Mohon tunggu...
Rahel Wajar Sihombing
Rahel Wajar Sihombing Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Mahasiswa Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Dampak Mengonsumsi Junkfood di Kalangan Anak Remaja

8 Januari 2025   00:22 Diperbarui: 8 Januari 2025   00:22 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Di era modern saat ini, remaja cenderung menyukai segala sesuatu yang instan. Hal ini menyebabkan meningkatnya pola konsumsi makanan instan, terutama di kalangan mereka. Namun, perlu diperhatikan bahwa makanan instan mengandung zat tambahan (zat aditif) yang bisa berupa bahan organik maupun anorganik, yang memengaruhi sifat dan kualitas makanan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Zat ini bahkan dapat memberikan efek yang kurang baik bagi tubuh.

Zat aditif dalam makanan instan berfungsi sebagai pengawet, pewarna, pemanis, penyedap rasa, penambah aroma, penggumpal, dan pengenyal. Fakta menunjukkan bahwa tidak semua makanan yang dikonsumsi 100% aman karena mengandung zat tambahan yang memiliki efek negatif terhadap kesehatan. Salah satu zat aditif yang umum digunakan adalah Monosodium Glutamat (MSG), yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti pusing, mual, dan jantung berdebar. Bahkan, MSG memiliki sifat toksik yang dapat merusak sistem saraf.

Beberapa faktor yang memengaruhi pola konsumsi makanan cepat saji pada remaja meliputi:

  1. Pengetahuan - Remaja dengan pengetahuan gizi yang rendah cenderung memilih makanan yang tidak sehat. Kurangnya fasilitas informasi di sekolah juga memengaruhi kesadaran mereka terhadap bahaya makanan instan.
  2. Pengaruh Teman Sebaya - Dukungan dari teman sebaya mendorong remaja untuk mengonsumsi makanan cepat saji meskipun mereka tahu risikonya.
  3. Tempat Nyaman untuk Berkumpul - Restoran cepat saji menjadi tempat favorit remaja untuk berkumpul karena suasananya yang nyaman, menarik, dan menyediakan fasilitas seperti Wi-Fi gratis.
  4. Rasa yang Enak - Kandungan tinggi garam, gula, lemak, dan MSG membuat makanan cepat saji terasa lezat dan adiktif.
  5. Cepat dan Praktis - Remaja dan orang tua sering memilih makanan cepat saji karena lebih efisien dibanding memasak makanan sehat.
  6. Uang Saku - Pendapatan orang tua memengaruhi gaya hidup remaja. Uang saku yang besar meningkatkan frekuensi konsumsi makanan cepat saji.
  7. Harga yang Murah - Harga terjangkau dan paket hemat menarik minat remaja untuk mengonsumsi makanan cepat saji.
  8. Brand Terkenal - Brand makanan cepat saji yang populer menjadi daya tarik bagi remaja untuk mencoba demi mengikuti tren.

Dampak konsumsi makanan cepat saji yang berlebihan meliputi:

  • Penyakit jantung, diabetes, kolesterol tinggi, gangguan ginjal, dan kerusakan hati.
  • Peningkatan risiko obesitas akibat kandungan lemak dan gula yang tinggi.
  • Gangguan pencernaan seperti GERD (Gastroesophageal Reflux Disease).
  • Masalah tidur dan metabolisme yang terganggu akibat tingginya kandungan lemak dan gula.
  • Potensi kanker karena pewarna buatan seperti Rhodamin B.

Remaja yang mengalami obesitas memiliki potensi 80% lebih tinggi untuk tetap obesitas di usia dewasa. Obesitas juga meningkatkan risiko penyakit serius seperti stroke, diabetes, dan asma. Oleh karena itu, pemantauan berat badan yang ideal serta konsumsi makanan bergizi sangat penting dalam menunjang pertumbuhan remaja.

Peran orang tua juga sangat penting dalam mengawasi pola makan remaja. Selain itu, remaja perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya makanan bergizi untuk menjaga kesehatan mereka dalam jangka panjang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun