Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tetap Pacaran Sampai Menikah

8 Mei 2016   16:33 Diperbarui: 14 April 2019   12:45 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada satu sifat yang saya sukai dari suami saya; humoris. Sangat bisa mengimbangi saya yang cukup serius, fokus, konsentrasi menjalani hidup he..he..Kalau suami bercanda, pasti deh kami berdua akan tertawa terbahak-bahak ujung-ujungnya ciuman suami mendarat di pipi saya. Anak saya yang berusia empat tahun langsung menutup mata dengan kedua tangannya sambil teriak, “Malu. Papa kok cium-cium mama?!” Entah bagaimana responnya bisa begitu, saya juga bingung.

Ada pendapat kalau tetap romantis setelah menikah bukanlah situasi yang mudah karena cenderung sudah bosan menjalani masa pacaran sebelum menikah. Sewaktu pacaran rasa cinta selangit namun setelah menikah tinggal sisanya saja. Apalagi sesudah menikah, pasangan jadi sudah mengetahui kekurangan suami atau istrinya.

Sebelum menikah biasanya yang ditunjukkan adalah yang manis-manisnya saja sehingga saat menikah ada perasaan kecewa karena mendapati pasangan tidak sebaik yang dikira. Selain itu, ada rasa jenuh karena setiap hari bertemu dengan pasangan, belum kangen sudah ketemu lagi.

Perhatian setelah menikah harus dibagi dengan anak belum lagi ada pendapat kalau sebelum hati seseorang ditaklukkan wajarlah bersikap romantis, namun kalau hatinya sudah didapat buat apa romantis-romantis lagi? Ada suatu perasaan janggal bila harus bermesra-mesraan dengan pasangan kalau sudah menikah.

Pacaran setelah menikah memang berbeda dengan pacaran sebelum menikah. Pacaran sebelum menikah lebih ke arah kata-kata romantis, pujian bagi sang kekasih, atau sayang-sayangan lainnya. Setelah menikah meskipun tidak menghilangkan keromantisan, wujud romantismenya ditambah dengan tanggung jawab, kesetiaan, dan mengasihi pasangan tanpa syarat.

Sebelum menikah, saya dan suami sempat berpacaran selama empat tahun. Perjalanan panjang yang mengukirkan berbagai kisah penuh warna-warni namun tidak pernah lupa saya bawakan di dalam doa karena percaya bahwa kekuatan suatu hubungan sangat dipengaruhi oleh kekuatan kuasa-NYA. Bagaikan menuai hasil doa, begitulah perasaan saya sekarang. Tidak ada tips-tips atau strategi tertentu yang kami atur di dalam pernikahan kami. Bahkan tidak ada satu pun buku yang saya beli mengenai pernikahan bahagia. Hanya beberapa hal ini yang dilakukan:

1. Menerima apa adanya

Menerima, mengasihi suami dengan setulus hati, dan tidak pernah menuntut hal yang berlebihan. Percaya bila sudah menikah, maka inilah yang sudah dipilihkan Tuhan yang terbaik buat saya. Bila menuntut sesuatu yang berlebihan apalagi sampai menilai rumput tetangga lebih hijau maka bisa fatal akibatnya. Suami istri jadi mudah kecewa, gampang marah, dan akhirnya selingkuh. Sikap mensyukuri pasangan apa adanya ini ternyata memang sangat ampuh menjaga pernikahan dari keributan-keributan yang hanya mengikis perasaan cinta.

2. Menyerahkan segala permasalahan kepada Tuhan

Saat ini memang pernikahan kami baru menginjak usia lebih dari lima tahun namun kami ingin terus berpacaran sampai seumur hidup. Masalah pasti akan terus menghadang, namun bila dihadapi bersama pasti lebih ringan. Apalagi segala permasalahan diserahkan kepada Tuhan maka pasti tidak akan ada pikiran untuk bercerai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun