Bolehkah kita memilih-milih teman? Ada yang mengatakan kita tidak boleh memilih teman karena kita tidak bisa hidup tanpa orang lain yang pastinya banyak yang memiliki latar belakang berbeda dengan kita. Penulis sepakat bila kita membuka tangan dan hati untuk siapa saja tanpa memandang fisik, jabatan, dan status ekonominya. Sebab nilai seseorang yang sesungguhnya tidak dipengaruhi oleh hal semu tersebut.
Sungguhlah baik membangun silaturahmi tanpa pandang bulu karena dengan berteman dengan semua orang kita bisa saling membantu dan memberikan pengaruh baik kita. Apalagi semua manusia sekalipun ada yang menganggapnya paling hina sesungguhnya tetap memiliki nilai yang tinggi khususnya di mata Sang Penciptanya.
Namun satu hal yang penulis yakini, bila untuk berteman dekat maka kita harus pilih-pilih. Selektif bukan dalam hal semu seperti yang penulis jabarkan sebelumnya namun dalam hal karakter. Sebab teman dekat berarti yang kepadanya kita sering bergaul; bercerita, mencurahkan isi hati, meminta masukan/pandangan, dan menghabiskan waktu bersama.
Artinya, untuk memberikan apa yang ada di dalam diri kita misalkan pertolongan atau pengaruh yang positif, tidak seharusnya kita pandang bulu sehingga perlu berbaur dengan semua orang. Namun untuk tempat kita mencari inspirasi, kekuatan, dorongan, nasihat, dan motivasi yang biasanya berasal dari orang terdekat kita harus tegas dalam memilih. Sebab sahabat ibarat sumber mata air di dalam diri kita. Bila mata air itu bersih maka kita pun bisa mengalirkan air yang jernih bagi semua orang.
Sebaliknya, bila sahabat memiliki karakter yang kurang baik maka cepat atau lambat kita akan tertular sehingga otomatis tidak bisa memberikan pengaruh yang positif bagi khalayak banyak karena watak kita sudah dipengaruhi hal yang tidak baik. Inilah sebabnya kalimat bijak mengatakan pergaulan yang buruk dapat merusak kebiasaan yang baik.
Teman pergaulan adalah tempat dimana kita sering mencurahkan isi hati dan meminta nasihat. Bila kita bergaul akrab dengan orang yang tidak tepat maka masukan yang diberikan pada kita pun bisa saja membuat semakin terjerumus. Misalkan kita curhatkepada teman kalau suami kita belakangan ini kurang perhatian dan egois sekali.
Salah-salah, teman bisa memberikan masukan agar mencari kesenangan di luar dengan menjalin hubungan dengan pria lain saja sehingga kita tidak terlalu bersedih. Tentu saja kita tidak dapat menyalahkan teman tersebut karena memang demikianlah dia sehari-hari memecahkan masalahnya. Apalagi sebenarnya dia memberikan nasihat dengan niat menolong teman namun ternyata sangat berpotensi menjerumuskan.
Memilih sahabat tidak bisa dijadikan indikasi kalau kita adalah seorang yang egois dan berlebihan sebab ini kita lakukan demi kebaikan kita juga. Sebab bila pengaruh buruk telah merasuki hati dan jiwa maka tidak akan mudah dikeluarkan sehingga sangat merugikan diri sendiri.
Bila kita terbiasa bergaul dengan seorang yang berselingkuh maka bukan tidak mungkin kelak kita pun menganggap perselingkuhan adalah hal yang lumrah. Awalnya kita tidak ada keinginan berselingkuh namun karena ikut-ikutan kita pun akhirnya terjerumus juga. Pun demikian dengan seseorang yang suka membohongi pasangan dan menganggap kejujuran sebagai hal yang remeh, maka kelak tanpa disadari kita pun bisa memiliki pola pikir yang sama.
Sebab teman yang bersamanya kita sering menghabiskan waktu akan mempengaruhi cara pandang kita terhadap pernikahan. Itulah sebabnya bila kita ingin mengetahui bagaimana karakter seseorang, cukup lihat dengan siapa dia berteman sehari-hari sebab sahabat adalah cerminan diri kita yang sesungguhnya.
Bahkan narkoba yang biasa menyerang remaja juga bisa mewabah di kalangan ibu-ibu yang notabene adalah teladan anak-anak. Semuanya terjadi karena para ibu ini menganggap sepele pentingnya selektif dalam memilih teman dekat. Informasi mengenai ibu-ibu arisan narkoba bisa dibaca di sini. Bagaimana dengan Teman-teman, apakah masih ragu memilih teman pergaulan?