Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Perempuan yang Tertangkap Basah Berzina dan Hujatan kepada Pak Mario Teguh

13 September 2016   09:23 Diperbarui: 13 September 2016   21:05 5416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menghakimi sesama dengan atau tanpa bukti bukan bagian kita (foto: m.tvguide.co.id)

Mengenai kasus Pak Mario Teguh seorang motivator terkenal ternyata luar biasa hujatan yang dilontarkan orang padanya. Banyak yang menghakimi seolah sudah tahu tes DNA yang merupakan bukti kuat. Sekalipun hasil tes DNA itu membuktikan kalaulah Kis anak biologis Pak Mario kita pun tak berhak menghakimi. Sebab siapa yang bisa lepas dari kesalahan? Bukankah penghakiman hanya milik Pribadi Agung Yang Tak Berdosa itu?

Tulisan ini bukan dedikasi kepada sang idola sebab saya tidak mengidolakan beliau, saya hanya pengamat jauh saja. Saya baru satu kali membaca kata motivasi beliau saat sekitar tahun 2007 ketika bekerja di bank. Seorang bos memberikan kata-kata motivasi Pak Mario dalam selembar kertas yang bos print buat kami anak buahnya. Saya hanya mengernyitkan dahi membacanya, memang kata motivasi beliau bagus namun saya pribadi lebih suka membaca Alkitab sebagai sumber kekuatan, penghiburan, dan motivasi saya.

Pernah sekali saya ingin mengikuti acara beliau di TV yang katanya sangat bagus namun sayangnya tidak terlalu mengena di hati saya. Saya menuliskan artikel ini sama seperti saat dulu saya juga menuliskan mengenai kasus LGBT yang begitu dihakimi sampai-sampai dilarang masuk kampus. Betapa sadisnya! Bukan berarti saya setuju LGBT dilegalkan namun sebaiknya hindari menghakimi mereka sedemikian rupa sebab pada dasarnya semuanya ingin memiliki kehidupan normal. Benci perilaku LGBT-nya namun tidak dengan orangnya.

Kembali kepada kasus Pak Mario yang sedang marak, saya teringat kisah perempuan kedapatan berzina yang tercatat dalam Alkitab sewaktu Yesus masih di dunia. Perempuan pezinah dibawa oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi kepada Yesus. Sebenarnya para ahli Taurat dan orang Farisi ingin menjebak Yesus sehingga menemukan alasan untuk menjatuhkan Yesus.

Saat sampai di hadapan Yesus para ahli Taurat yang sangat memahami Kitab Suci itu berkata kepada Yesus, “Perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zina apakah kita harus melemparinya seperti yang tertulis dalam hukum Taurat Musa?” Alih-alih menyuruh melempari perempuan itu Yesus malah berkata, ”Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Nyatanya tiada satu pun dari para ahli itu yang berani terlebih dahulu melempari perempuan itu, malah satu persatu mereka pergi meninggalkan Yesus dengan perempuan berzina itu. Kisah yang mengajarkan tentang untuk tidak menghakimi sesama saya potong sampai di sini.

Saya percaya tidak ada namanya dosa kecil atau dosa besar semuanya sama-sama dosa. Ibarat sedikit sekali kotoran cicak dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air minum yang bersih tiada yang sudi meminumnya. Pun demikian dosa kecil dosa besar sama saja membuat seorang tidak layak bagi-Nya. Siapa tahu kita yang menghakimi Pak Mario berbuat demikian karena merasa 'hanya' memiliki dosa yang lebih kecil.

Salam,

Rahayu Damanik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun