Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bisakah Manusia Mengubah Nasibnya?

23 Desember 2015   11:26 Diperbarui: 26 Desember 2015   11:33 1906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kompas.com"][/caption]Bagaimana mendefinisikan nasib dan apa bedanya dengan takdir? Bisakah nasib diubah? Bagaimana dengan takdir? Nasib adalah keadaan baik atau buruk manusia sebagai akibat dari perbuatannya di masa lalu. Nasib bagus biasanya timbul karena perbuatan baik dan nasib buruk disebabkan perbuatan yang jelek. Artinya nasib itu bisa diubah. Misalkan seorang yang bernasib miskin ingin sekali berubah menjadi sukses. Hal tersebut sangat mungkin terjadi bila dia rajin bekerja/berusaha dan tidak menyerah pada nasib miskinnya.

Sebaliknya takdir adalah suatu keadaan yang tidak bisa diubah seperti jenis kelamin, hari kematian, hari kelahiran, suku bangsa, terlahir dari orang tua mana semua itu adalah hal-hal yang bersifat takdir karena tidak bisa diubah. Takdir saya terlahir sebagai seorang perempuan dan kondisi tersebut tidak bisa diubah siapa pun karena sudah menjadi hak dan ketetapan Tuhan yang tidak bisa diganggu-gugat. Bila ada yang berani mengubah jenis kelamin atau bunuh diri, artinya dia sudah lancang menentang kedaulatan Tuhan. 

Nasib baik bisa berubah menjadi buruk begitu juga sebaliknya tergantung bagaimana sikap yang dipilih. Seseorang yang tidak santun, mudah marah, atau tidak dapat dipercaya maka otomatis dimana pun berada cenderung tidak disukai. Kondisi demikian bukanlah sebuah takdir melainkan nasib yang harus ditanggung akibat perbuatannya sendiri. 

Terlahir di keluarga kaya raya adalah takdir karena kita tidak bisa memilih siapa ayah dan ibu kita. Namun apa yang akan terjadi setelah kelahiran itu adalah nasib. Walaupun lahir di keluarga kaya raya bila tidak memiliki ketekunan dan selalu boros maka suatu saat status kekayaannya bisa hilang dikarenakan keteledorannya sendiri. Seorang yang terlahir di keluarga miskin juga bisa mengubah nasib bila dia tekun berusaha dan cerdas mengelola keuangannya. Artinya jangan pernah menyalahkan Tuhan bila ada yang menderita kemiskinan, masuk penjara akibat korupsi, hamil di luar nikah, memiliki utang yang menumpuk sebab gaya hidup hedonis, atau pernikahan hancur karena perselingkuhan. Hal itu karena manusia memiliki kebebasan mengambil keputusan sehingga dia sendirilah yang harus menanggung akibat dari pilihannya. Manusia bukanlah robot yang hanya melakoni apa saja sudah diprogram karena itu berhati-hatilah dengan keputusan yang akan kita ambil karena pasti memiliki risiko. 

Adalah keliru bila kita mengatakan Tuhan murka atas bangsa Indonesia karena terjadi bencana bajir dimana-mana. Banjir terjadi akibat kesalahan manusia yang dengan brutal menebang pohon di hutan. Hutan yang semestinya menjadi tempat penyerapan air tidak bisa berfungsi maksimal karena ulah manusia itu sendiri. Nasib berbicara tentang apa yang kita tabur. Siapa yang suka menabur angin akan menuai badai dan yang suka menebar kasih akan menuai kebahagiaan. Intinya, supaya kita tidak mengalami nasib buruk maka jangan melakukan perbuatan menyimpang karena setiap pilihan mengandung konsekuensi yang harus dipikul. 

Misalkan suatu saat ada seseorang yang memaksakan diri mengendarai mobil padahal sedang mengantuk dan badan lelah, akhirnya terjadilah kecelakaan. Kondisi ini harus diterima sebagai konsekuensi dari pilihannya. Nasi sudah menjadi bubur sehingga lebih baik menikmati bubur tersebut sebagai bentuk tanggung jawab atas keputusan yang sudah diambil. Artinya, kita jangan suka membenarkan kelalaian diri sendiri. Alih-alih menuduh Tuhan sebagai penyebab nasib jelek dan kecelakaan yang menimpa, lebih bermanfaat bila hidup lebih teliti sebelum mengambil keputusan. 

Semua paragraf di atas memberikan kita kesimpulan kalau nasib dan takdir tidak bisa diramal. Mengapa? Karena nasib kita sendiri yang tentukan dan takdir hanya Tuhan yang tahu. Tidak ada satu pun manusia di muka bumi termasuk para peramal nasib yang mengetahui apa yang akan terjadi pada hari esok. 

Lalu masih perlukah berdoa bila ternyata nasib manusia ada di tangan sendiri? Berdoa sangat perlu untuk manusia yang terbatas seperti kita. Berdoa artinya membuka pintu yang seluas-luasnya bagi campur tangan Tuhan untuk memberi kekuatan, ketabahan, dan kebijaksaan saat berjuang mengubah nasib. Manusia memang tuan atas takdirnya sendiri namun pribadi yang berdoa tidak akan mudah menyerah dan jatuh ke dalam pilihan yang menyesatkan. 

Hidup ini penuh dengan pilihan yang berisiko. Adalah bijaksana bila kita menjalani hidup dengan sungguh-sungguh bukan dengan asal-asalan. Tidak perlu iri akan keberuntungan orang lain apalagi meratapi nasib buruk sendiri. Daripada menunggu dengan pasif lebih baik mengembangkan semangat juang karena masa depan kita tidak ditentukan oleh nasib tetapi ditentukan oleh pilihan kita saat ini. Berjuanglah dengan maksimal dan biarkan Tuhan yang menentukan hasilnya. Adakah Bapak/Ibu yang ingin berbagi? Thanks for share.

 

Salam, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun