[caption caption="Merpati Ternyata Bukan Hewan yang Paling Setia (palingseru.com)"][/caption]Pernahkah terlintas di pikiran kita mengapa burung merpati sering dijadikan lambang cinta sejati? Gambar sepasang merpati malah kerap tercantum dalam sebuah undangan pernikahan. Banyak yang menilai kalau merpati adalah hewan yang setia karena sejauh apa pun dia terbang, merpati akan kembali ke tempat pasangan tetapnya. Bahkan dipercaya burung merpati akan selalu setia hanya pada satu pasangan.
Pasangan merpati yang seolah selalu terlihat mesra dan tidak pernah bertengkar semakin memperkuat anggapan kalau merpati adalah hewan yang patut ditiru pasangan suami istri. Benarkah burung merpati demikian setianya? Ada yang pernah mengisahkan kalau ternyata pejantan burung merpati juga tidak setia khususnya saat sang betina sedang mengerami telur. Ada kecenderungan sang jantan berupaya menghampiri merpati betina yang lain. Padahal katanya merpati tidak akan ‘berpaling ke lain hati’ kecuali pasangannya sudah mati. Buktinya tidak demikian. Contoh lain, kisah seseorang yang memelihara enam ekor burung merpati; dua jantan dan empat betina. Ternyata apa yang terjadi, semua betina berkembang biak. Artinya burung merpati tidak sesetia yang digambarkan.
Seorang yang tidak setia kepada pasangan malah diberikan predikat “buaya darat” padahal walaupun buaya terlihat seperti makhluk yang serakah dan jahat tetapi adalah sebuah fakta tak terbantahkan kalau buaya hanya ‘menikah’ satu kali seumur hidup. Inilah sebabnya di pesta pernikahan masyarakat Betawi, seorang mempelai pria wajib menyerahkan roti buaya sebagai simbol kesetiaan seumur hidup pada istrinya. Yang luar biasa, bahkan jika pasangannya mati, buaya tidak akan kawin lagi. Jadi sebenarnya mana yang lebih setia, buaya ataukah merpati?
Era internet saat ini semakin memperluas godaan untuk tidak setia pada pasangan. Untungnya alam memberikan sebuah pelajaran yang bisa dijadikan teladan kesetiaan. Padahal insting seekor hewan seharusnya membuatnya rajin bergonta-ganti pasangan. Namun ternyata tidak demikian. Sekali menemukan pasangan hidup, hewan ini akan terus menjadi tim yang hebat dan tidak pernah ‘melirik’ pasangan lain yang sepertinya lebih baik. Namun, hewan tetap saja hewan yang tidak punya akal budi dan hati nurani.
Manusia pasti lebih berpotensi untuk setia karena memiliki pikiran dan hati kecil. Namun kenyataannya banyak ditemui manusia justru jauh lebih tidak setia daripada hewan. Bagaimana pun besarnya ajaran dan tips kesetiaan dari alam, bila manusia tidak bertekad maka akan sulit setia.
Sekitar sebulan yang lalu, saya menghadiri acara ucapan syukur usia pernikahan ke-54 pasangan suami-istri. Saya menanyakan apa tips dari pasangan marga Damanik (yang saya panggil dengan sebutan Oppung) sehingga bisa membina keluarga sekian lamanya. Mahligai rumah tangga yang sudah terjalin adalah sebuah komitmen yang terbentuk dari kesetiaan. Tanpa kesetiaan mustahil pernikahan mencapai usia 54 tahun. Banyak ujian, masalah, dan gelombang yang dihadapi namun ketulusan kasih sayang melahirkan kesetiaan dan komitmen tanpa batas. Sejatinya kesetiaan akan tercipta bila cinta hadir di dalam hati yang tulus, tanpa ketulusan hati maka mustahil tercipta kesetiaan.[caption caption="Acara Ucapan Syukur Usia Pernikahan ke-54 Oppung yang memakai baju ungu dan oppung yang memakai baju hitam (Dokpri)"]
Salam,
Rahayu Damanik