Mohon tunggu...
Di Timur Fajar
Di Timur Fajar Mohon Tunggu... -

Titip salam dari pemilik lapak ini: Aku andaikan mereka dan mereka andaikan aku. Cobalah berempati: merasakan berada pada posisi mereka, maka akan banyak yang bisa kita mengerti dan pahami tentang mereka, tentang kesalahan mereka. Karena kenyataan tidak pernah salah. Tuhan menghadiahi kita akal, bahwa ada kausalitas dalam setiap persoalan. Maka pandai-pandailah menguraikannya." (Rahayu Winette) Jadilah diri sendiri namun tak ada salahnya Anda(i) coba berempati dalam posisi orang lain. (Di Timur Fajar)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

123). Jangan Memaksa Kereta Itu Berhenti hanya untuk Menunggu Ada Anak Kita Terlambat

9 April 2011   23:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:58 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13023909601625130227

[caption id="attachment_99776" align="aligncenter" width="216" caption="Kereta api kita, tut, tut, tut. Siapa hendak pergi? (google gambar)"][/caption]

[caption id="attachment_99775" align="alignright" width="144" caption="Kereta apinya maannaaa?? (google gambar)"][/caption]

. . Saya sering prihatin kala menyikapi ada cara yang berbeda dalam mendidik anak soal kemandirian. Sesungguhnya suatu kesempatan besar bagi kita membentuk mereka selagi masih tergantung pada peran kita sebagai orang tuanya. Kita perlu mengurai simpul ketergantungan itu dan melepasnya pelan-pelan: "Pergilah nak, pergi ke alam bebas!" Jadi ingat selarik bait sajak itu, oleh penyair siapa ya? . . Lantas apa yang mau saya bilang dari kondisi ini? Sebagai orang tua harusnya kita kompak mengajarkan anak bertanggung jawab dengan setiap perbuatannya. Sayang kalau sikap ini tidak muncul, tidak saja dari kedua orang tua mereka(ibu dan bapak), satu saja dari kedua belah pihak tidak kompromi; kemandirian anak jadi taruhannya. Yang satu berkeinginan kuat menjadikan anak mandiri(mandi sendiri, hehe), yang lain dengan caranya memanjakan, suka memandiin. . . Memanjakan anak, membuat mereka jadi 'Sidharta Gautama muda' (*) yang steril dari riak dan dihindarkan dari terantuk kerikil-kerikil kecil kehidupan, akan membuat mereka nanti kerap terperangah di tengah jalan kehidupannya. Kita tidak selamanya hidup dengan mereka, bahkan kita tidak sering bersama mereka. Kenapa tidak membuat mereka belajar berdikari (berdiri di atas kaki sendiri), terlalu suka menopangnya. . . Kasih sayang orang tua sering disalahartikan dengan membantu dan memenuhi setiap gerak dan keinginan mereka di sebarang tempat dan waktu. Adakah orang tua sedemikian memanjakan seperti itu? Siapa bilang tidak ada? Dari sana anak-anak yang gagal ginjal kehidupan dilahirkan. Ginjal maksud saya gerak ringan jalan-jalan.

[caption id="attachment_99774" align="alignright" width="270" caption="Hati-hati ya, nak? Tapi kalau mau suka jatuh, terjun saja sana ! (google gambar)"][/caption]

. . Biarkan mereka menemukan resiko dari kesulitan kecil mereka. Bantulah mereka belajar berdiri dengan memibiarkannya jatuh bangun terlebih dahulu. Biasakan mereka belum mendapatkan apa yang tidak mereka cari. Dan, .... . . Jangan membuat kereta itu berhenti hanya untuk menunggu mereka dengan kebiasaannya terlambat. Mereka harus dilatih mempercepat ayunan langkah mengejar keretanya. . . By : Fajrin . . (*) Sidharta Gautama muda, jadi ingat bacaan kisah tokoh budhis tersebut semasa kecil yang oleh raja sekaligus orang tuanya dibebaskan dari melihat dan mengalami kesulitan hidup di sekitarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun