Tradisi makan malam bersama adalah salah satu rahasia kedekatan keluarga saya. Bapak, mama, saya, dan adik-adik terbiasa makan bersama dalam satu meja makan yang berbentuk bundar. Bapak saya berpendapat, kesibukan di pagi dan siang hari tidak memungkinkan keluarga makan bersama. Namun, saat makan malam kami harus makan berlima. Tentunya saja tanpa handphone di tangan karena dulu gadget memang belum terlalu menjamur seperti sekarang.
Saat makan malamlah kebersamaan keluarga kami terbentuk. Pembicaraan yang hangat dan penuh canda tawa kerap terjadi. Bahkan, setelah selesai makan malam kami sering kali masih melanjutkan pembicaraan. Banyak kisah orang tua yang saya rekam di kepala berkat kebiasaan makan malam di meja makan.
Bapak saya memang meninggal saat saya masih berusia 28 tahun namun kisah-kisahnya tidak pernah habis untuk saya goreskan dalam sebuah tulisan karena hampir semua cerita hidup bapak saya telah ditransfer ke benak . Kebiasaan inilah yang saya saya lanjutkan di keluarga kecil saya sekarang. Saya tidak ingin menjadi keluarga yang saking semua anggota keluarganya sibuk pergi pagi pulang malam menjadi tidak sempat berkomunikasi satu dengan yang lain karena bertemu dalam suasana sama-sama di puncak kelelahan. Betapa sedih melihat keluarga yang masing-masing sibuk dengan urusan sendiri-sendiri dan tidak pernah meluangkan waktu bersama. Kalaupun sama-sama makan sering terjadi kalau anaknya makan di dalam kamar, papanya makan di depan TV, dan bahkan mamanya makan sambil asyik dengan gadget. Saya percaya keluarga harmonis tidak dapat terbentuk begitu saja dengan tiba-tiba. Keluarga rukun dan akrab hanya bisa dibentuk melalui usaha terus menerus, salah satunya adalah dengan bersama-sama makan mengelilingi meja sembari ngobrol dengan penuh kehangatan setidaknya satu kali dalam sehari.
Demi acara makan malam bersama, saya akan berusaha memasak masakan yang disukai suami dan anak-anak. Namun terkadang rasa lelah dan bosan dengan masakan yang saya masak sendiri membuat tidak mood untuk masak. Bila memaksakan untuk tetap memasak maka biasanya hasil masakan tidak akan sempurna dan saya pun jadi kesal. Akibatnya, acara makan malam yang penuh kehangatan berubah menjadi dingin. Semua karena saya terlalu memaksakan diri memasak dalam kondisi badan yang kelelahan. Tanyalah kepada juru masak, satu hal yang paling membosankan adalah memakan masakan sendiri he..he…Nah, kalau lagi kelelahan, tidak sempat masak, dan ingin merasakan menu yang istimewa, maka saya pun mengajak suami dan anak-anak ke restoran favorit kami sekeluarga. Kami tetap bisa makan bersama dalam satu meja makan layaknya kebiasaan di rumah.
Sejak saya menginjakkan kaki di Ibu Kota tahun 2002, saya langsung jatuh cinta pada HokBen yang sebelumnya bernama Hoka-Hoka Bento. Menunya cocok banget di lidah saya dan yang pasti nasinya yang pulen banget. HokBen didirikan pada tahun 1985 dengan konsep Japanese fast food yang dihidangkan dalam sebuah lunch box (kotak makan siang). Awalnya resto ini ditujukan untuk sarana makan praktis bagi para pekerja.
Setelah pacaran, HokBen juga menjadi restoran favorit saya dengan pacar (sekarang suami) karena ternyata kami sama-sama merasa cocok dengan menunya. Porsinya enak, banyak, dan harganya ramah di kantong. Sejauh ini HokBen benar-benar memuaskan dan berhasil menghangatkan hubungan pacaran dan pernikahan kami. Interior HokBen yang didominasi warna kuning juga menambah kenyamanan bila makan di restonya. Bila masuk HokBen kami disambut patung dua orang anak; perempuan dan laki-laki yang sedang tertawa ceria dan kepala yang mudah digoyang-goyangkan. Kedua anak tersebut memakai baju khas Jepang dengan dominasi warna merah dan biru. Kedua anak itu adalah putra dan putri dari sang pendiri HokBen. Anak laki-laki bernama Taro yang gemar berpetualang dan sang putri bernama Hanako yang sangat suka belajar. Memang kalau berkunjung ke HokBen biasanya ramai dan antreannya lumayan namun tenang saja kita tidak akan lama menunggu karena penyajian pelayan yang gesit.
Kita pun tidak merasa terlalu lama berdiri karena dalam sekejap sudah bisa mengambil nampan sendiri dan memesan menu yang diinginkan. Setelah pesanan lengkap kita tinggal bergeser perlahan ke arah kasir, membayar sesuai tagihan, dan duduk di bangku dan meja yang dipilih. Pilihan menu sangat banyak dan cocok untuk anak-anak, dewasa, dan para usia lanjut. Mengenai pilihan menu sebenarnya bisa memesan makanan secara terpisah namun kami memilih paket kesukaan keluarga yaitu Favorite Set Chicken Teriyaki karena lebih irit. Isinya juga lengkap banget karena ada chicken teriyaki, egg chicken roll, spicy chicken, nasi, soup, salad, dan minuman ocha juga ada. Harganya untuk menu sebanyak itu hanya 45.500. Bila tidak terlalu lapar, kami memilih paket value set yang terdiri dari Chicken Roll, Shrimp Roll, nasi, soup, salad, dan ocha. Harganya sangat murah meriah hanya 25.500. Kedua harga tersebut sudah termasuk pajak. Benar-benar bikin kenyang sekaligus hemat.
Oia kalau saya selalu suka menambah paket dengan ekstra mayonaise. Dulu yah, saat saya masih kuliah di Depok ingat banget kalau ke Hokben selalu bilang ke pelayan begini, “Mbak, banyakin mayonaisenya yah!” Pasti dengan ramah pelayan menyetujui permintaan saya. Nah belakangan ini tidak bisa begitu lagi. Saya harus menambah 3500 Rupiah untuk satu cup kecil mayonaise. Saya senang donk, hanya menambah uang segitu saya bisa menikmati tambahan mayonaise yang lebih banyak dari yang sebelumnya. Saya malah sering mencampur nasi dengan mayonaise, aneh ya?? Tetapi saya selalu begitu dari dulu. Pertama-tama saya makan dulu nasi, mayonaise, dan saladnya. Setelah itu saya baru makan menu yang lain seperti teriyaki. Kebiasaan yang sudah dihapal oleh suami saya he..he…
Saladnya sebenarnya sederhana saja hanya terdiri dari irisan wortel dan kol bertabur mayonaise. Namun, rasanya ada secuil asam manis yang dipadukan dengan kelembutan mayonaise sehingga tampilan saladnya yang terkesan biasa di mata kini berubah menjadi luar biasa di lidah. Rasa kuah miso soup-nya segar dan enak. Apalagi tahunya lembut membuat anak-anak saya sangat suka. Kuah miso ditaburi daun bawang segar bisa dilahap habis oleh anak-anak. Bentuk daun bawangnya yang dipotong-potong bulat dan berwarna hijau segar membuat anak saya tertarik, “Mama mau sayurnya!” katanya yang benar-benar membuat saya kaget. Awalnya saya sisihkan karena merasa tidak mungkin anak kecil suka daung bawang. Ternyata malah diminta anak.
Ada lagi ekkado isinya daging ayam cincang dan telur puyuh yang dibungkus di dalam lembaran lumpia (kulit tahu) kemudian diikat seperti berbentuk kantung uang. Terakhir ekkado digoreng garing sehingga teksturnya sangat lembut di dalam dan renyah di luar. Egg chicken roll HokBen juga sangat enak karena daging ayamnya lumayan tebal dan berasa banget. Rasanya gurih dan lembut di lidah dan digorengnya cukup pas jadi tidak kebanyakan minyak bisa yang memicu batuk. Paling enak kalau dicocol dengan saus sambal, mmmmhh.