Aksi menuntut atas Ahok terkait kasus menista agama makin menggema. Bermula aduan Buni Yani, kini menjalar, meluas berbalas mengusung potong dan pancung. Tak puas dengan proses yang berjalan. Kepolisian dituding lambat, sampai Presiden Jokowi dicap pelindung penista agama dan patut digulingkan !!!
Kucing Berbayang Singa
Rutinitas kerja AHOK ke Pulau Seribu tertanggal 27 September 2016, semula berjalan normal layaknya kunjungan ke berbagai daerah lain, diselingi tawa dan keramahan. Tak ada satupun yang dapat kita saksikan penolakan atas pernyataan yang disampaikan AHOK. Meskipun, saat itu kunjungan juga diliput kalangan media, dan dihadiri sejumlah kalangan di luar pemerintahan.
Situasi yang manis ibarat kucing tersebut, sedikit demi sedikit memunculkan bayangan yang jauh dari manis, kini berubah beringas, siap menerkam siapa saja yang menghalangi. Â Menjadi pertanyaan mengapa hal tersebut dapat terjadi ?
Mari Memeriksa
Tanggal 01 November hingga 04 November jika diibaratkan dalam kurva linier memiliki garis yang semakin positif hingga titik klimaks yang belum ditentukan !!!
Mengingat, kemauan kepentingan yang tak terbatas, hingga tuntutan yang diluar akal batas. Lihat saja realita yang terjadi, dari tuntutan mengawal kasus AHOK di Kepolisian atas kasus menista agama. Berlanjut pada penggulingan pemerintahan Jokowi-JK.
Aktornya-pun beraneka warna. Dari kaum ulama penggerak utama sebut saja FPI, hingga ulama yang biasanya menawarkan- diasosiasikan menghadirkan kesejukan seperti AA Gym.  Aktor lain yang lain dari elit politik kawakan seperti Amin Rais, hingga elit politik mantan seperti SBY turut andil serta. Turut juga perlu disebut aktor  Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah dan Fadli Zon tak mau ketinggalan. Bahkan, Rachmawati Soekarnoputri juga dalam gerbong yang sama.Â
Lantas bagaimana yang tidak dapat ikut aksi tersebut ? Meskipun tidak ikut turut toh, boleh sumbang saran untuk menghangatkan suasana seperti yang dilakukan oleh Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, MS Kaban mantan menteri di era pemerintahan SBY, dan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arif Puyono.
Saran yang disampaikan oleh para elit politik ini jauh dari apa yang saya pikirkan. Bahwa, elit politik memiliki pemikiran yang seharusnya lebih konstruktif membangun pemahaman kebangsaan yang kokoh dan kuat.  Justru, pesan yang disampaikan.  Misalnya saja oleh  Arif Puyono di media bahwa aksi bela Islam II yang berlangsung 4 November mendatang sangat wajar. Sebab, rakyat merasa penegakan hukum dan rasa keadilan sudah mati rasa.  Karena itu tidak boleh ada sedikit pun darah jatuh saat aksi demo. Satu tetes saja darah pendemo jatuh, maka jangan salahkan rakyatkan kami gulingkan Pemerintahan Joko Widodo-JK.
Kemudian, Â kaum ulama yang seharusnya menyampaikan kesejukan seperti Wasekjen MUI Pusat Tengku Zulkarnain justru mengeluarkan pernyataan yang membuat saya merinding. Menurutnya, untuk kejadian melecehkan ALQuran kalau hukum Islam, Ahok Harus dihukum mati, dipotong kaki dan tangannya atau minimal di usir dari Indonesia.
Bayang-bayang singa semakin menjadi-jadi tak karuan. Manakala sebelumnya Presiden Jokowi bertandang ke kediaman Prabowo yang notabene sebagai dua tokoh yang memiliki kekuatan politik penting saling menebar kemanisan, keharmonisan dan kesejukan. Keduanya saling menekankan ke-Bhinekaan dalam bingkai NKRI.