Di saat wilayah lain dapat merayakan idul fitri dengan aman dan nyaman, ada sebagian saudara kita yang memprihatinkan karena merayakan hari lebaran di tenda-tenda pengungsian. Kesedihan mendalam juga tak dapat disembunyikan dai raut wajah mereka.
9 bulan pasca bencana, tidak lantas membuat mereka dapat lupa begitu saja dengan benca gempa dan stunami 28 September 2018.
Trauma mendalam saat kejadian sunami dan gempa dahsyat juga masih menyelimuti mereka, apalagi gempa tersebut membuat mereka kehilangan tempat tinggal, harta benda, dan saudara-saudara mereka.
Seperti dilansir oleh kompas.com, usai melaksanakan ibadah sholat Id, para pengungsi langsung berkumpul di tenda pengungsian. Salah satunya adalah di kawasan pengungsian halaman Masjid Agung Darusalam Palu. Nampak kesedihan dan air mata menetes dari mata ibu-ibu yang sedang berjabat dan saling memaafkan satu sama lain.
9 bulan sudah mereka tidak merasakan hangatnya malam di dalam kamar, sejak bencana itu terjadi mereka hanya tinggal di tenda pengungsian.Â
Sehingga bisa kita bayangkan bagaimana tinggal di tenda selama 9 bulan, tanpa kasur empuk, tanpa ac dan fasilitas lainnya.
Salah seorang pengungsi, Fitri megatakan :
"Sedih pasti. Kalau tahun kemarin Lebaran di rumah, sekarang berlebaran di sini (tenda pengungsian)".
Meski puasa dan lebaran dengan keterbatasan di tenda pengungsian, ia mengaku tetap sabar dan tabah dalam menghadapi kenyataan pahit itu.
Ia juga berharap agar janji-janji pemerintah yang selama ini disampaikan segera diwujudkan, sehingga mereka dapat segera pindah ke huntara (hunian sementara).Â
Pasalnya pemerintah saat ini belum memberikan kejelasan, kapan mereka pindah dari tenda pengungsian ke huntara.