Banyak pengalaman berharga yang saya alami setelah bergabung dengan Kompasiana. Namun satu hal yang tidak pernah saya sangka sama sekali kalau tulisan saya bisa masuk ke pengadilan juga. Kisahnya berawal dari seorang teman yang ternyata selama ini sering memperhatikan tulisan saya di Kompasiana. Dia melihat tulisan-tulisan saya cukup bagus.
Kebetulan sekali teman ini memiliki seorang kakak laki-laki yang sedang menjalani proses hukum mengenai sebuah permasalahan yang dialami dengan istri sendiri yang adalah kakak ipar teman saya. Beberapa hari sebelum menghadapi persidangan yang menjadikan kakaknya sebagai seorang terdakwa, teman itu akhirnya menghubungi saya untuk meminta tolong agar saya bisa membantu membuatkan pledoi pribadi (pembelaan pribadi) yang akan dibacakan kakak laki-lakinya di depan hakim nantinya. Teman saya berharap agar tulisan saya yang menurut dia bagus bisa menyentuh hati sang hakim.
Teman itu kemudian menjelaskan kepada saya mengenai kasus yang sedang menjerat kakaknya kemudian dia menunjukkan pledoi pribadi buatannya bersama kakaknya. Walaupun saya kurang memahami proses hukum namun saya bisa melihat kalau hasil pledoi pribadi yang mereka tulis kurang efektif karena terlalu panjang dan bertele-tele.
Padahal menurut saya, pledoi pribadi seharusnya sifatnya sederhana dan mampu menyentuh hati hakim tanpa mengubah fakta-fakta yang ada di dalamnya. Apalagi waktu yang diberikan kepada sang terdakwa untuk membacakan pledoi pribadi sangat singkat sehingga waktu yang ada harus dimanfaatkan seefektif mungkin.
Akhirnya atas permintaan teman itu, saya pun mengedit pledoi pribadi kakaknya teman saya dengan kalimat yang lebih efektif, singkat, dan menyentuh hati tanpa mengubah fakta di dalamnya. Memang setelah dibaca oleh penasihat hukum, pledoi pribadi yang telah saya edit masih diubah lagi khususnya mengenai fakta-fakta yang harus ditambahkan ke dalam pledoi tersebut. Namun saya sungguh senang karena tidak pernah mengira tulisan saya tersebut bisa masuk ke pengadilan dan bisa membantu memberikan masukan mengenai penggunaan kalimat yang lebih efektif dan menyentuh hati.
Sejauh ini perkara kakak teman saya memang masih berjalan sampai di mahkamah agung namun pengalaman ini tidak bisa saya lupakan. Perjalanan menulis saya di Kompasiana pun memang masih panjang dan bila tetap konsisten dan fokus menulis maka di depan akan ada kejutan-kejutan berharga yang akan saya temui. Saya yakin profesi penulis itu seperti kamera bila mau hasilnya bagus harus berani fokus.
Salam,
Rahayu Damanik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H