Mohon tunggu...
Rahma Amalia
Rahma Amalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - kudingggg

Jangan malas untuk membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Ludruk Seni Pertunjukan Berasal dari Jawa Barat

19 Desember 2022   18:14 Diperbarui: 19 Desember 2022   18:28 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ludruk sebuah teater kesenian yang berawal dari pertunjukan keliling, menjadi seni pertunjukan yang menghibur. Hadir di tengah-tengah masyarakat, cerita ludruk bersumber pada kehidupan rakyat.

Ludruk merupakan teater tradisional yang merakyat berasal dari Jawa Timur sejak abad ke-12 Masehi. Pada awalnya ludruk dikenal dengan nama Ludruk Bandhan yang digambarkan dengan pertunjukan kekuatan dan kekebalan. Lalu pada abad ke-17 ludruk bandhan berubah nama menjadi Lerok Pak Santik. Kata lerok yang berasal dari dari kata "lira", yaitu alat musik petik seperti kecapi, sedangkan Pak Santik adalah seorang petani dari Jawa Timur. Tokoh Pak Santik dianggap sebagai tokoh yang memperbaharui kesenian ludruk.

Dalam pertunjukan Pak Santik menggunakan riasan dengan cirinya sendiri, seperti ikat kepala dan celananya menjuntai hingga atas mata kaki. Dia mahir dalam menirukan bunyi-bunyian alat musik. Kata ludruk pun bermula saat kaki Pak Santik selalu menghentak-hentak ke tanah ketika pertunjukan gerakan itu menimbulkan bunyi "gedrak-gedruk".

Sebuah kisah yang diangkat berdekatan dengan cerita kehidupan masyarakat yang dikemas dengan bercandaan dan gerak-gerik dari para pemainnya, menggunakan Bahasa khas Jawa Timur. Setiap tema yang hadir berasalkan dari permasalahan keseharian rakyat. Ludruk kerap juga mengangkat cerita legenda masa lalu atau dongeng yang berkembang di masyarakat.

Dengan jumlah pemain yang tidak banyak dan iringan musik tertentu ludruk tidak hanya berfungsi sebagai hiburan rakyat, tapi juga berfungsi sebagai pendidikan masyarakat dan penyampaian pesan dengan sindiran halus kepada petinggi yang tidak adil terhadap rakyatnya.

Seperti pada pementasan ludruk yang berjudul "Maling Caluring" oleh mahasiswa PGSD Universitas Muhammadiyah Malang.Drama ini menceritakan kematian orang yang dicintai bisa membuat dendam, seperti yang dirasakan Caluring sekarang. Karena kematian ayahnya yang dibunuh oleh kepala desa Cempalareja. Caluring membalas dendam dengan menculik putri Lurah Cempalareja, Sundari. Yang diinginkan kepala desa adalah dia akan mati karena kehilangan putrinya. Tapi Galuga Sakit dan adiknya Aguna akhirnya menemukan Sundari dan pergi ke Cluring di desa Cempalareja.

Cerita tersebut menyampaikan pesan dan kesan yang tersirat kepada masyarakat, tidak lupa juga di setiap adegan diselipkan guyonan yang membuat penonton terhibur dan tidak merasa bosan. Di awal cerita terdapat dua penari yang membawakan tarian khas Jawa Timur dan dua sinden dengan pembawaan bahasanya yang khas.

Pementasan drama ludruk ini juga termasuk dalam pelestarian kebudayaan di Indonesia khususnya daerah Jawa Timur. Dapat juga sebagai pelajaran yang menginspirasi bagi masyarakat. Dengan diadakan ludruk ini sebagai tanda untuk menghidupkan kembali karya seni teater tradisional yang hampir punah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun