Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Hindari Penyesalan Setelah Terlanjur Resign

6 Februari 2016   09:53 Diperbarui: 8 Februari 2016   03:31 10737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Keputusan Emosional yang Menghasilkan Penyesalan (Forbes.com)"][/caption]Saya membaca tulisan yang berjudul: Ini Penyebab Karyawan Terbaik Resign? Selengkapanya bisa dibaca di sini. Satu sisi saya merasa senang membaca tulisan itu karena saya jadi bisa membaca isi hati karyawan saya. Namun di sisi lain, saya melihat alasan mengapa karyawan mengajukan resign seperti sebuah emosi yang ujung-ujungnya mendatangkan penyesalan. Ada berapa banyak diantara karyawan yang pernah merasa menyesal karna telah pindah kerja? Sebenarnya pekerjaan sebelumnya sudah cocok dan nyaman namun karena ada “sedikit” kekurangan akhirnya mengajukan resign. Berbagai macam alasan dilemparkan saat memutuskan meninggalkan perusahaan lama. Adalah merasa sudah tidak cocok karena merasa kurang dihargai bos, tersinggung karena ditegur atasan, sering lembur, merasa perusahaan salah mempromosikan karyawan, beban kerjaan semakin meningkat, keluar karena tawaran gaji yang lebih baik, dan lain sebagainya. Akhirnya keluar kerja dan mendapat pekerjaan yang baru. Setelah pindah kerja, suasana baru yang dihadapi ternyata tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Di kantor lama, sang karyawan menghadapi masalah pertemanan, di tempat yang baru teman-temannya baik tetapi pekerjaan menumpuk, kemudian pindah lagi ternyata masalahnya sulit beradaptasi dengan karakter teman yang tidak sesuai jati diri.

Penyesalan pun datang. Pekerjaan sekarang selalu dibandingkan dengan pekerjaan yang sebelumnya. Rasanya ternyata sakit banget karena kini merasa salah mengambil keputusan. Seandainya tahu kondisinya begini, pastilah tidak akan pindah, sepertinya kantor lama lebih baik daripada kantor sekarang. Kira-kira demikianlah isi hati karyawan tersebut. Berusaha untuk move on namun sangat sulit dilakukan, kenangan manis di tempat kerja lama seolah terus membayangi.

Saya menulis ini bukan tanpa dasar, sudah sering karyawan yang bekerja di day care saya mengajukan resign namun beberapa lama kemudian kembali menghubungi untuk bekerja kembali. Asalkan dia memiliki track record bekerja yang baik dan saya sedang butuh karyawan pasti saya terima. Masalahnya, kekosongan karyawan begitu cepat langsung terisi. Saya juga memiliki sedikit kendala untuk menerima karyawan lama. Halangan terberat saya adalah saya tidak ingin karyawan tersebut ingin kembali kerja ke saya hanya karena kenangan indah di masa lalu. Seiring waktu, sistem di day care akan terus berubah. Saya tidak ingin karyawan yang sudah saya terima tadi kecewa setelah mendapati apa yang terjadi di day care ternyata sudah berbeda. Misalkan sebelumnya saya memberikan jatah libur hari Sabtu dan Minggu untuk karyawan namun kini saya menaikkan salary tetapi libur hanya satu hari dalam seminggu. Lebih baik saya menerima karyawan yang baru karena keduanya harus sama-sama adaptasi kembali. Jadi, bila terlanjur keluar dari pekerjaan lama dan menyesal, tidak salah juga menghubungi bos dan menyatakan keinginan bekerja kembali. Siapa tahu ada peluang atau kesempatan daripada tenggelam dalam penyesalan serta tidak menikmati pekerjaan sekarang. Namun, harus siap bila keadaan tidak sama seperti yang dulu lagi. Masakan nanti keluar lagi? Kesannya tidak dewasa dan plinplan.

Ada juga kasus karyawan yang awalnya sudah betah di tempat bekerja namun semakin kesini menjadi tidak betah karena merasa tidak dianggap; tidak pernah diajak makan bersama oleh karyawan lain, atau tidak dilibatkan dalam obrolan bersama. Aneh bukan? Bila demikian bukankah seharusnya aktif mendekatkan diri ke teman-teman lain. Bila perlu evaluasi diri mengapa selama ini baik-baik saja dan kini teman-teman seolah menjauh. Memang ada juga kasus yang demikian terjadi karena faktor kecemburuan dari rekan kerja karena satu karyawan diberi kepercayaan lebih oleh bos sehingga yang lain tidak suka. Prinsip saya kalau bekerja harus total. Anehnya walaupun kita bekerja baik-baik, pasti ada saja yang tidak menyukai. Bila menghadapi ini, tidak perlu larut memikirkannya karena yang penting tidak melakukan kesalahan pada teman tersebut dan harus tetap memberikan manfaat untuk perusahaan.

Masalah dengan teman tidak perlu terlalu dipikirkan apalagi dia tidak punya alasan untuk membenci. Terlalu memikirkan teman bisa membuat stres (walau sedikit) dan ujung-ujungnya tidak betah bekerja padahal jaman sekarang susah sekali mencari pekerjaan sementara harga kebutuhan semakin meningkat. Merasa tidak cocok dengan bos atau rekan kerja jangan dijadikan alasan resign karena potensi masalah yang datang dari rekan kerja atau bos pasti bisa timbul dimana saja karena tidak ada perusahaan yang tanpa atasan dan tanpa rekan kerja kecuali perusahaan sendiri. Masak setiap ada tekanan mau quit, berarti dimana pun pasti tetap tidak akan betah walau sudah bekerja sesuai bidangnya. Apakah mau seumur hidup selalu pindah-pindah?

Keputusan untuk resign hendaknya tidak terlalu terburu-buru apalagi dalam keadaan emosi. Khususnya bagi karyawan yang sudah bekerja di bidang yang disukai atau sesuai passion. Tidak mudah mencari pekerjaan yang sesuai minat dan bakat kita. Banyak yang berkali-kali melamar ke posisi idaman  tetapi tidak berhasil dan terpaksa bekerja di bidang yang tidak diminati. Bekerja dimana saja pasti ada masalah; entah itu masalah dengan rekan kerja yang cemburuan pada prestasi kita, ada bos yang perfeksionis tetapi rajin memberikan bonus, ada perusahaan yang kerjanya santai tetapi gaji tidak seberapa. Tidak ada pekerjaaan yang oke 100% di mata karyawan: gaji tinggi, pekerjaannya santai, tanggung jawabnya kecil, bosnya baik, rekan-rekan kantor sportif, lingkungan kerja nyaman, dan risiko kecil. Pasti ada saja kurangnya di mata karyawan. Intinya karyawan harus bisa menilai keinginan pribadi. Misalkan kalau kerja, yang penting tidak ada lembur, tidak masalah bila gaji tidak terlalu tinggi. Atau tidak masalah kerja tidak sesuai passion asalkan gajinya worth it. Bila kita sudah memiliki satu alasan kuat bekerja di sebuah perusahaan misalkan karena pekerjaan sesuai passion, jangan sampai keluar dengan alasan sampingan lainnya.

Karyawan memang harus pintar-pintar melawan rasa bosan karena pengangguran yang menjamur dimana-mana. Bekerja tidak mungkin tanpa tekanan, anggap saja proses mematangkan karakter. Mungkin di waktu senggang perlu mendengarkan musik, baca novel, komik, buku motivasi,  atau hang out bersama teman-teman ke tempat yang belum pernah dikunjungi. Intinya harus bisa enjoy. Lebih baik memikirkan hal positif yang ada di tempat bekerja sekarang. Tenggelam memikirkan kekurangan perusahaan bisa membuat semakin tidak betah.

Bila pekerjaan tidak sesuai bidang bagaimana? Sebelum menemukan pekerjaan pas yang di hati, memang harus belajar mencintai pekerjaan yang ada. Banyak orang yang karakternya back office terpaksa bekerja di bagian lapangan yang sebenarnya sangat dia hindari tetapi bisa enjoy karena mengaplikasikan ilmu back office dalam bidang sales yang ditekuni. Sebenarnya selalu ada cara untuk membuat betah di pekerjaan sekarang namun kembali kepada tekad sang karyawan. Asalkan sang karyawan memahami kalau tidak mudah mencari pekerjaan apalagi kondisi ketidakstabilan perekonomian yang menimbulkan pengangguran dimana-mana. Pastikan karyawan resign bukan karena emosi sesaat yang mendatangkan penyesalan.

Setelah memikirkan dengan matang ternyata tetap ingin keluar dari perusahaan apa yang harus dilakukan? Selama saya bekerja dulu, tidak pernah yang namanya menyesal dan ingin bekerja di tempat yang lama sebanyak apa pun prestasi dan penghargaan yang saya peroleh sebelumnya. Saya tidak pernah keluar tanpa perencanaan matang dan mempersiapkan diri atas risiko yang akan saya hadapi di depan. Jadi, sampaikan keinginan untuk keluar dari perusahaan sehingga perusahaan bisa mencari pengganti dan kita tidak menimbulkan beban bagi perusahaan yang selama ini sudah memberikan kita sumber nafkah.

Pengalaman saya saat mengajukan resign pasti selalu tidak diijinkan bos; ada yang menawarkan kenaikan gaji atau kenaikan jabatan. Saya sudah menduga adanya tawaran demikian sehingga sudah mempersiapkan jawaban yang tidak menyinggung bos. Saya sampaikan kepada bos kalau saya keluar sama sekali bukan karena masalah gaji atau jabatan namun memang saya memiliki rencana untuk masa depan saya yaitu berkaitan dengan pencarian pekerjaan yang sesuai passion saya.

Bila ada karyawan yang ingin mengubah profesi menjadi wirausaha, harus memahami kalau bisnis membutuhkan dedikasi dan mental kuat yang sama tingginya dengan mental yang harus dimiliki seorang karyawan berprestasi. Tulisan ini tidak dibuat untuk menyalahkan para karyawan yang ingin berhenti dari perusahaan tempat dia bekerja sekarang. Semua keputusan dikembalikan kepada karyawan tersebut karena dia sendiri yang menjalani kehidupan. Yang salah sebenarnya adalah bila sang karyawan tidak siap dengan risiko keputusan yang diambil.  Kerja dimana-mana itu sulit, jadi persiapkan diri untuk mengambil risikonya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun