Gagasan mengenai keterbukaan mengemuka dalam sebuah diskusi buku “The Mystery of Historical Jesus : Sang Mesias menurut Al-Quran, Alkitab dan sumber – sumber sejarah” Karya penulis Inggris, Louay Fatoohi, di universitas Paramadina, Jakarta (17/7/2012).
Diskusi itu juga di hadiri Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Komarudin Hidayat, Guru besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yunahar Ilyas dan pengajar filsafat Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkarya, Romo A Sunarko, acara ini juga di hadiri Deputi Rektor Paramadina Wijayanto.
Buku ini menitik beratkan pada sejarah Isa Almasih atau Yesus Kristus dalam berbagai pandangan.Baik dari pandangan Islam, Kristen dan juga sejarah.Tentu saja isi bukunya akan menampilkan beragam informasi dan penuh dengan 1000 pertanyaan karena dikaji dengan beberapa pendekatan – pendekatan yang satu sama lain bertentangan.
Menarik dan bisa di jadikan perenungan apa yang di katakan oleh Komarudin Hidayat ketika ia mengatakan bahwa Nabi atau tokoh penting bisa di telusuri dari berbagai pendekatan, baik pendekatan iman juga dari pendekatan sejarah. “Dalam keimanan, sosok (nabi/tokoh) itu diyakini sebagai kebenaran, sementara dalam sejarah perlu kajian dan pembuktian terkait pencarian fakta yang benar. Ada jarak antara data sejarah dan iman yang kadang tidak sejalan. Ini perlu di sikapi lebih terbuka. Umat beragama jangan terjebak dalam simbol – simbol permukaan, melainkan perlu memperdalam pemahaman.”
Dalam diskusi ini pun Romo A Sunarko menambahkan “ … berbagai pendekatan dalam memahami sejarah tokoh dan teks kitab suci dalam agama. Ada pendekatan sejarah, keimanan, hukum dan pendekatan lain.” Dengan kata lain bahwa umat beragama diharapkan terbuka dengan berbagai pendekatan supaya lebih mudah memahami kemungkinan - kemungkinan perbedaan pandangan.
Yunahar Ilyas juga mengatakan, “ … pendekatan sejarah hanya mampu mengkaji hal – hal faktual … sedangkan dalam masalah gaib, sulit di buktikan melalui sejarah … untuk itulah pendekatan imam di perlukan dalam keyakinan.” Dalam hal ini Wijayanto mengajak umat beragama di Indonesia untuk mengkaji dari sumbernya. Pendekatan ini menghindarkan pemahamansepotong – potong atau bahkan menyimpang.
Diskusi – diskusi buku seperti inilah yang akan membuka cakrawala berfikir umat beragama, menelusuri potongan – potongan sejarah tanpa harus “melepas” keimanannya. Keyakinan belum tentu selaras dengan data sejarah begitu juga sebaliknya.
Apakah keterbukaan mampu mendorong umat beragama dalam bertoleransi ? Atau malahmelahirkan ancaman? Toleransi hanya bisa dilalui dengan sebuah proses yang panjang dan melelahkan dan penuh rasa tanggung jawab.
Diskusi ini menarik dan membuat sebuah garis pemisah yang jelas dengan pendekatan – pendekatan yang ada, penulisnya mampu merangkai, menyusun dan membuat komparasi dengan berbagai literatur. Menghindar dari mengambil sumber – sumber palsu yang hanya melahirkan fitnah dan kecaman. Louay Fatoohi mampu merangkai dan menyusun referensi dengan kajian yang ketat dan mampu di pertanggung jawabkan secara ilmiah. Saat ini Louay Fatoohi mengajar di Universitas Durham, Inggris.
-----------------------------------------
Rahib Tampati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H