang tidak mampu.
Untuk kondisi rumah yang mereka tempati dapat dikatakan kurang layak, dimana kodisi rumah yang ditepati hanya ada 2 ruangan yang mereka pakai untuk beristirahat dan memasak. Akses yang dilalui untuk sampai kerumah Pak Amat pun cukup susah karena harus melewati jembatan kayu yang dibuat pribadi untuk keluar masuk area rumah. Kondisi rumah dengan lantai kayu, dinding setengah beton dan wc di dapur yang tidak menggunakan septic tank yang lantainya pun sudah ada beberapa yang bolong dan patah. Untuk tempat mandi sehari-hari, Pak Amat sekeluarga hanya mengandalkan aliran sungai kapuas dan untuk sumber air minum adalah air hujan yang di tampung. Alasan dari Pak Amat tidak memasangkan PDAM adalah pembengkakan pengeluaran keluarga, yang dimana pendapatan yang didapatkan sekarang saja masih kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup apalagi jika menambahkan pembayaran PDAM. Kendaraan yang digunakan Pak Amat sehari-hari untuk kerja dan mengantar anak sekolah adalah motor Mio J tahun 2014 yang masih layak pakai. Untuk aset lainnya yang dimiliki oleh keluarga pak amat adalah televisi, kulkas dan mesin cuci. Semua aset itu sebenarnya bekas milik dari orang tua pak amat yang kemudian digunakan keluarga pak amat untuk menonton, mencuci pakaian dan menyimpan persediaan makanan dirumah.
Kondisi lingkungan di rumah pak amat bisa dikatakan ramai penduduk, karena rumah masyarakat di daerah tempat tinggal pak amat dibangun sangat rapat dengan rumah tetangganya. Simpati antar masyarakat di daerah tersebut bisa saya rasakan dengan melihat akurnya masyarakat setempat, sebagai contoh jika ingin bepergian ke pasar selalu ditemani dengan tetangga mereka. Karena bangunan yang rapat, suasana masyarakat disana masih sangat ramai. Masih banyak warga yang berbincang bersama tetangga mereka yang biasanya hal itu ketika di kota sulit untuk dijumpai.
Pak amat menyampaikan beberapa harapan ia kepada pemerintah, dimana ia mengharapkan semoga bantuan ini bisa berlanjut karena mereka merasa sangat membutuhkan bantuan itu untuk keberlangsungan hidup keluarganya. Ia juga sempat mengkritik bahwa ditempat ia tinggal terdapat masyarakat yang seharusnya tidak mendapat bantuan tetapi tetap dapat dan sebaliknya. Itu merupakan keresahan tersendiri bagi pak amat karena ia merasa masih banyak yang lebih membutuhkan bantuan itu.
Wawancara mendalam dan observasi dilaksanakan pada Februari-Maret 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H