Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Rencana Berselingkuh? Pahami Dulu Risikonya

15 Agustus 2016   16:39 Diperbarui: 16 Agustus 2016   08:03 1384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perselingkuhan menimbulkan risiko yang terlalu tinggi tidak sebanding dengan kesenangan yang diperoleh (www.lifehack.org)

Perselingkuhan adalah fenomena yang tidak jarang ditemukan di masyarakat padahal sudah berjanji untuk saling setia dalam ikatan pernikahan. Namun tetap saja tidak sedikit penyelewengan yang terjadi apakah dilakukan oleh sang istri atau suami. 

Sebagian beralasan mencoba menjalin hubungan istimewa dengan yang lain karena sudah menemukan ketidakcocokan dengan pasangan sekarang, ada yang ingin mengatasi kejenuhan hubungan, dan yang lainnya hanya sekadar iseng-iseng berhadiah. Padahal kalau dilihat lagi perselingkuhan memberikan dampak dan risiko yang sangat berbahaya bagi semua pihak baik yang berselingkuh, pasangan, dan anak-anak mereka.

Salah satu risiko perselingkuhan adalah timbulnya rasa bersalah di dalam hati pasangan yang melakukan selingkuh karena telah mengkhianati dan mempermainkan hati suami atau istri yang tulus mengasihinya. Saat berselingkuh, hati tidak tenang sebab khawatir hubungan gelap akan tercium oleh pasangan atau orang lain. 

Bila sedang jalan dengan selingkuhan harus selalu mempersiapkan uang cash karena bila menggunakan kartu kredit atau debit bisa terdeteksi oleh pasangan. Belum lagi repot karena harus membuang tiket nonton atau struk restoran saat bersama selingkuhan agar tidak dicurigai pasangan. Selain itu juga harus menghapus semua pesan yang masuk dari selingkuhan dan memberikan password untuk email, sosmed, dan ponsel pribadi.

Sekalipun semua jejak perselingkuhan sudah dihapus dengan sebersih-bersihnya tetap ada risiko sang selingkuhan akan membocorkan rahasia kepada pasangan di rumah bahkan mungkin ke khalayak umum. Seram sekali bukan? Hal ini masuk akal sebab seseorang yang mau dijadikan selingkuhan pada dasarnya bukanlah seorang yang dapat dipercaya, lalu bagaimana mungkin kita mengharapkan seorang yang demikian bisa menjaga rahasia? Bila sampai ada yang mengetahui perselingkuhan maka siap-siap akan dihakimi sebab untuk urusan yang satu ini masyarakat kita sangat tidak mentoleransi.

Pengkhianatan yang kita lakukan juga bisa menimbulkan perasaan mudah curiga dan sulit mempercayai orang lain. Ada perasaan jangan-jangan suami atau istrinya juga berselingkuh. Pelaku juga mudah curiga bukan semata-mata dalam hal jalinan asmara namun juga dalam hubungan lain misalkan urusan bisnis; seolah-olah orang lain juga memiliki karakter tidak setia seperti dirinya. 

Perselingkuhan juga membuat kita kesulitan membagi waktu antara pasangan dan selingkuhan. Bila pasangan membutuhkannya di saat yang bersamaan dengan selingkuhan maka biasanya yang diambil sebagai jalan keluar adalah dengan membohongi salah satunya. Kebiasaan memikirkan alasan untuk berdusta bisa membuat pikiran terkuras.

Risiko lain yang mungkin muncul adalah saat ingin mengajak selingkuhan bersenang-senang harus berpikir keras mencari tempat yang kemungkinan tidak dikunjungi oleh pasangan sendiri, teman-teman, atau keluarga. Sekalipun sudah sangat hati-hati, risiko tertangkap basah tetap tinggi sehingga membuat pasangan selingkuh sulit menikmati waktu berdua. 

Perselingkuhan juga memungkinkan terjangkit penyakit menular seksual yang bisa mengenai pasangan di rumah juga. Tidak ada yang bisa menjamin selingkuhan bebas dari penyakit menular seksual karena bila dia mau berselingkuh dengan kita artinya dia juga bersedia berselingkuh dengan yang lainnya. Berganti-ganti pasangan tentu meningkatkan risiko penularan penyakit seksual.

Risiko yang paling ditakutkan dari semua adalah kehilangan suami atau istri yang sudah bersedia menyerahkan hidup matinya untuk kita. Anak-anak yang kita kasihi juga harus menjadi korban karena harus kehilangan sosok ayah atau ibu yang baik. Bayangkan bagaimana mereka menjalani hidup tanpa teladan yang tepat. 

Kelak saat dewasa mereka tidak mengerti bagaimana seharusnya menjadi pasangan yang bisa dipercaya. Pun mereka akan sulit mempercayai cinta sejati sebab menyaksikan pengkhianatan yang dilakukan oleh orang tuanya. Bila mereka menjadi papa mama dari cucu-cucu kita kelak, maka akan sulit menjadi orang tua yang baik sebab tidak mendapat teladan yang memadai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun