Pernah memiliki calon pacar hilang secara tiba-tiba? Awalnya dia intens banget pedekate kemudian hilang tanpa jejak? Kalau kita enggak suka sama dia sih gpp, masalahnya kita sudah terlanjur suka dan ngarep banget ditembak dan jadian sama dia. Eh, entah kenapa dia hilang tanpa kabar bak ditelan bumi.
Sakit? Pasti. SMS gak dibalas-balas (dulu sih belum ada WA dan Facebook). Bener-bener kita jadi dicuekin! Coba kalau sebelum dia menghilang, tiga kali sehari saya di-SMS-in atau ditelponin. Sudah kayak makan obat. Ngajak jalan malam minggu sampai-sampai diajak ke acara besar di kantornya. Siapa yang enggak tersanjung dan makin ngarep??!! OMG
Sekarang kenyataan 100% berubah, harapan dijadikan pacar pupus sudah. Apa yang harus dilakukan? Balas dendam? Mungkin ada yang berpendapat. Balas dendam saja. Lumayan buat melepas sakit hati ditinggal begitu saja. Caranya ada yang mengatakan kerjain dengan cara meneror lewat HP atau maki-maki dia di Friendster. Ada yang bilang mata dibalas mata. Biar satu sama. Duh serem.
Menurut saya, bila kasusnya ditinggal begitu saja. Yasudah terimalah. Mungkin dia tiba-tiba enggak suka lagi atau sudah ketemu sama yang menurut dia lebih oke. Berat banget memang. Saya saja sampai 100% uring-uringan ditinggal begitu. Namun, saya harus berpikir realistis. Buat apa balas dendam? Gak ada untungnya. Hanya membuat saya semakin sulit melupakannya. Lebih baik saya lupakan saja dengan cara menghapus nomor HP-nya dari mobile saya (sayangnya nomornya sudah terlanjur saya hapal). Percuma. Intinya saya berusaha membuang semua ingatan tentang dia dan lebih baik mengingat kekurangannya. Pastilah dia punya kekurangan.
Satu hal yang pasti, tidak mungkin bisa meluapakan tanpa memohon petunjuk-NYA. Lambat laun ingatan tentang dia akan hilang walau mata tidak berhenti bolak-balik memeriksa HP apakah ada SMS darinya.
Satu hal yang pasti, setelah kejadian itu saya berusaha mengevaluasi diri. Ingin menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Saya ingat-ingat dia sering bilang ke saya, “Kamu pendiam yah?” Wah, dalam hati saya jawab memang kalau di depan cowok yang saya suka bisa tiba-tiba berubah jadi pendiam, padahal 100% tidak pendiam. Bila diingat-ingat saat kami jalan bareng seringnya dia yang berbicara dan saya paling menanggapi, “ia”, “enggak”, “ohhh gitu”. Wah, pantesan saja dia pergi. Siapa yang betah berlama-lama ngobrol kalau ditanggapi cuma begitu. Anggaplah si calon pacar yang menghilang itu bernama Badu.
Okelah, saya pun berusaha mengelola emosi agar jangan saking senengnya diajak jalan cowok yang diincar jadi grogi trus jadi pendiam deh! I’ve got the point! Thank you Badu! Kejadian itu memang pahit tetapi bisa membuatku sadar kalau ternyata memang ada hal yang perlu kuubah dari diriku.
Saya pun tidak mau menghabiskan waktu untuk bersedih, apalagi kuliah saya jadi lumayan terganggu dan jerawat saya jadi numbuh dimana-mana. Terpaksa ke dokter kulit. Benar-benar dia berhasil membuat hidup saya hancur lebur saat itu. Saya harus menata hidup kembali dan ingin 100% terlepas dari bayang-bayang Badu. Butuh tiga bulan sampai akhirnya saya bisa melupakannya.
Tidak ada lagi rasa ingin bertemu, semua telah terkikis. Tidak ada juga benci karena saya percaya Badu hanya seseorang yang dikirimkan untuk mempersiapkan saya menjadi seorang yang berkepribadian lebih baik saat bertemu the right man. Owh yeahhh??!!
Setahun berlalu dan si cowok itu sama sekali tidak memberi kabar. Saya akhirnya kembali dekat dengan seorang cowok yang kini menjadi suami saya. Anggaplah nama cowok yang kini menjadi suami saya ini bernama Budi. Waktu itu masih dekat sih, belum jadian. Untungnya si Badu sudah memberikan saya pelajaran penting untuk mengubah diri menjadi pribadi yang lebih baik. Hasilnya? Saya menjadi teman berbicara yang menyenangkan bagi Budi.
Kisah saya dengan si Badu yang hilang tiba-tiba belum berakhir. Setahun menghilang tiba-tiba Badu menelepon saya. Saya belum jadian dengan Budi. Status saya masih jomblo. Tiba-tiba si Badu menanya-nanya kabar saya. Saya menjawab pertanyaan Badu dengan lancar dan dengan sesekali melucu. Gak biasanya saya begitu, biasanya gagap! Badu bilang, “Wah, kamu sudah berubah banget sekarang yah”. Saya jawab dalam hati, “Itu kan karena kamu tinggal”. He..he…