Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Memetik Ilmu dan Menyebarkan Manfaat dari Akademi PLN-Kompasiana

1 Mei 2016   12:55 Diperbarui: 1 Mei 2016   14:04 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penjurian Akademi PLN-Kompasiana (foto: Rahayu)

Bagi seorang yang haus ilmu, kegiatan Penjurian Akademi PLN-Kompasiana adalah sarana pembelajaran yang tidak boleh saya lewatkan sama sekali. Saya tidak sabar menunggu datangnya hari Senin, sampai-sampai meng-update status Facebook yang mencurahkan isi hati betapa saya ingin 25 April 2016 segera tiba.

Seperti kata sebuah pepatah: Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi. Artinya, hendaklah menuntut ilmu dengan sepenuh hati agar memperoleh hasil yang terbaik. Saya percaya, ilmu ibarat sebuah penunjuk jalan dan penerang bagi jiwa. Apalagi ilmu yang saya dapatkan langsung berasal dari karyawan PLN dan para pakar di Kompasiana. Adakah alasan untuk melewatkan pengalaman yang luar biasa ini?

Sebelum mengisahkan pengalaman luar biasa mengikuti penjurian Akademi PLN-Kompasiana, saya hendak menceritakan sekelumit kisah yang pernah saya alami di tahun 2007 silam yang cukup berkaitan dengan pembelajaran yang saya peroleh dari Akademi PLN-Kompasiana.

Dulu sewaktu masih baru bekerja sebagai sales KPR (Kredit Pemilikan Rumah) dan KTA (Kredit Tanpa Agunan) di sebuah bank BUMN, saya ditolak mentah-mentah seorang nasabah prioritas yang ingin mengajukan KPR. Anggaplah nama nasabah tersebut Pak Dob. Sejenak mengamati saya dari kejauhan, beliau langsung menarik kesimpulan kalau saya adalah seorang sales baru yang tidak berpengalaman. Melalui seseorang yang merekomendasikan saya kepada beliau, Pak Dob mengatakan tidak sudi KPR-nya diurus oleh saya karena takut pengajuan kreditnya ditolak bank akibat diproses oleh seorang sales yang tidak meyakinkan.

Ingin rasanya menghampiri dan memohon kepada beliau untuk memberikan saya kesempatan pertama sebagai sales. Apalagi pengajuan KPR beliau senilai 2M. Tahun 2007, nilai tersebut sangat fantastis. Memang pandangan Pak Dob tepat sekali. Saya sales yang baru bekerja seminggu dan belum memiliki pengalaman, namun saya ini pekerja keras yang siap ‘babak belur’ demi memperjuangkan KPR nasabah asalkan saya tidak melanggar peraturan bank. Namun permohonan itu urung saya lakukan, Pak Dob sudah ogah menemui saya padahal kami belum pernah berkomunikasi sama sekali.

Penolakan tersebut menyadarkan saya tentang sesuatu, tidak peduli setangguh apa pun perjuangan saya mengerjakan tanggung jawab sebagai sales, namun bila citra yang ditampilkan tidak begitu positif, maka orang lain sulit percaya kepada saya. Sudah kecenderungan banyak orang untuk suka menilai seseorang dari apa yang ditampilkan di luar.

Sadarlah saya kalau penampilan saya tidak mencerminkan seorang sales profesional. Sangat berbeda dengan penampilan senior sales berprestasi lain. Sejak itulah saya bertekad mengubah citra menjadi lebih positif dengan mengubah penampilan dan teknik berkomunikasi layaknya sales profesional. Ketika saya sudah memiliki citra positif di depan nasabah, mudah sekali bagi saya untuk mencapai target perusahaan yang diberikan kepada saya karena nasabah percaya kepada saya. Citra positif jualah yang mengantarkan saya meraih prestasi sebagai sales terbaik.

Saya keliru karena awalnya berpikir untuk menjadi sales itu cukup menjadi seorang yang apa adanya. Namun, pengalaman ditolak nasabah mentereng membuat saya paham ternyata perlu menciptakan citra positif untuk meraih tujuan dan prestasi membangggakan.

Acara Pembukaan Akademi PLN-Kompasiana yang Mengantarkan Pada Sepotong Memori

Pengenalan saya terhadap PLN masih sangat minim. Mungkin seperti Pak Dob yang masih mengetahui sedikit sekali tentang saya. Rasa penasaran tentang bagaimana PLN yang sesungguhnya inilah mengantarkan saya mendaftar sebagai peserta kegiatan Penjurian Akademi PLN-Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun