Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ubah Cinta Monyet Anak Menjadi Prestasi!

4 Maret 2016   09:28 Diperbarui: 4 Maret 2016   19:34 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pra remaja perlu diarahkan untuk mendalami passionnya (supermommybeirut.wordpress.com)"][/caption]Sekarang ini fenomena yang berkembang anak-anak yang masih SD sudah pacaran. Tragisnya terkadang guru tidak memberikan respon yang membuat anak merasa seolah diperbolehkan untuk pacaran dini. Orang tua pun bingung apa yang harus dilakukan saat anak sedang menghadapi cinta monyet.

Perasaan tertarik yang dirasakan oleh seorang anak dalam masa pubertas (SD atau SMP) tidak mungkin dibendung oleh orang tua. Orang tua hanya bisa mengarahkan anak bagaimana caranya mengelola gelora rasa suka tersebut sehingga tidak terjerumus. Pada umumnya SMP adalah masa dimana seseorang menemukan cinta pertama yang katanya sulit dilupakan seumur hidup.

Saya juga tidak menyangkal kalau sewaktu SMP juga pernah ada rasa suka-sukaan sama cowok. Cinta monyet saya itu sebenarnya justru membuat saya semakin termotivasi belajar karena saya malu kalau nilai saya tidak bagus. Cinta monyet itu juga yang membuat saya sangat sedih kalau liburan sekolah tiba, bagaimana tidak? Saya tidak bisa bertemu dengannya di sekolah.

Kebetulan dia sekelas dengan saya. Orangnya pintar, jago matematika, dan humoris pula. Dia sering mendapat juara catur. Kabarnya, lemari di rumahnya penuh dengan piala juara catur bahkan sampai tingkat provinsi. Saya pernah juga membaca namanya di koran berkat prestasi yang diukir. Saya pun semakin termotivasi, bukan hanya nilai di kelas yang saya usahakan bagus namun juga saya berpikir keras bagaimana supaya saya seperti dia yang memiliki banyak piala.

Saya mengikuti lomba membaca puisi dan akhirnya menang. Senang sekali karena saya mendapat piala. Saya mengetahui kalau cowok tersebut ikut bimbingan belajar di salah satu lembaga bimbingan belajar di kota kecil saya. Saya pikir, pantaslah dia pintar. Saya pun ikut bimbingan belajar juga dan saya selalu belajar dengan baik agar nilai kuis saya berada di jajaran atas. Senang sekali saat saya bisa mengalahkannya di Try Out yang diadakan oleh bimbingan belajar tersebut.

Saya beberapa kali mendapat juara di Try Out tetapi tidak mendapat piala. Saya datangi pengelola bimbingan belajar kemudian saya mengatakan begini, “Bang, apa tidak bisa kalau yang juara Try Out diberikan piala?” Untunglah pengelolanya mau mendengarkan saya. Betapa senangnya saya bisa seperti cowok tersebut yang memiliki banyak piala walau prestasi kami berbeda.

Zaman masih kecil dulu belum ada tayangan internet atau film-film yang mengarah ke rangsangan seksual sehingga hanya sekedar cinta monyet biasa yang paling-paling kisahnya saya goreskan di diary. Bedanya, sekarang anak-anak yang dilanda cinta monyet memiliki akses yang sangat luas terhadap video seks sehingga aplikasi cinta monyetnya pun berubah menjadi tidak biasa.

Belum lagi sekarang segala kebutuhan dan biaya pendidikan anak semakin meningkat sehingga orang tua siang malam sibuk mencari uang seolah lupa akan tugas dan tanggung jawab utama sebagai orang tua. Sangat disayangkan bila generasi yang masih terlalu hijau sudah berpacaran bebas. Solusinya, orang tua memang harus benar-benar mendampingi anaknya khususnya saat mengakses internet. Pemerintah juga sebaiknya harus semakin peduli kepada generasi muda dengan lebih selektif mengizinkan tayangan sinetron tidak mendidik yang selalu mengusung tema-tema cinta berlebihan. Bahayanya, anak menjelang remaja ini sangat mudah meniru apa yang dilihat.

Anak usia ini sebenarnya masih polos dan belum mengerti apa itu definisi cinta dan bagaimana mengaplikasikannya. Orang tua harus bisa mengenali gejala anak yang sedang mengalami cinta monyet dan menjelaskan apa yang harus dilakukan saat anak mengalaminya. Arahkan anak agar cinta monyet tersebut membuatnya semakin berprestasi dan semangat menjadi seorang yang lebih baik.

Sejak kecil, amati apa yang menjadi potensi, minat, dan bakat anak. Bila orang tua sudah menemukan apa bakat anak maka anak bisa diberikan kesibukan mengasah bakatnya dan hal tersebut tidak membuatnya jenuh karena memang itulah passion-nya. Kesibukan dalam mengasah passion seperti menulis, bermain musik, catur, atau mendalami komputer akan membuat anak tidak terlalu terfokus memikirkan cinta-cintaan yang menjerumuskan. Orang tua juga harus bisa menjadi sahabat yang selalu ada sehingga anak bisa memiliki teman curhat yang baik.  

Orang tua perlu menjelaskan kepada anak kalau masa SMP apalagi SD emosinya masih labil, masih penasaran bagaimana rasanya pacaran, dan suka coba-coba. Itulah sebabnya jarang sekali kasusnya anak yang pacaran dari SD atau SMP kelak menjadi suami istri. Jangan sampai anak-anak menghabiskan waktu menjajaki pasangan yang belum pasti menjadi pasangan di masa depan. Lebih baik semangat cinta monyet yang menggelora diarahkan kepada hal yang lebih positif dan membangun seperti mengukir prestasi dan mengasah passion. Anak jangan sampai hanya menjadi ‘bahan coba-coba’ remaja lain yang juga belum bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Belum lagi remaja sekarang banyak yang sudah terekspose dan lancar mempraktikkan apa yang ada di dalam video porno. Manfaat pacaran dini yang sama sekali tidak ada, membuat orang tua harus mampu mengarahkan anak agar sabar menunggu waktu yang tepat dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis. Orang tua pasti akan mengizinkan anak berpacaran di saat yang sudah tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun