Sebagai seorang psikolog, Jarome Bruner mengembangkan teori belajar berdasarkan perspektif konstruktivis dan  berkaitan erat dengan teori belajar kognitif. Landasan pemikiran Jerome Bruner adalah pendapat  Piaget  bahwa anak harus berperan aktif  dalam pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, Profesor Bruner menggunakan metode yang disebut "discovery learning" yang melibatkan merangkum apa yang telah dipelajari ke dalam bentuk akhir. Metode ini berbeda dengan pengajaran resepsi atau pengajaran ekspositori, dimana guru menjelaskan semua informasi dan siswa harus mempelajari semua materi dan informasi. Teori belajar Bruner berfokus pada pertanyaan tentang apa yang dilakukan orang terhadap informasi yang mereka terima, dan apa yang mereka lakukan setelah menerima informasi terpisah tersebut untuk mencapai pemahaman pemberian keterampilan.
Jerome Bruner memandang pembelajaran sebagai "instrumental conceptualisme" yang mencakup makna keberadaan alam semesta yang ada sebagai realitas hanya dalam pikiran manusia. Oleh karena itu, pikiran manusia mampu mengkonstruksi gambaran mental yang sesuai dengan gagasan umum tentang suatu konsep tertentu. Semakin matang kemampuan kognitif seseorang, maka semakin leluasa ia bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan.
Menurut Jerome Brunner, pembelajaran hendaknya bisa membuat situasi belajar dari diri sendiri melalui pengalaman serta eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas. Dari sudut pandang psikologi kognitif, cara efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan ialah dengan pengembangan program pembelajaran yang bisa mengoptimalkan mental intelektual. Dalam teori belajar, Jerome Bruner berpandangan bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik serta kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri kesimpulan tertentu. Oleh karena itu dalam proses belajar Jarome Bruner membedakan menjadi tiga tahap, yaitu Pertama, tahap enaktif yaitu seseorang mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa menggunakan pikiran dan juga terdapat kejadian lampau yang melalui respon motorik. Kedua, tahap Ikonik yaitu suatu tahap yang berdasarkan pikiran internal. Pengetahuannya menerangkan dengan sekumpulan gambar yang mewakili suatu konsep, namun tidak mendefinisikan seluruh konsep. Penyajian ikonik tertinggi pada umumnya dapat dilihat pada anak usia 5 dan 7 tahun karena periode waktu saat usia tersebut sangat tergantung pada penginderaannya.  Ketiga, tahap simbolik, dimana ekspresi didasarkan pada sistem pemikiran yang abstrak, sewenang-wenang dan lebih fleksibel serta menggunakan kata-kata dan bahasa. Penggunaan simbolik menunjukkan kemampuan seseorang untuk memperhatikan pernyataan dan proposisi  dari pada objek, memberikan struktur hierarki pada konsep, dan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan alternatif dengan cara kombinatorial.
Jarome Bruner percaya bahwa pembelajaran penemuan konsisten dengan pencarian pengetahuan  aktif manusia dan pembelajaran penemuan itu sendiri yang memberikan hasil terbaik. Teori belajar Bruner menyatakan bahwa siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep dan prinsip dan harus didorong untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen yang memungkinkan mereka menemukan prinsip untuk diri mereka sendiri. Selain itu, pembelajaran penemuan terbukti merangsang rasa ingin tahu siswa dan memotivasi mereka untuk terus belajar hingga menemukan jawabannya. Selain itu, pendekatan ini  mengajarkan keterampilan pemecahan masalah tanpa bantuan orang lain, dan mengharuskan siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi daripada sekadar menerimanya.
Adanya teori instruksi oleh Jarome Bruner meliputi :
- Pengalaman-pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan dapat belajar.
Pengajaran perlu  mengatur pertimbangan alternatif dari sudut pandang siswa. Penyelidikan alternatif memerlukan aktivitas, pemeliharaan, dan bimbingan. Dapat dikatakan perlu mulai mencari alternatif dan setelah permulaan, Anda perlu menjaga atau mempertahankan situasi dan kemudian menjaga agar tidak kehilangan arah.
- Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal.
Struktur suatu domain pengetahuan mempunyai tiga ciri dan setiap ciri itu mempengaruhi kemampuan siswa untuk menguasainya. Ketiga ciri itu ialah cara penyajian (mode of representation), ekonomi dan kuasa (power).
- Perincian urutan-urutan penyajian meteri pelajaran secara optimal.
Dalam mengajar, siswa di bimbing melalui urutan pernyataan dari suatu masalah pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima, mengubah maupun mentransfer apa yang telah di pelajari. Jadi, urutan materi pelajaran dalam suatu lingkungan pengetahuan mempengaruhi kesulitan yang dalam mencapai kemampuan. Biasanya terdapat berbagai urutan yang setara dalam kemudahan dan kesulitan bagi para siswa.
- Bentuk dan pemberian reinfosmen.
Dalam memberi pujian dan hukuman harus di pikirkan. Secara intuitif, bahwa selam proses belajar mengajar berlangsung, ada suatu ketika hadiah eksentrik bergeser ke hadiah intrinsik.
Media yang sesuai dengan teori belajar Bruner yaitu media dua dimensi yang semua bentuk gambar menampilkan suatu objek. Contohnya gambar, chart, poster, foto dan bahan grafik. Contoh penerapan dari teori belajar Bruner dalam pembelajaran melibatkan contoh dan non-contoh dari konsep yang diajarkan, serta membantu belajar untuk melihat adanya hubungan antar konsep, mengajukan pertanyaan dan mendorong siswa untuk mencari jawabannya sendiri, serta mengajak dan memberi semangat belajar, lalu tidak mengomentari terlebih dahulu jawaban dari siswa, selanjutnya memberi pertanyaan untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H