[caption id="attachment_80159" align="aligncenter" width="300" caption="tolong bohongnya sebutir(google gambar)"][/caption]
..Dalam menghadapi pembeli, saya lebih suka jujur dari kalau mau bohong bawaannya susah nanti.
..“Rahayu, beli telur dan beras. Beras seliternya berapa?”
..“Beras tujuh ribu seliter. Telurnya beli berapa, mbak?”
..“Beli sepuluh, telurnya masih baru apa sudah lama?” tanya pembeli.
..“Kurang tahu. Saya belinya dari pasar kemarin. Entah penjual di sana belinya sudah lama dari kandang.” jawabku sekenanya.
..“Wah, jangan-jangan telurnya sudah tidak bagus. Beli lima saja. Kalau berasnya enak ya dimakan? Saya mau beli tujuh liter.”
..“Sayang, saya belum sempat mencobanya. Bagaimana kalau coba dulu dua liter, nanti kalau rasanya enak, baru balik lagi beli sisanya.” saran saya.
..“Tiga liter saja. Biar saya coba menanaknya.” Suara setuju sang pembeli.
..Selalu saja begitu. Itu kalau mau jujur masih lebih baik. Dari pada pakai gaya bohong penjual. Telurnya bagus? Wah bagus! Berasnya? Wuuaaah enak sekali, belum dicoba saja rasanya sudah enak! Nah, dengan tidak jujur seperti ini bagaimana kalau mereka sudah mencicipinya. Kalau bagus, ya syukur. Kalau tidak? Bukankah cara saya tadi masih sedikit lebih ‘enak’. Sebab kalau belanjaan mereka itu setelah dinikmati rasanya tidak enak, toh tidak masalah. Memang siapa yang bilang enak?
..Kalau ternyata uennaak,waah, senang beli bahan masak di warung pintu ajaib*. Tidak dibilang enak saja rasanya sudah seenak ini, apalagi kalau sudah dibilang enak sama penjualnya.
..Siiip kan? Lain ceritanya kalau datang seorang pembeli:
..“Tolong beli terigu sekilo. Eh, terigunya masih bagus, tidak?”
..“Waahh, bagus, bagus! Lebih bagus dan murah dari terigu di warung sebelah. Terigu saya buatan luar negeri, ada cap SNI lagi. Dijamin mutu!”
..“ O yaa? Kalau begitu tolong bungkus bohongnya sekilo !”
..By: Rahayu Winnet
.. NB: Warung pintu ajaib* : orang suka menyebut kios saya demikian. Entah apanya yang ajaib, itu cuma karena saya iseng membuat pintu warungbisa terbuka dan tertutup dengan sendirinya. Ini juga gara-gara kerjaan malas. Lagi tidak mau capek buka dan tutup pintunya bila pembeli datang dan pergi dari selesai berbelanja. Dengan satu tehnik mekanika gerak, cukup satu tarikan senar membuatnya terbuka; dan sentakan yang satu lagi membuat pintunya tertutup. Terkatup oleh satu klep logam(engsel).
...* Eh, tadi itu saya tidak salah dengar? Terakhir,pembeli itu bilang beli terigu, apa? Bohong, katanya? Wah, kalau yang satu itu belum tersedia di warung saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H