Mohon tunggu...
Rahmad Nasir
Rahmad Nasir Mohon Tunggu... Dosen - Rahmad Nasir lahir di Kabupaten Alor. Dosen STKIP Muhammadiyah Kalabahi

Rahmad Nasir lahir di Kabupaten Alor. Dosen STKIP Muhammadiyah Kalabahi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Singkat Kedatangan Muballigi Dari Bugis-Makasssr ke Alor Dalam Rangka Penyebaran Agama Islam

19 Maret 2021   21:03 Diperbarui: 19 Maret 2021   21:15 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Blokade armada Belanda di sekitar perairan Makassar pada 1653-1666 M dalam perebutan rempah-rempah dari Maluku mengakibatkan posisi Alor menjadi penting saat itu. Blokade yang akhirnya berujung perang lautan dan aksi bajak antara armada Belanda melawan kapal-kapal dari Makassar dan Bugis. Diperkirakan pada tahun-tahun inilah gelombang armada perdagangan dan penyebaran Islam dari Bugis dan Makassar memasuki Alor. Kapal-kapal dari Bugis dan Makassar yang berhasil lolos dari blokade Belanda melakukan perdagangan rempah dan komoditi lainnya dari Indonesia Timur sekaligus menjalankan misi penyebaran agama Islam.

Pada masa itu, Islam sudah mulai tersebar di wilayah pesisir Alor Barat Laut. Metode Lima Gogo Bersaudara dalam menyebarkan Islam memang masih sangat moderat, karena harus berhadapan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme masyarakat lokal bahkan banyak yang belum beragama, sehingga masih banyak kompromi-kompromi yang dilakukan untuk pelaksanaan syariah Islam. Yang lebih ditekankan oleh Lima Gogo Bersaudara adalah syiar aqidah Tauhid lebih dulu, sedangkan hat lainnya bisa pelan-pelan diajarkan. Misalnya ibadah puasa Ramadhan yang seharusnya 30 hari penuh, masih dilaksanakan hanya selama 3 hari dan masyarakat juga masih melakukan makan siang. Juga cara pelafalan beberapa huruf Al Qur'an, masih belum sesuai dengan yang semestinya, dan beberapa hal terkait syariah Islam lainnya.

Pada pertengahan abad 16 itu masuklah rombongan pedagang dan muballigh dari Bugis dan Makassar ke Alor. Rombongan ini terdiri dari 12 perahu, diantaranya adalah perahu Sallang Malolo, Sallang Matea, Sallang Tena dan Erompalea. Di dalam rombongan itu terdapat pula Labaruce, Bakaran, Daing Hamma, Daing Siaji dan Puang Bilal. Puang Bilal adalah seorang ulama kerajaan Bone, anak dari Andi Matiro, salah satu dari keluarga kerajaan Bone. Silsilah keduanya terhubung dengan seorang ulama besar dan kharismatik yakni Tuanta Salama atau lebih dikenal dengan Syekh Maulana Yusuf yang memiliki kuburan di Afrika Selatan, Banten dan Sulawesi Selatan.

Sebelum kedatangan Puang Bilal beserta rombongannya di Alor lewat Pante Makassar, pelabuhan Alor Kecil, anak Puang Bilal telah mendahului datang di Alor Kecil. Anak Puang Bilal itu bernama Lauda, hasil perkawinannya dengan seorang wanita Bugis. Lauda ini kemudian menetap di Alor Kecil dan menikah dengan warga lokal dan mempunyai 3 orang anak, namun 2 orang anaknya tidak mempunyai keturunan yakni Lauda dan Saripa, sedangkan anak keduanya, Ina Isa, akhirnya menikah dengan Orang mahi dan mempunyai keturunan sampai sekarang.

Kedatangan Puang Bilal di Kerajaan Bungabali untuk menyebarkan Islam, saat itu mendapat sambutan ramah dari Raja Baololong yang kemudian mengajak Puang Bilal untuk tinggal bersama Raja di istana. Beberapa lama kemudian Raja Baololong memberikan sebidang tanah kepada Puang Bilal untuk bangunan rumah yang diberi nama Uma Labbe (terletak berdampingan dengan Istana Kerajaan Bungabali, uma Pusung Rebong). Karena kepandaian dan keahlian dalam bidang menulis dan agama, dalam struktur Kerajaan Bungabali masa itu, Puang Bilal ditunjuik sebagai Juru Tulis Kerajaan atau Sekretaris Kerajaan, sekaligus penyimpan benda-benda pusaka kerajaan. Oleh karena itu semua urusan dalam menjaga aset, pusaka dan harta Kerajaan yang dikumpulkan dalam Uma Kamusi (Gudang Harta Raja) dipercayakan kepada Puang Bilal.

Kehadiran ulama Puang Bilal menjelang pertengahan abad 16 dalam misi penyebaran Islam di Alor, semakin menyempurnakan pelaksanaan ajaran Islam yang sudah diajarkan oleh Iang Gogo Bersaudara. Ibadah sholat dan puasa sudah dilaksanakan dengan benar sesuai syariah Islam, pelafalan ejaan huruf hijaiyah juga sudah disempurnakan, prosesi khitan (sunat) yang sebelumnya memakai sembilu bambu diganti dengan menggunakan pisau dan beberapa penyempurnaan lainnya.

Setelah menyelesaikan tugas dari kerajaan Bone untuk berdakwah di wilayah Timur, Puang Bilal berniat kembali ke Bugis-Hone, namun hal itu tidak disetujui oleh Raja Bungabali masa itu. Bahkan Raja Bungabali menikahkan Puang Bilal dengan Ina Helang, seorang wanita Alor, sehingga Puang Bilal membatalkan rencana kepulangannya ke Bone dan menetap di Alor Besar hingga anak keturunannya saat ini.

Beberapa peninggalan Puang Bilal selama hidup di Alor adalah :

1. Mushaf Al Qur'an Kulit Kayu tulisan tangan Puang Bilal beriri 3 jua

2. Kitab Barzanji Kulit Kayu tulisan tangan

3. Tempat tinta/dawat terbuat dari batu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun