Untuk kali ini saya coba mau mengulas tentang kondisi indonesia kekinian, yakni tekait masalah pangan lokal. Ato lebih tepatnya kualitas pangan lokal. Yap, ada yang request untuk nulis pangan lokal kayaknya.. hehehehe
Oke sebelum membahas kearah pangan lokal, saya ingin mengkritik media berita yang sekarang gembar-gembor masalah kekerasan seksual terus.. ber hari-hari hingga berminggu-minggu.. takutnya saya (menurut pribadi saya) .. permasalahan kekerasan seks ini akan menjadi masalah yang umum hingga menjadi bahan canda tawaan masyarakat sekarang. Padahal yang diharapkan untuk masyarakat agar menghindari kekerasan seksual ialah mencari solusinya. Tapi solusi malah jarang dipublish, hanya mempublish pelaku kekerasan seksual dan pandangan2 dari pihak polisi,pihak artis kek, dan pihak-pihak lainnya yang akhirnya bisa panjang ceritanya. Yak mungkin solusi sederhana dari saya , tetap menekankan pendidikan informal(keluarga) dan pendidikan agama.nah itu cukup gak perlu diperpanjang lagi, malah fokus nulis tentang masalah kekerasan s*** ini mah..
Oke coba kita fokus terkait keadaan kondisi pangan lokal diIndonesia, melihat dari segi hasil pangan dan sumber daya manusia nya. Sekaligus apa yang terjadi dipemerintah. Okey jadi key-nya : Hasil Pangan,Sumber daya manusia, dan peran pemerintah
Akhir-akhir ini banyak sekali informasi yang memberitakan tentang kenaikkan impor daging sapi dan cabai . baca berita ? alhamdulillah kalo sudah baca berita hehehe.. tanda kalo tidak ketinggalan infonews.. J.
Yap kini pemerintah kini dinilai lamban dalam mengatasi permasalahan impor yang semakin melonjak dari tahun ketahun. Salah satu buktinya , seperti yang telah diutarakan oleh dekan fakultas pertanian UGM Ali Agus yang mencoba menyarankan kepada kementrian perdagangan dan kementrian pertanian untuk lebih intensif melakuakan koordinasi , agar mendapatkan kebijakan yang tepat terkait kasus Impor.Sehingga kebijakan impor tidak merugikan dan mengancam keberadaan petani dan peternak lokal. Nah coba untuk dua kementrian ini lebih bisa mengoreksi kembali, putusan apa yang tepat untuk diambil. Karena menurut Dekan fakultas pertanian UGM kembali, semula kebijakan membuka importasi sapi adalah kementan. Namun,kebijakan impor yang diterapkan kementan dinilai terlalu ketat dan mementingkan peternak sapi . akibatnya permintaan daging sapi sangat tinggi,sedangkan persediaan minim. Harga daging sapi dipasar pun tidak terkendali. Atas dasar itulah, kebijakan impor sapi diambil alih oleh kemendag dan sayangnya lagi kemendag hanya mempertimbangkan permintaan dan suplai dalam menentukan jumlah impor tanpa mempertimbangkan berapa jumlah sapi yang harus diimpor, sehingga kebijakan ini membuat peternak sapi semakin memburuk.
Sama halnya dengan impor cabai juga meningkat. Menurut salah seorang petani lokal, para petani mulai bingung dengan keputusan pemerintah. “Pemerintah ada apa sampai impor cabai? Padahal saat ini petani cabai sedang panen besar dan musim ini banyak stok” keluhnya. Dari importasi cabai ini membuat harga komuditas cabai lokal semakin merusak. Untuk itu saran oleh para petani cabai, maksimalkan potensi cabai lokal terlebih dahulu apabila ingin menyejahterkan para petani. Cabai oh cabai...
Berdasarkan data yang dikeluarkan BPS( Badan Pusat Statistik) , dalam tiga bulan terakhir awal 2014 , angka importasi cabai dan daging sapi yang dilakukan pemerintah terus melonjak. Impor cabai merah naik dari 1,58 juta dolar bulan januari,1,93 juta dolar bulan februari, dan bulan maret naik 2,52juta dolar. Sedangkan untuk impor daging sapi naik 24,8 juta dolar As pada bulan januari, 37,57 juta dolar As pada bulan februari dan bulan maret 58,63 juta dolar AS. Waw tiap bulan mengalami kenaikkan.
Dan apabila kondisi ini terus dipertahankan sampai beberapa tahun kedepan akan mengakibatkan para petani dan peternak bisa gulung tikar dan beralih keprofesi yang lain. Apabila gulung tikar maka jumlah peternak dan petani diIndonesia akan semakin berkurang . Ini yang kemudian menjadi dilema bangsa indonesia , yang kaya raya akan sumber daya alamnya tetapi tidak bisa dikelola dengan baik. Terkhusus pada ternak sapi dan bertani cabai. Mungkin ini bisa disebut penjajahan negara asing metode baru, yakni menjajah sumber daya pangannya melalui penekanan Impor yang terus berkelanjutan.
Data penurunan jumlah peternak dan petani pun bisa terlihat pada BPS, Badan pusat statistik mencatat jumlah tenaga kerja disektor pertanian dalm tiga tahun terakhir terus mengalami penurunan. Hal inilah yang nantinya memberikan dampak kualitas dan kuantitas hasil pertanian diIndonesia. Dijelaskan oleh kepala BPS , bahwa bulan Februari 2012 jumlah tenaga kerja disektor pertanian mencapai 42,36 juta orang, pada bulan februari 2013 mengalami penurunan menjadi 41,11 juta orang, dan pada bulan februari 2014 turun kembali menjadi 40,83 juta orang. Sekali lagi ini DILEMA bangsa Indonesia yang harus dipecahkan permasalahannya dan dicari solusinya.
Data tersebut semakin terpercaya mengingat disisi lain ada kenaikan jumlah tenaga kerja pada sektor non pertanian. Pada buan februari 2012 jumlahnya 6,02 juta orang, bulan februari 2013 jumlahnya 6,47 juta orang dan bulan februari 2014 berjumlah 6,75 juta orang. Yak data itu cukup beralasan kebenarannya karena secara nalar para pekerja sektor pertanian dan peternakan ingin mencari penghidupan yang lebih layak. Sekali lagi INI Dilema bagi kita semua, harus ada solusi-solusi (win-win solution) untuk sektor pertanian dan peternakan bangsa indonesia.
Maka dari itu mari kita kembangkan ide kreatif kita untuk pertanian dan peternakan Indonesia yang lebih maju. Sehingga Impor bisa ditekan .
Rahmad /math UNDIP
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H