Tuntutan bekerja terkadang membuat suami-istri harus terpisah tempat tinggal mungkin beda kota, provinsi, bahkan negara. Selain karena pekerjaan juga masalah pendidikan anak yang tidak memadai di pedalaman; tempat sang ayah bekerja sehingga anak harus tinggal di kota bersama ibu. Alhasil, suami-istri pun terpisah oleh jarak sehingga pertemuan tidak bisa rutin seperti pasangan menikah lainnya.
Sebenarnya bagaimana kita memandang hubungan pernikahan LDR (Long Distance Relationship) ini? Ada yang mengatakan LDR bisa langgeng asalkan saling percaya dan setia dalam membina hubungan. Saat pasangan menikah terpisah jarak, beberapa berpendapat justru hal tersebut baik karena bisa membentuk pribadi suami atau istri yang mandiri dan tidak terlalu tergantung satu sama lain.
Hal yang harus dijaga selama hubungan jarak jauh adalah komitmen dan komunikasi. Namun, menjaga kedua hal tersebut bukanlah hal yang mudah karena pasangan hanya mengandalkan media komunikasi yang tidak memungkinkan bertemu langsung dan dengan biaya yang tidak sedikit. Komunikasi melalui media tidak jarang menimbulkan salah paham dan dengan penanganan masalah yang tidak optimal sebab tiada pertemuan langsung.
Hal seperti ini bisa membuat komunikasi rusak sehingga intimacy suami-istri kurang terbangun dengan baik dan rawan diisi oleh orang lain. Selain masalah komunikasi yang terbatas, pasangan jarak jauh juga memiliki waktu kebersamaan yang sedikit termasuk dalam hubungan intim. Bukah hanya itu, anak bisa kehilangan figur bapak atau ibu yang berjauhan dengannya. Keadaan demikian pun bisa menyebabkan pertumbuhan yang kurang optimal karena tidak dapat membedakan peran ayah dan ibu dalam sebuah keluarga.
Beratnya tantangan yang dihadapi suami-istri berjauhan membuat beberapa pasangan tidak bersedia melakukan hubungan LDR sehingga rela menanggung risiko apa pun agar bisa tinggal bersama dan hidup sebagaimana pasangan pada umumnya. Mereka mengatakan membutuhkan kebersamaan rutin dengan tatap muka dan sentuhan yang menenangkan daripada sekedar suara telepon yang terasa menjemukan dan sering menyebabkan kebosanan.
Melihat beratnya tantangan pasangan LDR, mungkinkah hal tersebut dijalani dengan baik? Penulis berhasil mewawancarai seorang teman yang menjalani LDR 12 tahun sejak menikah hingga sekarang. Berbeda dengan pasangan jarak jauh lain yang menemukan banyak kesulitan membina hubungan, pasangan ini justru menjalani hubungan dengan tenang dan damai padahal sang suami bekerja di luar negeri dan teman tersebut tinggal bersama dengan seorang putri di rumah mereka di Depok.
Menurut pengakuan teman tersebut kalau hubungan jarak jauh bahkan berhasil membuat mereka semakin lebih mencintai seperti baru menikah. Rahasianya, teman tersebut percaya kalau dalam pernikahan yang terpenting adalah menjaga kualitas kebersamaan suami-istri. Sebab pernikahan dengan kuantitas kebersamaan yang tinggi namun tanpa kualitas yang memadai pun bisa berujung perceraian.
Teman tersebut menjaga komunikasi jarak jauh dengan sang suami pun demikian putri mereka dengan menggunakan video call dan telepon. Bahkan sebelum putri mereka tidur, sang papa menyempatkan chatting untuk sekedar mengucapkan good night. Komunikasi yang mereka jalin sangat intens meskipun berjauhan sehingga bila disuruh memilih, teman tersebut lebih suka ketinggalan dompet daripada ketinggalan handphone agar bisa terus berkomunikasi dengan suami.
Kebetulan jadwal tugas sang suami sebagai berikut; tugas lima minggu di luar negeri dan mendapat cuti empat minggu untuk berkunjung ke rumah di Indonesia. Selalu demikian selama 12 tahun pernikahan. Saat sang suami di rumah, teman tersebut benar-benar melakukan kegiatan berkualitas dengan sang suami pun demikian dengan putri mereka. Kegiatan yang biasa mereka lakukan saat sang suami di rumah misalkan dengan memasak bersama, olahraga pagi, dan mengerjakan kegiatan lainnya.
Bila sang suami memilih kerja di Indonesia dan tinggal bersama istri serta anak mereka, teman menuturkan mungkin kebersamaan yang mereka lakukan seperti sekarang sulit dilanjutkan karena kesibukan suami dari pagi hingga malam hari. Satu hal yang luar biasa, meski telah berhubungan jarak jauh selama 12 tahun, sang suami ternyata tetap akan menangis bombay bila masa cuti usai dan harus berangkat bekerja. Tidak heran hal ini mengundang rasa heran supir taksi yang akan membawa ke bandara. Satu hal yang juga istimewa, bila masa libur akan tiba dan suami akan berangkat ke Indonesia teman mengatakan rasanya dag dig dug banget persis seperti akan bertemu pacar he..he.. Luar biasa ya.
Jadi intinya sejauh hubungan jarak jauh dijalani berdasarkan kesepakatan berdua dan ada waktu bertemu rutin yang tidak terlalu lama sampai memberatkan salah satu pihak atau keduanya seharusnya hubungan jarak jauh mungkin dilakukan. Pertemuan rutin yang berkualitas sebaiknya jangan ditunda terlalu lama sehingga hubungan terlanjur hambar. Selain itu, saat berjauhan komunikasi harus intens serta berkomitmen untuk saling setia maka hubungan jarak jauh nan langgeng itu menjadi sesuatu yang mungkin.