Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Mengintip Cara Seorang Tentara Mengajarkan Toleransi kepada Putrinya

22 April 2016   07:19 Diperbarui: 22 April 2016   10:19 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Mengajarkan toleransi sejak dini demi persatuan bangsa (foto: pkbmtotabuan.wordpress.com)"][/caption]Menjadi putri seorang prajurit membuat saya mengerti kalau seorang tentara itu memiliki tingkat toleransi yang sangat tinggi terhadap orang lain walaupun bukan satu suku atau seagama dengannnya. Saya tidak tahu apakah para tentara diberikan pelajaran khusus bagaimana memupuk toleransi antar pemeluk agama atau tidak. Namun dari kesimpulan yang saya lihat, bapak selama ini memperlakukan orang lain sama tanpa memandang agama dan sukunya.

Bapak saya sangat senang banyak bergaul dengan orang di luar  agama Kristiani dan bisa sedikit berkomunikasi beberapa bahasa daerah. Salah satu bukti nyata yang saya rasakan dan tidak akan pernah mungkin bisa terlepas dari dalam diri saya adalah nama saya sendiri “Rahayu Setiawati”. Sama seperti bapak, saya 100% Batak Simalungun. Mengapa nama saya “Rahayu Setiawati”?

Nama saya itu diberikan oleh seorang teman bapak saya yang adalah seorang suku Jawa dan beragama Islam. Bapak saya meminta kepada sahabatnya untuk memberikan nama bagi putri pertamanya. Bagi saya, ini adalah bukti betapa bapak saya sangat menghargai persahabatan walaupun tidak seagama dan sesuku dengannya.

Bapak meminta temannya memberikan nama apa saja bagi saya asalkan huruf pertama nama saya harus dimulai dari “R”. Akhirnya jadilah nama saya "Rahayu Setiawati" ditambah “Damanik” tentunya karena bapak saya bermarga Damanik.

Pelajaran toleransi yang secara tidak langsung diajarkan bapak membuat saya mudah berteman dengan siapa saja. Apalagi saat kuliah di Fakultas Ilmu Keperawatan UI, sekitar 90% teman-teman saya adalah Muslim. Berteman dekat dengan mereka membuat saya memahami bagaimana dunia Islam itu karena sesekali dalam percakapan sehari-hari kami berdiskusi tentang bagaimana ajaran Islam dan Kristen.

Namun apakah diskusi agama mengurangi keimanan saya? Sama sekali tidak. Bila tiba bulan Ramadhan, sedapat mungkin saya dan teman-teman Kristiani menghargai teman yang sedang berpuasa dengan tidak makan atau minum di depan mereka. Namun terkadang ada juga di antara teman Muslim yang mengatakan santai saja bila mau makan, tidak perlu ngumpet-ngumpet karena bagi  mereka itu adalah sebuah ujian.

Pelajaran dari bapaklah yang membuat saya tidak mengerti mengapa sampai ada orang tua yang mengajarkan kepada anaknya untuk jangan sampai berteman dengan anak lain yang di luar agamanya. Awalnya saya tidak percaya ada orang tua yang demikian, namun setelah mendengar sendiri dari seorang anak barulah saya percaya.

Anak tersebut berkata, “Jangan berteman dengannya karena agamanya beda!”. Saya pun teringat saat masih kecil beberapa kali mendengar teman saya mengolok-olok agama anak lain yang kebetulan berbeda dengannya.

Toleransi bagi saya bukanlah berarti tidak pernah mendiskusikan mengenai agama kita kepada orang yang berbeda keyakinan, namun bagi saya toleransi memerlukan diskusi antar agama sehingga bisa memahami keyakinan orang lain dan berusaha menghargai saat menjalankan pergaulan sehari-hari. Tidak ada salahnya dengan diskusi antar agama asalkan bisa menerima perbedaan dan tidak ada upaya memaksakan keyakinan kepada orang lain.

Nilai toleransi yang tinggi tidak memudarkan kecintaan saya kepada Tuhan yang saya yakini. Justru keteguhan iman saya kepada-NYA lah yang melahirkan toleransi yang tinggi terhadap mereka yang berbeda agama dan suku kepada saya. Hampir 70% status Facebook saya mengenai ungkapan pujian, pengagungan, dan kekaguman kepada Tuhan namun bukan berarti saya tidak toleransi.

Saya demikian karena mengungkapkan kecintaan yang tidak terbendung di dalam hati saya. Ibaratnya bila seseorang sedang jatuh cinta, maka setiap pembicaraan atau pikirannya tidak terlepas dari yang dia cintai. Demikian juga kecintaan saya yang sangat tinggi membuat saya selalu ingin mengungkapkannya pada-NYA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun