Mohon tunggu...
Di Timur Fajar
Di Timur Fajar Mohon Tunggu... -

Titip salam dari pemilik lapak ini: Aku andaikan mereka dan mereka andaikan aku. Cobalah berempati: merasakan berada pada posisi mereka, maka akan banyak yang bisa kita mengerti dan pahami tentang mereka, tentang kesalahan mereka. Karena kenyataan tidak pernah salah. Tuhan menghadiahi kita akal, bahwa ada kausalitas dalam setiap persoalan. Maka pandai-pandailah menguraikannya." (Rahayu Winette) Jadilah diri sendiri namun tak ada salahnya Anda(i) coba berempati dalam posisi orang lain. (Di Timur Fajar)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

72). Perspektif : "Tiang Kebaikan Di Sahara Kesulitan"

17 November 2010   06:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:32 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12899737451257321689

[caption id="attachment_73359" align="aligncenter" width="300" caption="dari google gambar"][/caption]

..Sulit rasanya kalau disuruh menghadapi kesulitan kita berada di tengah situasi dan kondisi yang sulit, dengan orang-orang yang sulit, terlebih ditambah lagi kalau modal pribadi kita juga rada-rada sulit.

..Sebenarnya tidak sulit kalau kita tahu bagaimana menghadapi kesulitan. Toh yang kita perlukan cuman bagaimana caranya mengatasi kesulitan itu, dan bukan malah mempersulitnya.

..Tapi di situlah sulitnya; kalau kita menganggap hanya sesimpel itu sumber kesulitannya. Karena ada lagi: misalnya kita sudah berihtiar mencari jalan keluar dari sebuah kesulitan tapi serta merta dengan itu orang lain bahkan baru mau masuk dengan kesulitannya; setelah di dalam, malah nambah-nambah kesulitannya. Belum lagi tingkat kesulitan dari sebuah kesulitan lebih besar dari kemampuan kita mengatasi kesulitannya.

..Kubayangkan untuk memperjuangkan suatu kebaikan harus dengan mengatasi kesulitannya, yang sulitnya minta ampun; sesulit mendirikan tonggak di tempat yang sulit, misalkan itu di padang pasir. Sudah sulit kita menggali lubangnya, tiap kali digali tiap kali pula longsor mempersulitnya. Lalu tonggak kebaikan yang mau kita hunjam dan pancangkan di situ siap-siap menghadapi kesulitan baru.

..Haah! Kesulitan apa lagi itu? Tidak habis-habisnya kau menyanyikan kesulitan, apa pula ini?

..Hei, bukan aku ! Teriakku, sipengatasi kesulitan.

..Tuh lihat sana ! Tidak sulit kan satu persatu tonggak yang sudah sulit payah kau pancangkan dipake bergelantungan orang-orang sisulit(sipembuat-buat kesulitan) itu.

..By : Rahayu Winnet

..NB: Sebuah renungan: memperjuangkan kebaikan dalam dan sebagai sebuah sistem terkadang sesulit mendirikan tiang tiang di padang Sahara, sementara melakukan keburukan segampang merobohkannya satu persatu . Perlu pendekatan sistem yang jitu mengatasinya. Kalau bukan mengecor pangkal tiang itu, kita berusaha bagaimana mem’baik’kan mereka yang mau merobohkannya. Ideal sekali kalau bisa kedua-duanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun