Mohon tunggu...
Di Timur Fajar
Di Timur Fajar Mohon Tunggu... -

Titip salam dari pemilik lapak ini: Aku andaikan mereka dan mereka andaikan aku. Cobalah berempati: merasakan berada pada posisi mereka, maka akan banyak yang bisa kita mengerti dan pahami tentang mereka, tentang kesalahan mereka. Karena kenyataan tidak pernah salah. Tuhan menghadiahi kita akal, bahwa ada kausalitas dalam setiap persoalan. Maka pandai-pandailah menguraikannya." (Rahayu Winette) Jadilah diri sendiri namun tak ada salahnya Anda(i) coba berempati dalam posisi orang lain. (Di Timur Fajar)

Selanjutnya

Tutup

Humor

69). Anekdot: Obama Kecil, Jangan Mimpi Kau!

10 November 2010   04:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:43 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_72267" align="aligncenter" width="300" caption="Satu Permintaan Obama (Google Gambar)"][/caption] (Edisi Lengkap) . . Di sebuah kelas, sekolah SD Menteng Jakarta, Obama kecil penah ditanya cita-citanya setelah besar nanti. . . “Apa cita-cita kamu besar nanti, Berry?” tanya guru wali kelas itu. . . “Saya ingin jadi presiden, bu guru!” jawab Obama dengan mantap. . . Sayang tidak ditanya mau jadi presiden mana dia. Dan itu membuat ada satu Jin (eh, seorang apa seekor ya?) yang lewat, jadi penasaran. Di luar kelas Jin itu mencegat Obama. . . “He bocah hitam, kau diberi satu permintaan, kamu maunya apa? HAHAHA !” . . Bergema suara Jin tersebut menguji nyali anak berambut keriting punya kulit hitam ini. Pikirnya, nekad amat ini anak mau mengusik rezim penguasa (Suharto, waktu itu) yang baru sebentar jadi presiden dari 32 tahun masa berkuasa yang direncanakannya. . . Obama kecil tidak bergidik sedikitpun. Dan malah balik mengejek sang Jin. . . “Kamu jin, bukan? Dengar tidak cita-cita saya waktu di tanya di kelas tadi?” selidik Obama tentang kemampuan gaib mahluk di hadapannya itu. . . Jin itu terperangah kecut, tapi tidak mau kalah dikerjain. . . “Kesempatan ini untuk kamu, makanya saya tidak tanya di kelas, Ok, kamu diberi dua permintaan, sekarang yang kedua !” . . “Saya ingin jadi presiden !” lantang Obama meminta. . . “Itu saya tahu, terus mau jadi Presiden apa? Kamu diberi tiga kesempatan, sekarang yang ketiga !?” . . “Jadi presiden sini, sampeyan!” sahut Obama. [caption id="attachment_72268" align="alignright" width="300" caption="(google gambar)"]

12893620231534446474
12893620231534446474
[/caption] . . “Tidak diterima !” tolak sang jin ketus. . . “Hah, memang gue salah apa?” keluar sepotong logat Betawi Obama. . . “HAHAHA, jangan mimpi kamu bocah kulit hitam ! Sampai empat puluh tahun ke depan, yang kulit luar Jawa saja tidak ‘diterima’ jadi presiden sini! HA Ha ha haha…” sahut jin itu dengan sedih berlalu. . . By : Rahayu Winnet . . NB : Untung Obama kecil ketemu jin itu. Empat puluh tahun kemudian dia membuktikan tekadnya di tempat lain, bahkan di negara lain dari tempat dia dilahirkan. Jadi presiden kulit hitam pertama nomor satu di dunia. Sekarang ini dia sejam lalu bertolak dengan pesawat “Air Force One” dari jagat negeri ini. . . Indonesia dengan reformasi demokrasi yang sistemnya tidak jelas juntrungannya; kapan bisa memberikan satu kesempatan kepada putra terbaiknya untuk jadi pemimpin yang baik untuk semua orang. Itu kalau di depan sana bejubel calon pemimpin dengan politik aji mumpungnya:  mumpung lagi berkuasanya, pesonanya, uangnya, kekuatan premannya, harus putra daerahnya; ketika itu semua membuat mereka belum mau beringsut dari posisi dan ambisinya berebut kesempatan. . . Mari kita benahi sistem di negeri ini biar sedikit dulu lebih baik, dari pada tidak pernah baik selamanya.

Hahaha, ada SMS masuk dari Jin Abrakadabra: "Jangan dihitung dengan kesempatan BJ Habibie sebagai presiden dari luar Jawa. Dia jadi karena kecelakaan reformasi, dari wakil ‘terpaksa’ jadi presiden. Gelombang reformasi akhirnya menuntut dia harus turun tahta beberapa saat kemudian."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun