Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Banyak Anak Banyak Rezeki?

4 Januari 2016   17:48 Diperbarui: 5 Januari 2016   06:32 1398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi- (Shutterstock)"][/caption] Mungkin ada yang setuju dengan anggapan banyak anak banyak rezeki. Bukankah banyak pasangan yang tidak dikaruniai anak? Adalah suatu keberuntungan jika bisa memiliki sebanyak-banyaknya anak. Bila memang orang tua mampu memenuhi kebutuhan semua anaknya tentulah tidak salah memiliki banyak anak. Namun bila orang tua tidak bisa menafkahi anak dan terus menambah target momongan dengan harapan bisa mendapatkan rezeki yang “dibawa” anak tentu ini menjadi suatu kekeliruan. Inilah sebabnya mengapa keluarga yang kurang mampu, saat anaknya bertambah banyak kehidupannya bukannya semakin baik namun semakin terpuruk.

Orang tua bingung dari mana mendapatkan seragam sekolah anak pertama, uang buku pelajaran anak kedua, biaya susu anak ketiga, bubur untuk anak yang masih bayi, dan biaya bersalin untuk anak yang sedang dalam kandungan. Kita jangan terjebak dengan falsafah banyak anak banyak rezeki karena tidak ada yang bisa menjamin kalau kelahiran anak pasti membawa rezeki, tetapi satu hal yang pasti semakin banyak anak maka PASTI semakin banyak pengeluaran!

Zaman dulu, pandangan banyak anak banyak rezeki mungkin masih relevan karena mata pencaharian utama penduduk adalah bertani. Tenaga anak diperlukan untuk mengolah lahan pertanian sehingga banyak anak dipandang lebih baik karena semakin banyak yang membantu orang tua bertani. Masyarakat dulu juga kurang memahami akan pentingnya arti pendidikan. Penduduk Pulau Jawa dan Sumatera masih sedikit, ditambah lagi masyarakat belum mengenal istilah KB (Keluarga Berencana) sehingga wajar anggapan banyak anak banyak rezeki semakin bertambah subur.

Mama saya pernah bercerita kalau dulu kakek nenek beliau mengatakan bahwa era setelah kemerdekaan, banyak sekali perkebunan, sawah, dan ladang Belanda yang ditinggal pergi begitu saja sehingga tanah-tanah tersebut tidak ada yang memiliki. Penduduk setempat berlomba-lomba menggarap kebun dan sawah sehingga area yang digarap otomatis menjadi hak milik. Semakin banyak anak maka semakin besar lahan yang bisa digarap dan dialihkan menjadi milik pribadi dan tampaknya inilah yang semakin memperkuat anggapan banyak anak rezeki semakin berlimpah. Kalau sekarang tentu berbeda karena lahan pertanian dan tempat tinggal semakin sempit dan otomatis bertambah mahal.

Memikirkan jumlah anak masa kini, sangat penting karena tidak menyangkut kebahagiaan orang tua semata namun yang terpenting mempengaruhi kesejahteraan dan kualitas generasi penerus di masa yang akan datang. Orang tua zaman sekarang terkadang ada yang kewalahan mengawasi satu anak apalagi banyak anak. Belum lagi harus memikirkan gizi anak, biaya pendidikan, pengobatan dan perawatan kesehatan, harga susu, dan sembako lainnya yang melambung.

Manusia tidak sama dengan binatang karena dianugerahi kepintaran dan kebijaksanaan dalam mengatur populasinya sehingga keseimbangan lingkungan alam tidak terganggu dan kita tetap dapat mewariskan bumi dengan keseimbangan ekosistem yang baik. Sebaiknya jumlah anak disesuaikan dengan kemampuan orang tua sehingga tidak ada anak yang terlantar dan kurang perhatian. Bila anak-anak tidak dipenuhi gizinya dan dibiarkan tumbuh begitu saja, maka kelak anak akan bermasalah dan menjadi beban orang tua. Kalau begini, banyak anak bukan banyak rezeki sebaliknya malah banyak musibah yang menghabiskan rezeki. Lebih baik memiliki sedikit anak tetapi bisa diberikan perhatian yang cukup dan pendidikan yang tinggi sehingga kelak menjadi pemimpin di bidangnya dan menjadi tumpuan harapan bangsa dan masyarakat.

Ada pendapat yang mengatakan kalau memiliki banyak anak menjadikan orang tua semakin termotivasi mencari nafkah. Memang bisa saja terjadi demikian namun bisa juga tidak tergantung motivasinya untuk lebih berusaha dan bekerja keras. Intinya, banyak anak tidak otomatis membuat rezeki semakin banyak karena rezeki tidak ditentukan dari banyak sedikitnya anak. Sebaliknya, rezeki itu datang dari kerja keras dan doa. Rezeki itu dicari bukan ditunggu!

 

 

Salam,

Rahayu Setiawati Damanik 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun