Komunikasi antara budaya adalah merupakan salah satu kajian dalam ilmu komunikasi. Hammer (1995) meminjam pendapat dari Hall, mengatakan bahwa komunikasi antar budaya memenuhi syarat untuk di jadikan sebagai salah satu kajian dalam ilmu komunikasi karena:
1. Secara teoritis memindahkan focus dari satu kebudayaan kepada kebudyaan yang di bandingkan.
2. Membawa konsep aras makro kebudayaan ke aras mikro kebudayaan.
3. Menghubungkan kebudayaan dengan proses komunikasi.
4. Membawa perhatian kita kepada peranan kebudayaan yang mempengaruhi perilaku.
Ini berarti bahwa proses pembetukan kajian komunikasi antarbudaya harus di dukung oleh apa yang di sebut “asumsi-asumsi” teoritik.berbicara tentang asumsi tak bisa di pisahkan dari teori dimana teori dapat di artikan sebagai”alat keilmuan” yang bertujuan untuk menerangkan huungan antara berbagai aktivitas manusia yang di amati. Situasi dimana suatu teori termasuk teori komunikasi dapat di terapkan di sebut asumsi,dan hanyan dengan asumsi orang akan mampu memberikan batas-batas bagi penerapan sebuah teori.Dengan kata lain,asumsi sebuah teori komunikasi merupakan seperangkat pernyataan yang menggambarkan sebuah lingkungan yang valid,tempat dimana sebuah teori komunikasi dapat di aplikasikan.Dalam rangka memahami kajian komunikasi antarbudaya maka kita mengenal beberapa asumsi yaitu:
1.komunikasi antarbudaya dimulai dengan anggapan dasar bahwa ada perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan.
2.dalam komunikasi antarbudaya terkandung isi dan relasi antarpribadi.
3.gaya personal mempengaruhi komunikasi antarpribadi.
4.komunikasi antarbudaya bertujuan mengurangi tingkat ketidakpastian
5.komunikasi berpusat pada kebudayaan.