Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tidak Perlu Mengemis Perhatian pada Suami

9 Agustus 2016   08:47 Diperbarui: 9 Agustus 2016   14:51 20821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebutuhan istri yang paling mendasar adalah keinginan untuk mendapat perhatian dari sang suami. Tidak ada satu pun wanita yang tidak butuh dimengerti dan didengarkan. Istri mana pun pasti bahagia bila menyadari sang suami menjadikannya sebagai wanita yang paling spesial di hatinya. Sebaliknya, bila dia merasa suami sudah mulai mengabaikan dan melupakannya, sang istri akan merasa tidak berharga lagi.

Inilah sebabnya wanita sangat membutuhkan perhatian dari sang suami melebihi materi. Wanita yang dilimpahi harta oleh suaminya namun kurang mendapat perhatian akan merasakan jiwanya kering. Istri ingin suaminya tetap seperti dulu saat sebelum menikah; suka memberikan kabar sekalipun sibuk, selalu memprioritaskan dirinya, dan memberikan kejutan yang membuat sang wanita begitu terkesan.

Suami yang mengurangi perhatian bahkan sama sekali menghilangkannya akan membuat wanita merasa bak istri yang tak dianggap. Kenyataan seperti ini membuat hati seperti teriris-iris sehingga manifestasi yang mucul biasanya menjadi mudah marah atau sang istri berubah menjadi pengemis perhatian bagi suami.

Caranya, ada yang menyindir-nyindir suami di media sosial dengan men-tag quote mengenai betapa istri butuh perhatian, misalkan:

1. Dulu kamu menghujaniku dengan perhatian, kini mengabaikanku.

2. Istri membutuhkan siraman cinta, mengapa kini kamu biarkan layu?

3. Kalau boleh memilih, wanita lebih suka perhatian kecil namun terus-menerus daripada perhatian besar yang hanya satu kali.

Itulah beberapa fenomena yang penulis amati di media sosial atau dalam kehidupan sehari-hari. Harapan istri semata-mata agar suami kembali memperhatikan dirinya seperti dahulu. Efektifkah cara demikian? Nyatanya tidak karena hal tersebut ibarat pengemis yang memaksa seseorang memberikan uang yang lebih banyak sehingga sang pemberi bukannya merasa kasihan malah kesal.

Betapa berbahaya bila kondisi ini terus berkelanjutan, sang suami tidak menyadari kebutuhan utama istrinya dan sang istri semakin hari semakin merasakan hubungan yang kering padahal wanita butuh kehangatan suami bukanlah omong kosong belaka. Saat kekeringan begitu terasa di hati dan tiba-tiba ada pria lain yang memberikan perhatian. Mungkin sudah dapat ditebak kira-kira kemana arahnya dan tinggal menunggu kisah selanjutnya saja.

Apa yang harus dilakukan agar suami menyadari kalau wanita sungguh butuh perhatian? Haruskah terus menjadi pengemis? Saatnya kita mengubah cara pandang yang selama ini terfokus pada apa kebutuhan saya menjadi apa kebutuhan suami saya. Berbeda dengan kebutuhan utama istri, sang suami sangat menyukai istri yang menghormati dan memberikan penghargaan yang tinggi atas pengorbanannya.

Sehari-hari suami bekerja keras dari pagi sampai malam untuk keluarga, biasanya rutinitas tersebut tidak dilihat istri sehingga terkadang istri kurang memberikan penghargaan. Padahal suami sangat ingin segala pengorbanannya dihargai oleh istri. Bila istri mencoba dengan penuh ketulusan membiasakan ucapan dan sikap berterima kasih atas perjuangan suami maka hal ini akan membuat harga diri suami terangkat sebab merasa dihargai oleh istri.

Sama seperti wanita yang ingin suami bersikap lembut dan romantis, pun demikian suami sangat senang bila istri menunjukkan sikap dan perkataan yang menghargai usahanya. Apalagi setelah pulang bekerja, suami disajikan makanan malam maka dirinya akan merasa sangat dihargai.

Berbeda bila saat pulang bekerja dan berada di puncak kelelahan, suami malah diteror dengan tuntutan ini dan itu; seolah tiada penghargaan untuk kerja kerasnya hari ini. Pun harga dirinya menjadi jatuh sehingga sering menjadi abai terhadap kebutuhan istri yang ingin diperhatikan. Sebaliknya, suami yang merasa dihargai dan dihormati pasti akan memberikan balasan perhatian kepada istrinya bukan untuk balas jasa atas kebaikan sang istri namun karena hati suami yang bersuka cita otomatis lebih mudah mengalirkan kasih kepada istrinya daripada hati suami yang kering kerontang.

Salam,

Rahayu Damanik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun