Majalah Barometer
Edisi February – Maret 2012
laporan Utama hal. 11 – 12
Senyum Anand Krishna tampak sumringah di acara ulang tahun yang ke 21 Anand Ashram Foundation. Wajar saja senyum dan kebahagiaan itu disebarkannya karena selain ulang tahun komunitas yang didirikannya itu, dia juga baru merasakan sedikit ketenangan karena telah bebas dari jerat hukum tingkat pertama di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, walaupun saat itu Jaksa masih melakukan upaya hukum yaitu kasasi.
Ulang tahun kali ini Anand Ashram Foundation ini mengambil tema “Be Joyful and Share Your Joy with Others.” Artinya jadilah ceria dan berbagilah keceriaan.
Acara tersebut berlangsung di Padepokan One Earth, One Sky, One Humankind, di daerah ciawi, Bogor pada 14 Januari 2012 lalu. Acara ini dapat dikatakan meriah dan sukses dengan tamu dan para undangan yang hadir kurang lebih 250 orang. Usai acara, Anand Krishna menerima wartawan dalam suatu wawancara, kepada Amri Siregar, Yudi Permana dan Lukman Hakim dari Barometer ia berkisah. Berikut petikannya;
Setelah 21 tahun Anand Ashram Foundation, baru-baru ini Anda mendapat masalah, apakah kegiatan Anda masih berjalan?
Sesungguhnya selama ini semua kegiatan berjalan, tidak ada kegiatan yang berhenti. Jadi walaupun ada badai dan topan kita tetap jalan, meskipun agak lambat. Komitmen kita adalah bagaimana mengapresiai ke-Bhinekaan, karena itu adalah suatu keniscayaan bagaimana kita bisa menghormati perbedaan, agar bisa hidup bersama secara damai. Meskipun itu tidak bisa menyamakan semuanya dari berbagai macam ras dan suku, tapi di balik semua perbedaan itu ada sesuatu yang mempersatukan kita dan kalau kita fokus kepada yang mempersatukan kita itu, pasti kita akan lebih bahagia, lebih senang dan lebih damai serta harmonis.
Seperti kita ketahui baru-baru ini Anda mengalami musibah, apa yang melatarbelakangi Anda hingga bisa kuat seperti sekarang ini?
Keyakinan, bahwa secara bersama-sama apa yang kita lakukan itu sesuatu yang selaras dengan kehendak alam. Kita bicara tentang ke-Bhinekaan, bicara tentang persatuan dan semuanya itu bukan sesuatu yang tidak selaras, tapi selaras dengan alam. Jadi ada keyakinan bahwa perbuatan kita itu semuanya diridhoi oleh Tuhan, dan itu yang menjadi kekuatan bagi kita. Tidak ada kekuatan bagi diri kita sebagai manusia karena kekuatan semuanya dari Tuhan.
Setelah divonis bebas di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, apa yang ingin menjadi tujuan Anda kedepan?
Tetap jalan seperti biasa. Saya tetap menulis buku, bertemu dengan teman-teman di sini dan di luar kota. Jadi tidak ada kegiatan khusus atau yang luar biasa, jadi biasa-biasa saja.
Bagaimana tanggapan Anda terhadap peradilan di Indonesia?
Dengan keputusan dari Ibu Albertina Ho terhadap diri saya, saya melihat masih ada keadilan dari orang-orang seperti Ibu Albertina, sehingga ktia semua mesti yakin bahwa masih ada peradilan dan masih ada keadilan di Indonesia ini.
Dengan adanya kejadian tersebut, bagaimana Anda menyikapinya?
Hal itu akan dijadikan suatu pengalaman bagi saya. Contohnya ada pohon yang berbuah kita akan lemparin batu, jika pohonnya tidak ada buahnya lagi, pasti tidak akan lemparin batu. Nah, saya kira sesuatu yang wajar dan saya menganggap semua itu masa yang akan berlalu dan sekarang kita melangkah ke depan.
Apa target yang Anda harapkan ke depan?
Target saya tetap yaitu untuk menyebarluaskan cinta kasih sesame manusia, kepedulian, kasih sayang dan kedamaian. Hanya itu saja, tidak ada sesuatu yang luar biasa. Saya kira itu agenda setiap manusia semestinya.
Kenapa di ulang tahun ini tema-nya Be Joyful and Share Your Joy with Others?
Itu sebenarnya motto kita sejak 21 tahun yang lalu. Dan tema hari ini untuk memperbaharui komitmen kita pada motto yang sama. Jadilah ceria dan berbagilah keceriaan. Jadi, hari ini kita memperbaharui komitmen kita, kenapa begitu? Karena kalau kita sendiri belum ceria, tidak damai, berarti belum bisa, tidak bisa menyebarkan keceriaan dan kedamaian. Kalau saya tidak penuh dengan kasih saying, saya tidak bisa menyebarkan kasih saying. Jadinya kita sama-sama harus mengurusi diri kita sendiri, kalau diri kita sudah diurusin, baru kita bisa berbagi dengan orang lain, ini yang menjadi motto kita.
Apa harapan ke depan untuk ulang tahun ini?
Hidup adalah perjuangan, dunia tidak akan menjadi damai besok pagi, perjuangan kita panjang, perdamaian dunia butuh perjuangan panjang. Tapi seperti pepatah yang mengatakan; bahwa hari ini kita bisa menikmati pohon-pohon yang lebat, karena 5 atau 10 tahun yang lalu ada yang menanam pohon itu dan orang yang menanam pohon tersebut mungkin sudah meninggal sekarang.
Maksudnya mari kita menanam sesuatu hari ini, dan kita tidak peduli apakah itu akan dinikmati oleh generasi kita, atau generasi mendatang. Hal itu tidak usah kita pikirkan. Karena kita menanam sesuatu yang baik. Jadi kita sekarang menanam hari ini dan kita tidak peduli akan dinikmati oleh generasi kita atau generasi mendatang, hal itu tidak usah kita pikirkan asalkan kita menanam sesuatu yang baik.
Dalam perjalanan sebelum usia ke 21 Anand Ashram Foundation ini, apakah Anda pernah ada perasaan yang berat atau ingin menyerah dalam perjalanan organisasi ini?
Menyerah sih tidak, tapi rasa berat dan lelah itu kadang-kadang ada, tapi saya tetap jalan. Kemudian saya berdialog dengan diri saya sendiri dan dijawab oleh pribadi saya sendiri. Selain itu saya pernah divonis mati 21 tahun yang lalu, kemudian saya bisa hidup lagi. Nah, setelah itu saya menutup usaha saya ketika saya sudah sembuh. Tetapi orang dan teman-teman saya menganggap saya bodoh, karena saya tidak kembali usaha, karena kenapa setelah sembuh masih terus meditasi, tidak jadi pengusaha lagi.
Artinya saya memutuskan hidup seperti ini. Karena saya sangat bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan bonus dalam kehidupan saya selama 21 tahun ini. Seharusnya 21 tahun lalu saya mungkin sudah meninggal. Jadi saya ingin berbagi apa yang saya bisa. Saya juga tidak persepsi bahwa saya luar biasa.
Waktu Anda mengalami musibah dengan menjalankan proses hukum selama 2 tahun itu, bagaimana dengan aktifitas kegiatan spiritual Anda? Apakah jalan atau tidak?
Semuanya berjalan, jadi selama 2 tahun itu semua kegiatan jalan, ada saya ataupun tidak ada saya. Dari awal saya mengatakan bahwa kegiatan ini adalah misi, ini adalah kemuliaan, jadi katakanlah dua tahun ini kita mengalami gangguan atau besok saya bisa mati karena setiap orang tidak ada yang hidup langgeng abadi. Jadi saya mengharapakan misi kegiatan ini jalan terus, ada saya atau tidak ada saya.
Selain itu, saya juga berterima kasih kepada teman-teman kita di Jakarta, Jogja, Solo, Bali, Kalimantan, Sumatra dan yang lainnya karena semuanya sangat mendukung dengan kegiatan yang saya lakukan ini.
Apa yang ingin Anda rencanakan untuk satu tahun ke depan?
Saya sangat mengapresiasi pemahaman Mochtar Lubis, beliau pernah mengatakan bahwa manusia Indonesia ini mempunyai kelemahan-kelemahan, dan saya melihat beliau ini seorang pemikir dengan pemikiran yang sangat luar biasa. Dia memahami cara berpikir orang Indonesia itu dengan cara yang baik sekali. Ini harus kita perbaiki, kita harus menerima pendapat beliau dan kita harus mengasah diri karena kelemahan-kelemahan yang beliau katakana itu (adalah) kelemahan saya, kelemahan Anda dan juga kelemahan kita semua.
Kelemahan-kelemahan ini harus kita atasi. Kalau kita tidak menerima kita lemah, kita tidak bisa merubahdan membenahi diri. Jadi kita menerima dulu kelemahan kita apa, baru kita perbaiki, agar menjadi lebih baik.
Apa yang Anda cita-citakan ke depan?
Sederhana sekali, saya selalu mengatakan bahwa saya ingin meninggalkan dunia ini sedikit lebih damai karena saya tidak bisa mendamaikan seluruh dunia. Saya memberikan contoh saya lahir di kota Solo dan sampai usia 9 tahun saya tidak tahu bahwa teman main saya beragama Hindu, Budha, Kristen atau Islam. Karena selama itu kita main bersama, tanpa memikirkan perbedaan.
Kita pergi ke sekolah bersama, dan belajar budi pekerti. Kemudiah berdasarkan agama masing-masing Kristen ke Gereja, Hindu ke Pura, Islam ke Mesjid dan madrasah untuk pelajaran agamanya. Jadi ketika kita berada di sekolah, kita tidak ada perbedaan.
Sementara, sekarang ini kita melihat perbedaan dengan sangat jelas. Tapi bagaimana kita bisa menciptakan suatu keadaan di mana seorang anak itu merasa saya Indonesia, saya Islam tapi Islam Indonesia, saya Hindu tapi Hindu Indonesia dan ini harus kita usahakan bersama. Pekerjaan ini bukan pekerjaan saya sendiri, saya seorang diri tidak akan pernah berhasil, saya butuh bantuan teman-teman, saya butuh bantuan media, saya butuh bantuan semua orang untuk menyuarakan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H