Mohon tunggu...
Rahayu Irhami
Rahayu Irhami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Belajar membaca, memahami, menganalisis, menulis, mengajar, menyampaikan dan mempraktikkan

Tema: pendidikan, pendidikan Islam, parenting, parenting islami, sosial kemanusiaan, keagamaan, psikologi anak-dewasa, psikologi perspektif Islam, orangtua, keluarga, hobi, olahraga, pengetahuan umum. Sedang belajar bahasa asing dan kepenulisan artikel serta buku non fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

"Vaksin Covid-19 Mematikan" Kata Tetangga di Desa

10 Agustus 2021   11:47 Diperbarui: 10 Agustus 2021   12:32 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Upaya memperluas jangkauan vaksinasi di setiap desa sudah dilakukan. Namun, masih ada saja rakyat yang enggan melakukan vaksinasi. 

Alasannya beragam, ada yang menganggap vaksin itu nggak diperlukan, akal-akalan pemerintah saja sampai muncul anggapan jika suntik vaksin bisa berujung pada kematian.

"Aku nggak mau vaksin mbak; aku takut divaksin; nggak ada gunanya divaksin; saya hanya kerja di sawah, jadi nggak perlu vaksin; aku nanti malah mati kalau divaksin mbak" kata beberapa tetangga saya di desa. 

Itu hanya sebagian penolakan dari tetangga saya mengenai program vaksinasi.

Selang beberapa hari, saya bertemu dengan tetangga saya yang kemudian dia mewanti-wanti saya supaya tidak ikut vaksinasi. 

"Mbak, kalau ada vaksinasi di Puskesmas, jangan ikut ya!. Itu mbah A, Ibu-nya B, sama Bulik C sakit setelah divaksin terus mereka pada meninggal.", cerita tetangga saya dengan nada penuh penekanan, emosional dan khawatir.

Tidak bisa disalahkan begitu saja memang, tapi yang pasti, mereka sudah merasa muak dengan aturan pemerintah yang sangat-sangat-sangat menyulitkan rakyat kecil seperti mereka. 

Banyak tetangga yang sudah antipati dengan informasi seputar Covid-19 ataupun vaksinasinya. 

Kasarannya, mereka sudah berada di titik "bodo amat" dengan situasi yang terjadi saat ini di Indonesia.

Yang namanya orang desa itu, apa lagi yang tidak mem-filter segunung informasi yang disediakan, lebih tepatnya tidak sempat untuk menggali dan menelaah informasi karena sibuk mencari nafkah untuk keluarga. 

Di pikiran mereka itu fokus pada solusi bagaimana caranya supaya istri dan anak bisa tetap makan, sekolah dan mungkin juga berpikir soal pelunasan hutang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun