Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena 'Cabe-Cabean' (Prostitusi) di Kalangan Remaja

3 Maret 2016   11:25 Diperbarui: 3 Maret 2016   14:02 1995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Remaja perlu dituntun agar tidak tersesat (www.articlecats.com)"][/caption]Wikipedia mencatat ‘cabe-cabean’ adalah sebuah istilah yang menggambarkan remaja di bawah umur yang mau menjual diri demi mendapatkan uang. Istilah cabe-cabean ini awalnya ditujukan hanya untuk remaja ABG yang dijadikan bahan taruhan dalam arena balap liar namun kini istilahnya semakin luas. Ada tiga jenis ‘cabe-cabean’ yaitu: ‘cabe ijo’, ‘cabe merah’, dan ‘cabe oranye’.

1. ‘Cabe ijo’ biasanya merupakan anak perempuan usia menjelang remaja 14-16 tahun yang umumnya masih berstatus siswa SMP atau SMA. Umumnya hanya memilih pelanggan yang sudah dikenal dari media sosial. Media sosial mereka kerap menampilkan foto seksi lengkap dengan nomor handphone dan tarif.

2. ‘Cabe merah’ terdiri dari remaja berusia 16-19 tahun yang biasanya lebih berani dan mudah ditemukan di klub-klub malam Ibu Kota.

3. ‘Cabe oranye’ adalah PSK yang sudah berusia lebih matang dan menjadikan prostitusi sebagai lahan mencari penghasilan tetap dan utama.

Kompas.com mencatat pendapat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama kalau fenomena ‘cabe-cabean’ yang rela menjual diri sudah ada sejak dulu namun kini semakin bertambah subur.

Mengapa remaja rela menjual diri demi mendapatkan uang? Bahkan yang lebih tragis lagi, saya pernah membaca kalau remaja (luar negeri dan Indonesia) ada juga yang nekad menjajakan keperawanan lewat internet dengan harga yang kalau dirupiahkan mencapai puluhan sampai ratusan juta rupiah. Harga virginitas tertinggi pernah ditawarkan oleh seorang wanita berusia 21 tahun yang merupakan mantan kekasih pemain sepak bola ternama dunia. Harga tersebut bila dirupiahkan mencapai 14,5 miliar. Uang tadi rencananya dipergunakan untuk mendanai sekolah model dan biaya hidup si wanita. Saat ada pria yang mau menerima tawaran, sang wanita merasa harga tersebut masih kurang tinggi.

Sifat labil remaja dan mudahnya mendapatkan uang yang cukup besar dari bisnis prostitusi ini membuat mereka mudah tergiur dan malas meninggalkan dunia hitam tersebut. Benarkah faktor ekonomi adalah penyebab utama remaja rela menjual diri? Banyak remaja yang berasal dari keluarga miskin namun tidak menjadikan bisnis prostitusi sebagai sebuah pilihan. Lalu mengapa remaja yang notabene masih mampu bersekolah justru tertarik menekuni usaha terlarang tersebut?

Remaja mau menjual diri demi mendapatkan uang adalah karena gengsi supaya bisa mengikuti gaya hidup terkini. Gadis remaja tersebut menggunakan hasil prostitusi untuk mendapatkan uang tambahan untuk membeli gadget keluaran terbaru, pakaian dan tas bermerek, bahkan ada juga untuk membeli mobil pribadi. Fase remaja memang adalah saat dimana para ABG ini ingin mendapatkan pengakuan dari lingkungan karena mampu mengikuti standar kehidupan orang lain. Remaja ingin selalu terlihat lebih dengan harapan tidak ada yang akan merendahkannya. 

Berhubung orang tua tidak mampu memenuhi rasa gengsi mereka, maka remaja ini memilih jalan pintas untuk mendapatkan uang yang banyak dengan cara mudah. Tinggal memasang iklan di media sosial atau sampaikan saja kepada teman sendiri yang berprofesi sampingan sebagai muncikari maka dengan mudahnya pria hidung belang akan datang.

Remaja yang demikian menjalani hidup tanpa cita-cita dan tujuan. Asalkan saat ini bisa senang-senang, masalah apa yang akan terjadi nanti urusan belakangan. Meskipun demikian, terkadang mereka khawatir karena biasanya akan dijauhi oleh teman-teman sekolah dan bila ketahuan oleh guru kemungkinan akan dikeluarkan dari sekolah. Belum lagi masalah kehamilan di luar nikah.

Peran orang tua lagi-lagi menjadi hal yang sangat penting dalam membentuk kepribadian remaja. Orang tua sebaiknya mengajarkan remaja kalau harga dirinya tidak ditentukan dari barang yang dia miliki. Definisi gengsi yang masih temaram di kalangan remaja ini perlu diperjelas oleh orang tua. Bila anak mau membeli suatu barang misalkan baju baru, sepatu baru, atau handphone, bantu anak menilai apakah dia membeli benda tersebut demi gengsi atau kebutuhan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun