Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kena Batunya, Jangan Kasar Menolak Cowok

11 Februari 2016   18:08 Diperbarui: 12 Februari 2016   04:01 3566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi- Sopan Menolak Cowok (www.hercampus.com)"][/caption]Saya pernah merasa seperti terkena sebuah hukuman atau kasarnya kutukan. Berawal dari sebuah kebiasaan buruk saat SMA, suka menolak cowok dengan kasar. Saya sekolah di SMU Plus Pematang Raya Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Sekolah saya tersebut memiliki fasilitas asrama, dulu semua siswa yang bersekolah di sana tidak dikenakan bayaran apa-apa termasuk gedung asrama dan uang makan, semua gratis.

Siswa yang masuk ke sana sudah diseleksi dan yang lulus merupakan putra-putri terbaik di daerah Simalungun sekitarnya. Ibu asrama melarang semua siswa berpacaran, namun namanya remaja tetap saja ada yang diam-diam menjalin hubungan. Rela walaupun terpaksa bertemu di belakang asrama persis di dekat jemuran supaya tidak terlihat ibu asrama.

Saya punya seorang teman yang cantik jelita. Dia memiliki koleksi surat dari cowok, mungkin ada ratusan surat dari cowok-cowok yang mengaguminya. Dia sering memamerkan surat-surat cinta itu pada saya. Saya berpikir, seandainya saya bisa bersikap sedikit lebih ramah pada cowok yang mendekati saya, pastilah saya bisa mengoleksi surat cinta seperti dia. Pantas saja saya tidak memiliki surat cinta walau sepotong. Cowok mana yang bisa bertahan melakukan aksi pendekatan (pdkt) pada cewek yang tidak memberikan sambutan? Tiba-tiba saya berambisi ingin memiliki banyak koleksi surat cinta seperti teman saya itu.

Saya pun membuat strategi, bila ada cowok yang tampaknya naksir pada saya dan melakukan sesuatu yang mengarah ke pdkt maka saya pun berusaha menunjukkan kalau saya juga menyukainya. Saya memberikan harapan palsu hanya supaya sang cowok memberi saya surat cinta. Tentu saja untuk dikoleksi.

Sang cowok yang saya beri harapan palsu semakin percaya diri mendekati. Tibalah saatnya dia mengatakan sesuatu pada saya, “Yu, saya mau ngomong” Saya kaget bukan main, saya sudah jelas yakin 100% dia mau ngomong apa. Saya menghindar dan yang tadinya bersikap sangat manis kini berubah menjadi galak padanya. Tentu saja dia bingung dan akhirnya menjauhi saya, mungkin takut digigit dan terkena rabies he..he..

Akhirnya ada satu teman cowok yang mengatakan kepada saya seperti ini, “Kamu ini sepertinya suka sama cowok, tetapi giliran mau ‘ditembak’ malah lari. Pemberi harapan palsu!” katanya. Maklumlah kami semua tinggal di asrama, siapa yang pdkt atau lagi naksir seseorang pasti ketahuan. Jadi, solidaritas sesama cowok mungkin yang mendorongnya berkata demikian pada saya.

Saya hanya diam, menjawab dalam hati. Saya tidak ingin ditembak langsung, hanya ingin surat cinta untuk dikoleksi. Selama ini saya memberi harapan palsu demi surat cinta, kalau dia ‘menembak’ secara langsung buat apa? Saya ‘kan tujuannya untuk mengoleksi surat. Setelah itu saya tidak tertarik lagi memberi harapan palsu demi mendapat surat cinta.

Kebiasaan buruk menolak cowok secara kasar tampaknya belum hilang. Seorang cowok lain terus saja mendekati padahal sama sekali saya tidak memberikan harapan padanya. Semua hal yang dia lakukan mulai dari hal yang sederhana sampai romantis tidak bisa membuat saya tertarik. Namun, dia sangat rajin menitipkan salam. Saya kesal, hingga mengeluarkan kata-kata yang seram dan kasar. Semenjak itu, dia tobat mendekati saya. Salahkah dia menyukaiku? Sama sekali tidak, hanya saya yang terlalu kasar menolaknya.

Saat kuliah menurut saya adalah waktu yang tepat untuk mulai serius mengenal cowok dan berpacaran. Anehnya, seolah tidak ada satu pun cowok yang naksir kepada saya. Padahal sebelum kuliah pasti ada saja cowok yang pdkt namun sejak kuliah sama sekali tidak ada yang benar-benar serius. Saya merasa terkena batunya, bertahun-tahun menunggu tidak ada cowok yang menembak. Kalau sedang naksir cowok pasti dia menyukai orang lain. Kalau ada cowok yang pdkt pasti entah kenapa tiba-tiba para cowok tersebut jadi muntaber alias mundur tanpa berita.

Akhirnya saya perlahan mengingat semua kesalahan di masa lalu. Saya salah sudah terlalu kasar menolak cowok dan sekarang saya merasa benar-benar bertobat. Sungguh, sedapat mungkin para wanita harus bisa menjaga perasaan pria dengan memerhatikan cara menolak yang tidak merendahkan mereka karena sebenarnya mereka pun tidak salah menyukai kita. Lalu mengapa kita menolaknya seolah dia memiliki satu dosa yang sangat najis?

 

Salam,

Rahayu Damanik

 

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun