Mohon tunggu...
Rahma AnissatulDian
Rahma AnissatulDian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa di IAIN Ponorogo Jawa Timur pada jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah saya aktif dalam salah satu organisasi di IAIN. Selain itu memiliki kesibukan sebagai seorang tentor di rumah les.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budaya Menormalisasikan Segala Sesuatu

20 Mei 2024   20:00 Diperbarui: 20 Mei 2024   20:02 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kalian pernah menormalisasikan sesuatu? atau melihat seseorang yang melakukannya?
Menormalisasikan suatu hal sebenarnya hal yang lumrah. Namun bagaimana jika segala hal dinormalisasikan dan dianggap normal oleh kebanyakan orang ? padahal hal tersebut bukan suatu yang normal untuk dilakukan.

Seperti menormalisasikan menyontek, menormalisasikan budaya tidak mengantri, menormalisasikan membuang sampah tanpa dipilah dan lain sebagainya. Jika menormalisasikan segala hal dengan tanpa ada aturan yang mengikat, maka akan berdampak pada hal yang seharusnya tidak dilakukan menjadi budaya yang lumrah dan dibiarkan saja oleh orang lain. 

Orang lain atau masyarakat sekitar akan beranggapan bahwa hal tersebut merupakan hal yang biasa dan sudah membudaya sejak lama. Peraturan yang tertulis maupun tidak mengenai budaya yang tidak seharusnya dinormalisasikan seharusnya diajarkan kepada orang-orang sejak dini. 

Banyak negara-negara maju yang telah memberikan pengajaran kepada anak usia dini mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak. Contohnya seperti di negara Jepang, sejak usia dini di sekolah tidak diajarkan mengenai materi pelajaran, namun yang pertama dan diutamakan diajarkan mengenai pembiasaan dalam mengantri. 

Di negara tersebut meludah di jalan merupakan suatu tindakan yang dilarang, karena dianggap mencemari lingkungan dan dinilai tidak sopan. Lain halnya dengan di negara kita, yang mana tindakan tersebut merupakan hal yang biasa saja dan dianggap normal.

Memberikan pembelajaran mengenai apa yang seharusnya dinormalisasikan dan apa yang tidak, dengan dibarengi suatu pembiasaan akan berdampak pada pemahaman yang lebih dalam kepada peserta didik. Karena pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus dan konsisten akan menumbuhkan kebiasaan yang sulit untuk ditinggalkan hingga dewasa. Mereka akan jadi tahu batasan-batasan mengenai apa yang harus dinormalisasikan dan mana yang tidak, meskipun tidak ada peraturan yang tertulis. 

Mereka yang telah dibiasakan sejak kecil akan merasa bersalah jika melanggar apa yang telah dibiasakan sejak dini. Di lembaga pendidikan Indonesia juga harusnya mengedepankan pada norma-norma tidak tertulis tersebut, agar masyarakat Indonesia menjadi warga negara yang tertib dan disiplin. Dan yang perlu diingat adalah tidak semua harus dinormalisasikan dan menormalisasikan suatu hal ada batasannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun