Dinik Utami, seorang wanita berusia 71 tahun, bersama suaminya memulai perjalanan menuju Sarawak pada bulan Juni 2024. Mereka berangkat bersama dua belas orang kerabat dan teman, penuh harapan untuk mendapatkan perawatan kesehatan bagi suaminya, namun juga ingin menikmati keindahan alam dan budaya setempat. Di sebuah rumah sederhana di Jalan A Yani, tinggal sepasang suami istri yang telah mengarungi kehidupan bersama selama lebih dari setengah abad. Dinik Utam, yang kini berusia 71 tahun, telah menjalani berbagai suka dan duka bersama suami tercintanya. Mereka adalah contoh nyata dari cinta yang tak lekang oleh waktu, meskipun tantangan hidup terus menghadang.
Suami Dinik menghadapi masalah kesehatan yang mengharuskan mereka untuk mencari perawatan di luar negeri. Setelah mempertimbangkan berbagai pilihan, mereka memutuskan untuk pergi ke Sarawak, Malaysia, tempat di mana beberapa dokter ternama dapat memberikan pengobatan yang dibutuhkan. Dinik tahu betul bahwa perjalanan ini bukan hanya untuk kesehatan suaminya, tetapi juga sebagai kesempatan untuk memperkuat ikatan mereka.
Hari Kebrangkatan Tiba
Dengan semangat yang tinggi, Dinik mulai mempersiapkan perjalanan. Mereka merencanakan keberangkatan pada bulan Juni 2024 dan mengorganisir keberangkatan bersama dua belas orang kerabat dan teman yang juga ingin mendukung mereka. Perjalanan ini menjadi lebih dari sekadar momen berobat; itu adalah kesempatan untuk berkumpul dan saling mendukung di tengah cobaan. Hari keberangkatan tiba, dan mereka berangkat dari rumah dengan segala persiapan yang telah dilakukan. Setibanya di PLBN Entikong, mereka merasakan campuran antara kecemasan dan harapan. Dinik memastikan segala dokumen dan peralatan medis yang diperlukan telah siap. Suami Dinik tampak tenang, menggenggam tangan istrinya erat-erat, mengingatkan.
Dinik akan kekuatan cinta mereka. Setelah melewati proses pemeriksaan di perbatasan, mereka melanjutkan perjalanan menuju Sarawak. Dalam perjalanan, Dinik mengingat kembali momen-momen indah yang telah mereka lalui bersama. Mereka telah berbagi tawa, tangis, dan segala pengalaman hidup yang membuat mereka saling melengkapi. Setiap kenangan itu menjadi penguat bagi Dinik untuk menghadapi apa pun yang akan datang.
Sesampainya di Sarawak, mereka disambut oleh suasana yang berbeda. Pemandangan yang indah dan keramahan masyarakat setempat membuat mereka merasa lebih tenang. Dinik dan suami menjalani serangkaian pemeriksaan dan konsultasi dengan dokter. Meskipun proses tersebut melelahkan, Dinik merasa bersyukur bisa berada di samping suami, memberikan dukungan dan semangat.

Suasana Yang Menyenangkan
Setibanya di Sarawak, mereka disambut oleh suasana yang hangat dan ramah. Selama dua hari, mereka menjelajahi berbagai tempat menarik di sekitar kota. Hari pertama dimulai dengan kunjungan ke Kuching, ibu kota Sarawak. Di sana, mereka mengunjungi Museum Sarawak yang menakjubkan, di mana Dinik dan suami terpesona oleh koleksi artefak budaya yang menggambarkan kekayaan sejarah daerah tersebut. Setelah menikmati pengetahuan baru di museum, mereka melanjutkan perjalanan ke tepi Sungai Sarawak. Pemandangan sunset yang indah membuat mereka terpesona. Dinik dan suami menikmati momen berharga ini sambil berjalan-jalan di sepanjang promenade, merasakan angin sepoi-sepoi yang menyegarkan. Mereka juga mencicipi makanan lokal di warung yang ramai, mencicipi laksa Sarawak yang terkenal.

Hari dihabiskan dengan mengunjungi Bako National Park. Mereka berangkat pagi-pagi dengan perahu, menyusuri laut yang tenang menuju taman nasional. Setibanya di sana, Dinik dan suami berkeliling, menikmati keindahan hutan bakau dan melihat berbagai spesies hewan, termasuk monyet proboscis yang unik. Mereka merasa beruntung bisa merasakan keindahan alam yang masih alami.
