Mohon tunggu...
Rahma Azizah
Rahma Azizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa sosiologi

Menulis bagian dari ketenangan hidup

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pencarian Makna Hidup dari Seorang Gadis yang Kesepian

9 Juli 2024   21:29 Diperbarui: 9 Juli 2024   22:04 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumhttps://www.pexels.com/id-id/foto/sekelompok-orang-menyeberangi-jalur-pejalan-kaki-di-greyscale-1309687/ber gambar

Calista, seorang gadis manis temenung menghadap ke arah keramaian di depannya. Calista selalu bertanya-tanya tentang makna sejatinya hidup karna sejak kecil ia hidup sebatang kara. Ayahnya meninggal saat usia Calista menginjak 9 tahun karna penyakit gagal ginjal yang dideritanya. Tidak lama dari itu, ibunya meninggal secara mendadak karena serangan hipertensi yang membuat pembuluh darahnya pecah. Sejak saat itu, Calista hidup sendiri dengan mengandalkan uang pensiun tinggalan ibunya yang tak seberapa. Seorang gadis kecil yang meramu kehidupan tanpa adanya orang tua. Jika ia menangis, rasanya sudah tak penting lagi karna baginya tangisan adalah makanan sehari-hari.

Siang itu, ia hendak pergi menuju  kampus tempatnya menuntut ilmu. Sialnya, ban motor yang biasa dikendarainya kempes sehingga membuat Calista harus menuntun jalan motor dengan penuh tenaga. Dari kejauhan, Calista melihat sebuah bengkel kecil bertuliskan "Bengkel  Pak Sarno" dapat membuatnya tersenyum karena ban motornya yang kempes segera diperbaiki. Ia terus menuntun motornya dengan penuh tenaga hingga sampai ke bengkel tersebut.

Seorang lelaki paruh baya tersenyum manis menghadap Calista.

"Siang, Dek. Ada yang bisa bapak bantu?"

"Oo iya, Pak, kebetulan ban motor saya kempes. Saya minta tolong pompakan ya, Pak.

"Baik, Dek, dengan senang hati".

Sembari menunggu motornya, Calista duduk di Bawah pohon dekat bengkel tersebut sambil membaca buku filsafat pemberian temannya. Entah sudah berapa lama, Calista ingin mendalami filsafat untuk mendapatkan jawaban dari segala pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi isi kepalanya. Wajar setelah orang tuanya meninggal, ia belum menemukkan sosok yang dapat membuatnya tenang.

Setelah menunggu kurang lebih 20 menit, motor Calista siap untuk dikendarai kembali.

"Berapa, Pak?"

"Tidak perlu, Dek, uangnya simpan saja. Kebetulan Jumat berkah,  saya ingin sedikit berbagi".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun