Selesainya kami berkeliling desa, kami bergegas untuk turun dari Desa Wae Rebo agar kami bisa melanjutkan perjalanan kami menuju Sawah Londok Cancar, sebuah persawahan yang unik, berbentuk jaring laba-laba, sawah ini terbentuk atas tradisi pembagian lahan yang dilakukan oleh ketua adat.
Hari ke empat berpetualang di flores, tujuan kami selanjutnya adalah Liang Bua, sebuah goa yang menjadi situs bersejarah karena goa ini menjadi tempat penemuan fosil manusia purba yang dinamakan Homo Florensiensis, yang sering disebut sebagai "Manusia Flores."
Empat jam dari sana, kami sampai di destinasi berikutnya, yaitu Kepulauan Riung di kabupaten ngada, tempat ini adalah tempat yang paling kami tunggu karena kami tak sabar untuk melihat secara langsung keindahan Kepulauan Riung. Disana kami bertemu dengan Pak Lukman, beliau adalah pemilik kapal yang akan kami tumpangi untuk bekeliling Kepulauan Riung esok hari nya. Dari 23 pulau, kami hanya mampu menjelajahi 4 pulau terbaik yang menjadi rekomendasi beliau. Hal yang paling mengesankan pada saat itu bagi kami adalah Pak Lukman mensajikani makan siang berupa ikan yang baru beliau tangkap, aroma ikan segar yang dibakar membuat kami tidak bisa menahan lapar dan tidak sabar untuk melahap segarnya ikan yang ada di depan mata. Tidak lupa kami mendokumentasikan air yang jernih, hamparan karang, pasir putih dan keindahan pulau kalong di kepulauan Riung.
"Moni, gerbang menuju keajaiban"
Kampung Moni, saya menyebutnya gerbang menuju keajaiban, udara di kampung ini lebih sejuk daripada tempat-tempat sebelumnya, kami menempuh waktu 4 jam untuk menuju kampung ini dari Kepulauan Riung. Kampung Moni menjadi gerbang masuk menuju danau 3 warna yang disebut Danau Kelimutu, danau indah yang terkenal akan 3 kawahnya yang unik dan mampu berubah warna dari biru, hijau, merah hingga hitam.
Jam 04:00 pagi, hari ke 6 dari perjalanan kami menuju trekking Kelimutu, perjalanan untuk sampai di kaki gunung hanya membutuhkan waktu 30 menit saja, cuaca disana sangat sejuk disertai angin yang sangat dingin, kami juga bertemu para pendaki lain yang kebanyakan dari mancanegara  selama perjalanan menuju ke puncak Kelimutu.
Sambil menunggu kabut hilang, kami meminum kopi, tidak lama kami melihat keajaiban danau 3 warna, bentuknya sama seperti uang Rp.5000 pada jaman dulu, hanya warnanya yang berbeda, dan tidak lupa kami mendokumentasikan keindahannya selama disana.
Di perjalanan kami menuju Bajawa, kami menyempatkan untuk makan siang di pinggir pantai batu biru atau yang dinamakan Blue Stone Beach, letaknya tidak jauh dari Kota Ende, yaitu di daerah Penggajawa, Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende. sedikit info
Sebelum kami bermalam di Bajawa, siangnya kami menyempatkan untuk mengunjungi Desa Wologai, salah satu kampung adat yang masih tersisa di Flores. Diperkirankan desa ini sudah berusia sekitar 800 tahun. Kami menyempatkan diri untuk pergi ke desa tersebut untuk mempelajari budaya yang ada di desa tersebut, termasuk saya yang mencoba untuk mengunyah sirih pinang.
Tidak lupa kami mampir ke Pemandian Air Panas Soa Mengeruda. Pemandian yang dipercaya bermanfaat bagi kesehatan kulit dan tubuh.