Mohon tunggu...
Rahma Aulia khabibah
Rahma Aulia khabibah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN K.H Abdurrahman Wahid Pekalongan

Hobi olahraga

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Doom Spending: Ancaman Terbesar bagi Masa Depan Keuangan Generasi Muda

29 Oktober 2024   18:20 Diperbarui: 29 Oktober 2024   18:22 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa itu doom spending?

Doom spending berasal dari kata "doom" yang artinya kehancuran dan "spending" artinya pengeluaran atau pembelanjaan. Doom spending merupakan suatu istilah yang digunakan untuk generasi muda seperti generasi z dan generasi milenial yang mempunyai kebiasaan menghabiskan uangnya untuk membelanjakan barang pada saat mereka merasa stres, tertekan, maupun merasa cemas, hal ini mereka lakukan sebagai bentuk pengalihan dari rasa ketidaknyamanan mereka tersebut. 

Generasi z dan generasi milenial ini seringkali membelanjakan uang mereka pada platfrom e-commerce dan tak jarang mereka menghabiskan uang mereka untuk hal-hal yang tidak mereka butuhkan. Fenomena ini semakin marak pada kalangan generasi muda dengan survei menunjukkan bahwa 43% generasi milenial dan 35% generasi z terlibah dalam perilaku ini. Faktor ini berdampak pada inflasi 56%, kenaikan biaya hidup 50% dan harga perumahan yang tinggi yaitu 23%.

Alasan seseorang melakukan doom spending

Ada beberapa alasan yang mungkin dapat menjadi pemicu seseorang melakukan kegiatan doom spending diantaranya adalah untuk mengatasi stres dengan berbelanja dianggap menjadi kegiatan yang dapat menghilangkan stres ataupun menghilangkan rasa cemas sementara. Mencari kenyamanan dengan berbelanja suatu barang yang diinginkan dianggap memberikan rasa nyaman dan bahagia sehingga dapat melupakan masalah yang sedang dialami. 

Alasan yang selanjutnya yaitu merasa berhak atas hadiah alasan ini muncul ketika seseorang merasa dirinya perlu diapresiasi untuk hari-hari yang berat yang telah dilalunya hal ini kerap disebut sebagai self reward tujuannya untuk memanjakan diri dan lebih semangat lagi untuk menjalani hari-hari selanjutnya. Mengisi kekosongan belanja juga bisa dijadikan faktor untuk mengisi waktu luang agar seseorang menghindari pikiran negatif. Dan yang terakhir yaitu alasan karena seseorang merasa dirinya tidak berdaya dengan belanja seseorang akan merasa bahwa dirinya memiliki kuasa untuk mengendalikan sesuatu. 

Dampak negatif dari doom spending 

Ketidakstabilan pekerjaan yang menimbulkan berbagai masalah keuangan diantaranya hutang, kesulitan untuk menabung serta terkendalanya pemenuhan keutuhan sehari-hari. Hal ini juga dapat memicu terjadinya inflasi serta berdampak pada tabungan dan investasi. Dengan melakukan belanja secara implusif dan dalam skala yang banyak tentu saja dapat meningkatkan stres terhadap keuangan. Dampak ini mungkin saja terjadi karena rasa khawatir yang dikarenakan oleh hutang yang terus bertambah dan ketidak mampuan untuk membayar, ini sangat berbahaya karena akan berdampak pada kesehatan mental dan juga kesehatan fisik generasi muda. 

Doom spending juga dapat menyebabkan menurunnya kualitas hidup seseorang karena disaat seseorang hanya memikirkan apa yang dia inginkan seperti baju bagus ataupun barang yang lucu namun tidak terlalu berguna dan mereka megabaikan beberapa hal penting untuk keberlangsungan hidup mereka seperti makanan yang bergizi, tempat tinggal yang layak dan biaya kesehatan. Dampak yang terakhir yaitu terganggunya hubungan terhadap orang lain masalah keuangan yang disebabkan karena belanja yang implusif tentu saja dapat menyebabkan retaknya hubungan dengan keluarga, teman maupun pasangan.

Cara menghindari doom spending

Ada beberapa cara agar kita dapat terhindar dari kebiasaan doom spending:

Cara yang pertama yaitu kita harus mencari tahu terlebih dahulu faktor apa yang menyebabkan kita merasa stres dengan mengetahui faktor ini kita dapat menghindarinya dengan cara melakukan kegiatan yang bermanfaat seperti berolahraga, jalan santai, meditasi ataupun menghabiskan waktu bersama orang terdekat kita.

Kedua yaitu dengan membuat rencana anggaran. Susunlah anggaran yang akan kita keluarkan dan patuhilah rencana anggaran tersebut, dengan membuat rencana anggaran maka kita dapat mengkontrol berapa yang akan kita keluarkan untuk kebutuhan sehari-hari.

Ketiga yaitu menunda pembelian, jika kita tertarik melihat suatu benda pada iklan disosial media cobalah untuk menunda pembelian selama 24 jam hal ini memungkinan bahwa keesokan harinya kita akan lupa terhadap barang yang kita ingin beli tersebut. Dengan begini kita dapat mengurangi kebiasaan belanja secara implusif.

Keempat adalah mencari alternatif yang lain, alih-alih berbelanja cobalah ubah dengan melakukan kebiasaan seperti membaca buku, memasak dan banyak kegiatan seru lainnya.

Cara yang terakhir adalah minta bantuan, jika kita merasa tidak bisa mengontrol kebiasaan belanja kita saat sedang stres cobalah untuk berbagi masalah kita kepada oranglain. Cobalah untuk menceritakan kesulitan yang kita alami dan mintalah pendapat kepada orang terdekat seperti saudara, keluarga maupun pasangan. 

Dengan beberapa cara ini diharapkan generasi muda bisa mengurangi kebiasaan belanjanya secara implusif, penting juga generasi muda untuk mengetahui literasi tentang keuangan agar menjadi bekal dimasa depan. 

Pentingnya literasi keuangan untuk generasi muda

Literasi keuangan yaitu kemampuan seseorang untuk mengatur penilaian dan membuat keputusan yang efektif mengenai sumber daya (keuangan) yang tersedia. Literasi ini sangat penting untuk generasi muda karena dapat dijadikan bekal untuk menghadapi tantangan keuangan yang mungkin akan terjadi di masa depan. Diharapkan setelah generasi muda memahami literasi keuangan kedepannya mereka dapat mengelola keuangan dengan bijak dan cerdas, mengelola resiko, serta dapat mencapai tujuan keuangan mereka. Alasan mengapa generasi muda penting untuk memahami literasi keuangan:

Meningkatkan kemampuan untuk mengelola keuangan pribadi

Mamahami investasi dalam mempersiapkan masa depan

Terhindar dari penipuan dan investasi bodong

Meningkatkan kesadaran seseorang untuk menghadapi resiko dan pengambilan keputusan yang bijak

Mendorong pertumbuhan ekonomi negara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun