[caption caption="Anak Nakal Banyak Akal (Shutterstock)"][/caption]Masa kecil saya termasuk anak yang cukup nakal punya banyak akal buat mecahin masalah. Sekarang anak saya mewarisi sifat yang sama jadi tidak perlu kaget karena kan katanya anak cerminan orang tuanya. Jadi, kalau ada orang tua yang masa kecilnya nakal trus sekarang nuntut anaknya supaya nurut, berarti tidak fair donk. Mending dinikmati saja sambil anak-anak tetap diberi petuah-petuah suapaya bisa mengendap di otaknya kelak berubah dari anak nakal jadi anak banyak akal cerdas.
1. Kenakalan untuk mendapatkan uang jajan
Waktu kecil, uang jajan saya sangat sedikit jadi saya harus punya akal supaya dapat tambahan uang. Caranya? Ini ada cara jitu. Bapak saya kan seorang perokok, nah pernah suatu ketika saya melihat satu bungkus rokok yang masih utuh terletak di atas meja. Otak pintar saya langsung berpikir cepat. Saya umpetin rokoknya? Buat apa? Yang pasti bukan buat dihisap.
Seperti biasa, bapak saya mulai menarik kursi meja makan (tempat favorit beliau untuk merokok). Tampaknya bapak siap bersantai-ria sambil menarik hembusan rokok yang sepertinya bisa memberinya kenikmatan dan ketenangan yang sulit saya defenisikan. Bapak mulai merogoh kantong celananya, mencari sesuatu. Rokok yang baru saja dia beli di warung kok hilang? Dimana ya? Beliau mencari-cari kesana-kemari. “Yu, coba cari dimana rokok bapak, tadi baru bapak beli!” Sambil menahan senyum, saya pura-pura mencari rokok bapak. Semua sudut rumah saya samperi kecuali tempat dimana saya menyimpan rokok bapak.
“Gak ada Pak!” Lapor saya sambil memasang muka pura-pura kecapaian mencari.
“Yasudahlah, beli lagi saja. Bapak lupa tadi letakin dimana”
Asyikkk, saya ambil rokok yang saya umpetin kemudian pura-pura berlari ke warung membeli rokok. Uang bapak saya simpan kemudian rokok yang diumpetin, saya kasih bapak. Duitnya lumayan banget setara uang jajan saya selama seminggu. Nah, kalau Bapak/Ibu ada yang kehilangan satu bungkus rokok yang masih utuh, jangan-jangan anak di rumah pelakunya he..he…
2. Kenakalan karena tidak ada mainan
Saya dan adik saya yang perempuan terkadang ditinggal di rumah berdua tanpa pengawasan orang dewasa. Maklumlah bapak saya seorang tentara dan lumayan sibuk demikian juga mama saya yang seorang PNS. Walau kami berdua ditinggal di rumah, bapak saya akan melihat kami sesekali karena kebetulan kantor beliau satu lokasi dengan rumah kami di asrama tentara. Kami tinggal di satu barak yang terdiri dari sekitar 30 rumah. Ada banyak tetangga yang juga keluarga tentara, jadi mungkin itu yang membuat bapak tidak terlalu khawatir meninggalkan anak perempuannya yang masih berumur lima atau enam tahun di rumah.
Namun saya dan adik kadang-kadang bosan, tidak ada permainan baru. Kami suka membongkar kamar bapak dan mama kalau sedang bingung main apa. Saya ketemu sekotak ‘mainan’ yang masing-masing dibungkus plastik kalau tidak salah berwarna hijau atau biru. Ada banyak kemasan dalam satu kotak, penasaran saya membuka salah satunya. Ternyata isinya sebentuk balon yang bisa ditiup, anak kecil mana yang tidak suka bermain balon?
Saya senang bukan main, saya panggil teman-teman sebarak dan saya bagi-bagikan semua ‘balon-balonan’ tadi. Kami membuka masing-masing kemasan dan semua anak-anak berlomba meniup ‘balon’. Saya melihat ada ibu-ibu yang sedang berbisik-bisik. Tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Tiba-tiba bapak saya pulang, masih berpakaian seragam tentara, beliau mengumpulkan semua ‘balon mainan’ tanpa penjelasan apa-apa. Bapak cepat-cepat mengumpulkan dan sepertinya mukanya merah menyala, malu. Entah karena apa, anak kecil tidak mengerti. Jadi, Bapak/Ibu yang memiliki anak kecil apalagi banyak akal, harus hati-hati menyimpan ‘barang keramat’ he..he…