Mohon tunggu...
Rahayuning Harny
Rahayuning Harny Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Namaste... :-)\r\n======================= \r\nPlease visit my blog here http://harnyrahayuning.blogspot.com - \r\nhttp://trytowritelittle.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dia Bicara (Tentang Satria)

1 September 2010   09:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:32 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah kapan pertama kali ku kenal sosok yang aneh itu. Seorang gadis yang sederhana dan tampak biasa-biasa saja dari penampilannya. hmmm… seorang gadis yang amat lugu pikirku. Namun pandangan ku tentang gadis itu kian hari kian berubah. Aku menemukan sesuatu yang istimewa padanya, malah sungguh istimewa bagiku.

Entah siapa yang pertama kali membuat kami mengenal satu sama lain. setidaknya itu pikirku. Padahal… tak banyak yang ku ketahui tentangnya. Ia memang sungguh misterius bagiku. Hmmmm… seorang gadis yang lugu dan misterius. Toh aku menikmatinya, menikmati saat-saat bersamanya, menikmati saat ia bercerita panjang lebar mengenai sosok yang sungguh ia cintai, ia kasihi.

Entah berapa kali ia bicara tentang sosok itu, Satria begitu ia memanggilnya. Pertama kali aku mendengar nama itu, aku tak punya pandangan apapun yang istimewa tentang gadis yang ku kenal di sebuah terminal itu.

Aku atau kami tepatnya, saling kenal pertama kali memang di sebuah terminal, kala itu aku sedang menunggu bis untuk mengantarku pulang setelah seharian aku mutar-mutar cari beberapa barang yang aku perlukan untuk barang daganganku. Lelah yang menyapaku membuatku tak memperhatikan sekeliling, aku hanya ingin segera naik bis yang akan membawaku pulang. Aku ingin cepat-cepat sampai rumah dan segera merebahkan tubuhku yang lelah.

Entah bagaimana akhirnya kami mengobrol satu sama lain. pertama kali ku tatap mata sang gadis itu, aku merasa seperti sudah mengenalnya dan aku merasa senang bercakap-cakap dengannya. Walaupun sesungguhnya ia lebih banyak diam. Di mataku ia adalah seorang gadis pendiam yang sungguh mengasyikkan. Ada rasa yang aneh kurasa setiap kali bertemu dan mendengarkannya bercerita tentang Satria – sosok yang sangat ia kasihi.

Ya, hampir setiap kali kami bertemu ia selalu membicarakannya. Membicarakan ia yang dikasihinya. Ia bercerita padaku bahwa pada saat ia menyadari keberadaan Satria, ia langsung jatuh cinta dan tak pernah merasa sendiri. oh… ia merasa selalu bersamanya. Satria selalu ada di manapun gadis itu ada. Ia sungguh membuat si gadis terpesona dan terbata-bata menguraikan tentang kelembutan dan keindahan Satria. Ia pun bercerita bahwa setiap hari ia selalu mempersembahkan sesuatu pada yang ia kasihi itu.

Kadang iamempersembahkan sebuah puisi kadang juga ia mempersembahkan sebuah lagu. Lagu yang ia buat khusus untuk Satria nya itu. Lagu rindu untuk Satria begitu ia menamakannya. Semua puisi dan lagu yang dibuat memang hanya menceritakan betapa ia merinduinya selalu. rindu yang tak terperi. Pernah suatu kali ia menyanyikan sebuah lagu untuk Satrianya itu sambil bercucur airmata. Oh… sungguh suatu cinta yang aneh, pikirku.

Namun gadis itu tak pernah perduli apapun yang aku katakan tentang hubungan cintanya dengan Satrianya itu. Ia tetap percaya diri bahwa sang Satria pun mencintainya seperti ia mencintai sosok tersebut. aku pernah berfikir bahwa ia hanyalah menciptakan sosok khayalannya guna mengobati kerinduannya pada seorang yang pernah benar-benar ia cintai. Pikirku ia berkhayal tentang Satria, sosok yang tak kalah misteriusnya dengan sang gadis.

Namun, walaupun ia misterius, aku tetap setia manakala ia bercerita tentang yang dikasihinya itu. Aku seakan tak pernah bosan mendengarkannya bercerita panjang lebar mengenai Satria. Aku pun seringkali rindu mendengar suaranya mendendangkan tentang Satria. Tentang kelembutan, keindahan dan keanggunannya. Oh… ternyata akupun terpesona oleh Satrianya itu.

Sepertinya si gadispun tahu, lambat laun akupun mulai mencintai Satria. Ia tidak marah, ia sungguh senang begitu katanya sehingga kita bisa bernyanyi bersama, melagukan puisi bersama dan merasakan saat-saat merinduinya.

Lalu ia membacakan puisi yang dipersembahkannya untuk Satria

Wahai Satria, kau sungguh mempesona

Di segala-gala

Tak bisa kulukiskan betapa

Lembutnya

Penuh kasihnya

Dirimu

o…. kupersembahkan kalimat-kalimat ini

untuk mu

kiranya kau berkenan

menerima persembahanku

hari ini

o…

wahai Satria….

Kau tahu betapa aku merindu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun