Mohon tunggu...
Rahmadia Amalina
Rahmadia Amalina Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswi

Stay Calm

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Evaluasi Pembelajaran dalam Mengukur Aspek Non-Kognitif Siswa

11 November 2023   18:10 Diperbarui: 11 November 2023   18:13 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Siswa memilki banyak prestasi dalam beberapa mata pelajaran. Dengan memiliki nilai yang memuaskan tidak berarti juga sikap dari siswa tersebut juga di nilai baik. Banyak sekali di zaman sekarang istilah orang yang berilmu tentulah pintar, namun jika tidak melengkapi dirinya dengan sikapnya, maka tak ada jaminan kepintaran yang dimilikinya mampu mengantarkan pada kebenaran. Pintar saja tidak cukup dalam mencari ilmu, namun jika di imbangi dengan sikap yang baik dan beradap pastilah orang yang ada di sekitar kita merasakan manfaata juga. Dapat dilihat remaja saat ini mungkin memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi, tetapi minim dalam akhlak. Ini bisa berarti bahwa mereka mungkin cerdas secara akademik, namun kurang memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang nilai-nilai moral dan etika. Remaja dalam situasi seperti ini mungkin berprestasi secara akademik, tetapi mungkin kekurangan empati, kesadaran sosial, dan keterampilan interpersonal.

Remaja mungkin memiliki kecenderungan untuk bertindak egois atau tidak memperhatikan dampak dari tindakan mereka terhadap orang lain. Kondisi seperti ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurangnya pengajaran nilai-nilai moral di rumah maupun saat di sekolah, pemahaman yang tidak memadai tentang konsekuensi sosial, dan pengaruh lingkungan yang kurang diperhatikan tentang pentingnya akhlak. Dengan hal tersebut, dapat mengatasi situasi ini, penting bagi remaja untuk diberikan pembelajaran yang menyeluruh tentang nilai-nilai moral dan etika. Hal tersebut dapat melibatkan pengajaran nilai-nilai dasar seperti empati, kejujuran, kerjasama, dan tanggung jawab sosial. Selain itu, memberi kesempatan pada remaja untuk melibatkan diri dalam kegiatan sosial dan kegiatan amal dapat membantu meningkatkan kesadaran mereka akan pentingnya akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu remaja terlibat dalam kerja sama atau membantu komunitas di sekitar mereka. Penting untuk diingat kembali bahwa kepintaran intelektual saja tidaklah cukup untuk menjadi pribadi yang seimbang dan berhasil dalam hidup. Kepintaran haruslah sejalan dengan akhlak yang baik untuk menghasilkan individu yang bertanggung jawab dan bermanfaat bagi masyarakat.

Dari hal tersebut kita tahu bahwa perlunya evaluasi dalam suatu pembelajaran. Apa itu evaluasi dalam pembelajaran? Evaluasi dalam pembelajaran ialah suatu proses atau kegiatan untuk mengukur dan menilai beberapa kemampuan siswa dalam pembelajaran seperti pengetahuan, sikap dan keterampilan guna membuat keputusan tentang status kemampuan siswa tersebut. Evaluasi bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai, dan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran yang sedang berlangsung.  Penting sekali evaluasi dilakukan untuk menerapkan prinsip kesetaraan, keadilan, dan keberlanjutan. Evaluasi sendiri harus memberikan kesempatan yang adil bagi semua siswa untuk menunjukkan kemampuan mereka, tanpa membedakan suku, agama, gender, atau latar belakang sosial ekonomi. Selain itu, evaluasi harus dilakukan secara berkelanjutan dan berkala, bukan hanya pada akhir program, untuk memastikan bahwa pembelajaran terus meningkat sepanjang waktu.

Lalu terdapat juga terdapat beberapa konsep evaluasi pembelajaran yaitu : Pertama, tujuan sebagai pemberi pedoman dalam menetapkan kriteria evaluasi yang relevan. Kedua, nilai sebagai penilaian objektif dan subyektif terhadap hasil pembelajaran. Penilaian objektif berfokus pada penguasaan konten dan keterampilan siswa, sedangkan penilaian subyektif melibatkan penilaian terhadap sikap, persepsi, atau keinginan siswa. Ketiga, metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik siswa. Keempat, konteks yaitu sebagai pertimbangan suatu pembelajaran, termasuk lingkungan sosial, budaya, dan karakteristik siswa. Evaluasi yang efektif harus cukup fleksibel dan dapat bersesuaian dengan kebutuhan konteks yang berbeda.

Dalam melakukan suatu evaluasi diperlukan juga alat yang di sebut dengan asesmen. Dapat di artikan bahwa asesmen merupakan alat evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran untuk mengukur kemampuan dan prestasi siswa. Dengan proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk landasan pengambilan keputusan tentang siswa baik yang menyangkut kurikulumnya, program pembelajarannya, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah. Tujuan dari asesmen sendiri ialah untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa serta memberikan umpan balik yang berguna bagi siswa dan guru.  Asesmen dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti tes tertulis, tugas proyek, presentasi, observasi, dan diskusi kelompok. Selain itu, asesmen juga dapat membantu siswa untuk mengukur kemampuan siswa itu sendiri. Asesmen memiliki 3 jenis yaitu asesmen sebagai proses pembelajaran (Assessment As Learning),  asesmen untuk proses pembelajaran (Assessment For Learning), asesmen pada akhir proses pembelajaran (Assessment Of Learning). Evaluasi dalam pembelajaran dapat dialkukan seperti adanya tes tulis, tes lisan, tes praktik, portofolio, kuis jarak jauh, ujian komputer, proyek, observasi dan masih banyak lainnya.Dalam mengevaluasi.

Begitupun dalam evaluasi non-kognitif melibatkan pengukuran faktor-faktor seperti kecerdasan emosional, minat dan motivasi siswa, keterampilan sosial, tanggung jawab, kerja sama, kemampuan untuk mengatasi kesulitan, dan kemandirian. Tujuan dari evaluasi non-kognitif adalah untuk memperoleh pemahaman yang lebih holistik tentang siswa, bukan hanya tentang kecerdasan akademik mereka. Dalam menggunakan metode evalasinya juga sedikit berbeda, seperti mencakup observasi langsung, penilaian diri dan rekan sebaya, wawancara, portofolio, atau skala penilaian khusus. Penggunaan variasi metode penilaian ini dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kemampuan dan karakteristik sosio-emosional siswa. Dalam evaluasi non-kognitif penting untuk diingat bahwa dalam mengevaluasi juga harus dilakukan dengan objektif. Sudut pandang individu dan penilai harus diperhatikan dengan baik dan cermat untuk menghindari penilaian yang tidak adil ataupun diskriminatif. Dengan demikian kita sebagai calon pendidik sangatlah perlu memberikan evaluasi dalam suatu pembelajaran. Evaluasi tersebut tidak hanya meliputi akademik dari siswa, namun juga evaluasi sikap siswa juga. Dengan evaluasi yang baik dan mengikuti prosedur-prosedur evaluasi, maka akan menciptakan juga pembelajaran yang baik pula, serta dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Referensi :

Dr. Elis Ratna Wulan, S.Si., M., & Dr. H. A. Rusdiana, Drs., M. (n.d.). Evaluasi Pembelajaran.

Endang Poerwanti. (n.d.). KONSEP DASAR ASESMEN PEMBELAJARAN.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun