Mohon tunggu...
rahib tampati
rahib tampati Mohon Tunggu... -

Rahib yang hidup di biara Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mengapa Tidak Kembali Pada Luasnya Kehidupan Bertuhan?

27 Juli 2012   02:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:34 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang membuatmu sedih sahabat? Apa itu membuatmu menangis, sedih, kecewa dan marah. Apakah kau mengejar kekayaan sahabat? Apakah kau mengejar harta dan jabatan? Aku ingin mengajakmu berjalan – jalan pagi ini. Apakah kau sibuk? Sibuk dengan pekerjaanmu? Santai saja sahabat, aku ingin kau sejenak melupakan semuanya dan berjalan bersamaku pagi ini.

Pagi ini udaranya begitu segar ya! Walau pun jalan sudah mulai di penuhi oleh puluhan kendaraan bermesin yang berpolusi. Andaikan tidak ada pohon, lalu siapa yang merubah karbondioksida ini menjadi oksigen? Syukur Alhamdulillah Tuhan memberikan kita pohon yang memberikan udara yang segar menyegarkan

Pagi ini, aku ingin mengajakmu berjalan dan melihat apa yang di sekitarmu. Lihatlah begitu indahnya isi dunia, dan ini semua telah melenakan kita semua. Gedung – gedung bertinggi, mobil – mobil mewah, perhiasan dunia yang gemerlap, kehidupan malam yang mengoda. Kenikmatan begitu dekat dengan kemewahan. Dan semuanya begitu dengan dengan godaan hasrat syahwat yang menjerat. Apakah semuanya akan melenakan kita sahabat, dan menjual hati dan jiwa kita, demi itu semua?

Lihatlah bagaimana beberapa pedagang kecil karena begitu sulitnya modal dan biaya hidup, ia rela menjual hatinya dengan menjual barang dagangannya dengan cara menipu . Sebagian lainnya menjual dengan sifat tercela, merugikan pembeli dan hanya menguntungkan dirinya.

Lihatlah sahabat, seorang penegak hukum menjual hukum dengan uang yang murah. Sahabat, apakah kau melihat orang yang berpakaian rapi itu, dia dengan dua kawannya sedang menunggu waktu untuk mengambil harta dengan mencopet.

Kau lihat juga mereka yang berkumpul di gedung – gedung rakyat. Sebagian dari mereka menjual kepercayaan yang mereka dapatkan dengan menjual ayat – ayat dan pasal – pasal untuk harta dunia dan kemewahan.

Kau juga lihat mereka yang duduk di mobil – mobil mewah, mereka tak peduli dan tidak memiliki empati ketika melihat anak – anak kecil yang bermain gitar di jalan atau anak - anak perempuan yang meminta – minta karena desakan ayah bundanya yang tidak memiliki perasaan.

Apakah kau juga lihat di sana? Anak – anak pengangguran duduk di pinggir jalan dengan wajahnya yang hitam, dada mereka penuh dengan gejolak perasaan. Kau tahu apa yang di dalam hati mereka? Mereka juga ingin bekerja dan menjadi berarti bagi dirinya dan keluarganya.

Sahabat apakah kau mendengar berita apa pagi ini? Mengapa kau menarik nafas beratmu sahabat? Apakah kau merasa muak melihat orang – orang melakukan korupsi. Mereka yang di beri amanah telah memanfaatkan untuk memperkaya dirinya. Kau muak dengan mereka? Kau benci dengan mereka? Sahabat aku tahu perasaanmu, karena aku pun sama dengan apa yang kau rasakan?

Sahabat, lalu bagaimana dengan perasaan orang – orang yang miskin, yang tidak memiliki perkerjaan, yang terjerat hutang, yang tertimpa kesulitan, dan melihat di televisi wajah – wajah orang – orang yang mencuri uang negara. Apakah hati mereka tidak terbakar karena melihat perbuatan mereka? Bagaimana dengan perasaan mereka? Apakah sudah tidak ada lagi simpati dan empati terhadap mereka, keterlanjangan hukum yang hanya menghukum mereka dengan hukuman yang ringan, sungguh memeras hati dan perasaan kita.

Lepaskan beban di hati dan pikiranmu sahabat, lepaskan semuanya, jangan jadikan hal – hal tersebut membuat hatimu penuh dengan kebencian, karena semuanya sudah ada ganjaran dan hukumannya.

Apakah kau masih ingin berjalan bersama ku sahabat, karena aku ingin mengajakmu melihat istana putih yang megah. Kau tahu siapa yang bekerja di sana? Aku merindukan pemimpinku menjadi contoh yang nyata dan menjadi suri tauladan bagi kita semua, menjadi pelayan umat sebagaimana sejarah pernah mencatat Abu bakar yang begitu mencintai umatnya, seperti Umar bin Khatab yang teguh, keras dan berani. Aku merindukan sejarah itu berulang sahabat, merindukan pemimpin yang menjadi pelayan umatnya.

..............................................................

Apakah dunia telah begitu melenakan bagi kita semua sahabat, aku katakan padamu jangan kau mengejar harta dunia, karena harta dunia seperti air laut yang akan terus membuatmu haus. Ingatlah hari akhirat sahabat, karena dunia beserta isinya hanya tempat sementara bagi kita semua.

Aku menunggumu sahabat ... Menunggu mu di jalan Tuhan yang begitu luas, kehidupan yang penuh dengan kehormatan, jiwa yang tenang dan hati yang merindukan Tuhan. Aku menunggumu sahabat, berjalan bersamamu.

Sekarang duduklah di depanku. Aku ingin bercerita padamu ... Cerita yang mungkin bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Siang kemarin aku melihat di pinggir jalan, anak kecil berdiri di gerobak dengan tatapan matanya yang tajam melihat apa yang ada di sekitarnya. Tak ada rasa malu, kecewa atau sedih di wajahnya karena hidup dan garis takdirnya. Tangan kecilnya itu begitu kuat memegang pinggiran gerobak yang ditarik oleh ibunya. Gerobak ini penuh dengan kardus, botol minuman dan barang – barang yang masih bisa di jual kembali, ibunya mencari rezeki dari mencari sampah yang bisa menjadi uang dan ia penuh dengan suka cita menemani bundanya.

Aku melihat wajahnya, tubuh kecilnya dan juga mata tajamnya. Wahai Tuhan, aku tetap percaya bahwa mata itu penuh dengan impian, cita – cita dan keinginan. Kesulitan hidup tetap membuatnya percaya dan yakin, hati dan jiwanya dipenuh dengan keimanan akan kehidupan mendatang penuh dengan harapan. Tanpa sadar hatiku bergetar dan penuh kasih sayang menatap tubuh kecil tersebut dan berdoa untuk hidupnya agar ia dan ibunya mendapatkan keajaiban dan bisa menaikkan taraf hidupnya tanpa harus menjual jiwanya.

..............................................................

Oya sahabat, apakah kau ingat hari apa ini? Ya, ini hari jumat!

-----------------------------------------

Rahib Tampati

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Artikel Terkait :

Hiburan (Agama) Dalam Cengkeraman Dunia Industri

Detik ini jutaan milyar orang berjalan di garis takdirnya

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun