Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meniru Cara Seorang Prajurit Menaklukkan Hati Wanita

8 Agustus 2016   15:45 Diperbarui: 8 Agustus 2016   18:04 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cinta sejati butuh perjuangan tiada henti (palingseru.com)

Ini adalah kisah seorang tentara yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang wanita cantik yang berambut keriting khas Papua. Benar-benar keriting asli padahal wanita tersebut 100% batak Simalungun. Selain memiliki rambut unik, wanita itu juga memiliki wajah yang rupawan. Demikianlah penuturan sang prajurit mengenai gadis yang memikat hatinya.

Dialah mama saya dan sang tentara adalah bapak saya. Sayangnya sang wanita tidak terlalu memberikan respon saat didekati. Alasannya sang prajurit yang di bagian lengan kiri dan kanannya tersemat pangkat bergambar satu balok itu wajahnya tidak menarik. Giginya pun tonggos, wanita yang banyak disukai pria seperti mama tentu tidak terlalu tertarik memberikan respon.

Apalagi mama saat itu sudah dijodohkan dengan seorang pariban yang memiliki karier yang jauh lebih mapan daripada sang prajurit. Buang muka, itulah yang dilakukan sang wanita saat si prajurit memberanikan diri mendatangi untuk berkenalan. Sang wanita tidak menggubris dan lebih memilih langsung pergi meninggalkan si prajurit yang tadinya mendapat tugas mengamankan kunjungan Ratu Belanda ke Indonesia sekitar tahun 80-an.

Ternyata bukan kebetulan sang prajurit mendapat tugas persis di depan kantor sang wanita bekerja. Sang tentara merasa kecil hati karena tampaknya dia tidak disambut oleh wanita pujaan, namun satu hal yang luar biasa dia menolak untuk menyerah. Dia percaya harus mendapatkan sang wanita dan akan berjuang sepenuh hati. Jadilah sang prajurit dengan setia menunggui sang wanita sampai dia selesai bekerja dan pulang ke rumah. Sayangnya sang wanita terlalu ‘jual mahal’ dan tidak tertarik untuk menjalin komunikasi. Ketika bus menuju kampung sang wanita datang, dengan begitu saja dia meninggalkan si prajurit yang terdiam melongo karena dicuekin.

Si prajurit yang seragam tentara masih terus melekat di badannya nekad mengikuti bus dari belakang dengan menggunakan sepeda motornya. Sekitar 45 menit perjalanan dari kantor ke desa sang wanita, sang prajurit dengan setia mengikuti bus dari belakang. Tentu saja sang wanita kesal diikuti sampai ke rumahnya, “Kodok ijo!” itulah kalimat yang keluar supaya sang prajurit jangan pernah mengikutinya lagi.

Itu cara penolakan yang lumayan tegas dari sang wanita. Namun itu hanya awal saja ternyata, lama-lama sang wanita merasa senang juga ‘dikejar’ terus menerus. Segala jurus penolakan telah dicoba namun tidak membuahkan hasil malah membuahkan cinta hahay! Si prajurit berhasil menembakkan panah cinta tepat ke sasaran sehingga sang wanita tidak mampu berkutik dan jatuh cinta.

Bagaimana dengan sang pariban yang telah terlanjur dijodohkan dengan sang wanita? Orang tua sang wanita (oppung saya) tidak setuju 100% dengan hubungan anak perempuannya dengan si prajurit. Apalagi mereka tidak akan berani merusak janji perjodohan yang terlanjur dilakukan dengan keluarga dekat, salah-salah hubungan kekeluargaan bisa retak. Sayangnya sang wanita lebih memilih si prajurit meskipun dari tampang dan karier masih lebih baik sang pariban.

Akhirnya, oppung saya angkat tangan saat ternyata sang wanita dan prajurit hendak menikah. Oppung terpaksa menyetujui pernikahan mama dengan bapak namun menolak untuk menghadiri pernikahan anak gadisnya demi menjaga silaturahmi dengan keluarga si pariban karena perjanjian perjodohan yang telah dilanggar. Pernikahan mereka pun berlangsung harmonis dan dikaruniai tiga orang anak.

Saya bersyukur memiliki bapak yang pantang mundur, seandainya bapak langsung menyerah apalagi bunuh diri karena ditolak mama pastilah saya tidak akan lahir ke dunia ini he..he…Untungnya bapak berani memperjuangkan apa yang ada di dalam hatinya sampai dia dapatkan. Satu hal yang tidak kalah penting, bapak tidak hanya berjuang mendapatkan wanita pujaannya namun tetap berjuang untuk terus setia kepada sang wanita sampai akhir hayatnya.

Bila saja beliau tidak setia, mungkin putrinya ini bertumbuh menjadi seorang pesimis dan bukan tidak mungkin menjadi tidak percaya kepada yang namanya cinta sejati. Ternyata cinta sejati itu masih ada, saya percaya karena melihat sendiri dalam diri orang tua saya. Pun saya percaya juga bisa seperti mereka. Amin.

Salam,

Rahayu Damanik

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun