Mohon tunggu...
Di Timur Fajar
Di Timur Fajar Mohon Tunggu... -

Titip salam dari pemilik lapak ini: Aku andaikan mereka dan mereka andaikan aku. Cobalah berempati: merasakan berada pada posisi mereka, maka akan banyak yang bisa kita mengerti dan pahami tentang mereka, tentang kesalahan mereka. Karena kenyataan tidak pernah salah. Tuhan menghadiahi kita akal, bahwa ada kausalitas dalam setiap persoalan. Maka pandai-pandailah menguraikannya." (Rahayu Winette) Jadilah diri sendiri namun tak ada salahnya Anda(i) coba berempati dalam posisi orang lain. (Di Timur Fajar)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

93) Selagi Masih Berburuk Sangka

3 Januari 2011   00:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:01 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_81368" align="alignright" width="300" caption="google gambar"][/caption]

. . . Saya sering berburuk sangka sebagai cara menyikapi persoalan yang timbul dengan orang lain. Ada rasa menyayangkan kenapa sampai demikian. Tapi setelah coba memahami alasan-alasan yang mendasarinya, saya harus memaafkan diri saya sepenuhnya.

. . . Kita tidak hidup sendiri lalu persoalan yang timbul dengan orang lain datangnya hanya karena dari diri sendiri. Karena kalau memang seperti itu saya mungkin bisa memperbaikinya secepat yang saya bisa. Kadang persoalan yang timbul datang dari kesalahan orang orang di lingkaran kita, ini yang jadi masalah. Mereka itu seperti anak kita, suami atau istri kita, saudara kita, famili kita, orang orang kita yang seorganisasi, seRT, seRW, sekampung, atau semarga dengan kita.

. . . Saya tahu ada adagium: kita tidak harus bertanggung jawab dengan kesalahan yang tidak kita perbuat. Kita tentunya senang dan bisa tidur nyenyak kalau prinsip ini tidak saja kita yang tahu, tapi ‘mereka’ juga tahu.

. . . Siapa mereka? Entahlah, saya juga tidak tahu sebelumnya. Lagi sedang tidur nyenyak tadi, eh mereka datang tiba-tiba mengobrak-abrik tempat hunian kita. Itu hanya karena ada orang semarga dengan kita mencari gara-gara dengan mereka. Lumayan alasannya karena ada yang cari gara-gara. Kadang kesalahpahaman yang tidak jelas ujung pangkalnya membuat mereka dengan gampang mencari sasaran pelampiasan.

. . . Jadi kalau sudah begini, saya sering membayangkan yang buruk-buruk untuk mengantisipasi kemungkinan yang terburuk. Sering saya menasehati ‘orang-orang saya’ untuk selalu membina hubungan baik dengan sesama warga. Jagalah jarak kalau kita tidak bisa menerima sifat dan sikap orang lain yang bagi kita tidak nyaman. Mending tidak akrab dari pada status hubungan kita sudah pada skala ‘awas marahan’. Bagi saya, seratus kawan itu masih sedikit, seperseratus lawan atau musuh, itu sudah terlalu banyak.

. . . Sekian dulu. Ke depan, semoga saya bisa memperbaiki cara dan prinsip hidup saya dalam menyikapi persoalan ini. Siapa tahu ada yang lebih baik dan itu datangnya dari teman-teman di kompasiana ini. Salam kenal, saya Fajar.

. . . By: Fajar / Rahayu Winnet

. . . NB: Perlu diciptakan sistem sosial yang kondusif untuk menjaga hubungan

[caption id="attachment_81369" align="alignleft" width="300" caption="kitorang samua basudara"]

12940141581518833382
12940141581518833382
[/caption] baik antar warga, antar marga, antar sesama. Karna “Kitorang samua basudara”, kalau tidak salah seperti itu kata(sistem sosial) orang Minahasa/Manado.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun