Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Impian: Memiliki Day Care yang Aman, Nyaman, dan Berpekarangan Luas

23 Mei 2016   09:53 Diperbarui: 10 Februari 2017   08:57 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak di day care (penitipan anak) sedang makan bersama (foto: Rahayu)



Impian yang Berubah Drastis

Menjadi wanita karier adalah impian saya. Itulah sebabnya sebelum menikah saya mengambil kuliah pasca sarjana manajemen keuangan. Bahkan saat sedang mengandung anak pertama, saya mengambil kursus pajak di salah satu lembaga kursus terkemuka di Jakarta.

Kursus memaksa saya untuk sampai di rumah pada pukul sebelas atau sepuluh malam. Kondisi demikian tentu tidak baik untuk ibu-ibu dengan kandungan yang sudah cukup besar. Namun demi impian menjadi wanita karier yang sukses, semua saya jalankan dengan senang hati.

Namun, tanpa saya duga semuanya berubah setelah saya melahirkan anak pertama. Ada perasaan tidak tega meninggalkannya demi meraih impian saya. Apa yang harus saya lakukan? Mengapa semuanya tiba-tiba berubah? Hanya satu yang saya idamkan untuk selalu dekat dengan anak saya.

Teringatlah saya pada masa kecil di mana mama saya adalah seorang pegawai negeri sipil yang memiliki kesibukan luar biasa sehingga terkadang saya merasa kesepian di rumah hanya dengan adik-adik. Saya percaya mama saya sibuk untuk membantu bapak memenuhi kebutuhan kami anak-anaknya. Namun saya tidak ingin anak saya mengalami rasa iri seperti saya dulu. Betapa sedih melihat teman yang ibunya selalu ada di rumah untuk memasak makanan dan kue-kue yang enak.

Saya semakin yakin kalau saya tidak akan meninggalkan anak dengan pengasuh di rumah demi memperjuangkan karier setelah kembali mengingat pengalaman semasa SD. Saya hampir saja terkena pelecehan seksual oleh seorang kakak laki-laki teman sepermainan dekat rumah saya. Syukurlah berkat pertolongan Tuhan saya tidak harus mengalami sesuatu yang mengerikan.

Satu hal yang saya pusingkan, saya masih ingin memiliki penghasilan untuk membantu suami mempersiapkan masa depan anak kami. Saya pun akhirnya mengasuh anak sendiri sembari menulis buku. Ada beberapa buku yang saya tulis, sayangnya buku itu ditolak oleh penerbit. Terpukul sekali rasanya. Satu sisi saya ingin bersama anak namun di sisi lain saya juga ingin memiliki penghasilan yang bisa membantu mempersiapkan masa depan anak.

Kekecewaan sebagai Sumber Inspirasi

Saya pun berpikir untuk menjadi agen properti karena tidak terikat waktu sehingga saya masih bisa memiliki banyak waktu bersama anak. Anak saya titipkan di sebuah day care (penitipan anak) yang biaya per bulannya cukup mahal. Mengapa saya tidak cari pengasuh? Saya tidak terlalu percaya meninggalkan anak berdua dengan pengasuh di rumah. Selain itu, saya ingin anak saya memiliki banyak teman sehigga tidak kesepian.

Satu hal yang membuat hati saya terluka adalah kenyataan anak saya semakin kurus saja di day care tersebut. Padahal saya membayar biaya yang sangat mahal. Saya merasa sedih jangan-jangan anak saya tidak terawat selama di day care. Akhirnya, saya pun tidak menitipkan anak lagi di situ. Tiba-tiba terpikirlah saya akan sesuatu, mengapa saya tidak membuka usaha day care saja? Saya kan kuliahnya keperawatan dan keuangan semoga bisa membantu dalam pengelolaan day care. Demikianlah suara hati saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun