Mohon tunggu...
Di Timur Fajar
Di Timur Fajar Mohon Tunggu... -

Titip salam dari pemilik lapak ini: Aku andaikan mereka dan mereka andaikan aku. Cobalah berempati: merasakan berada pada posisi mereka, maka akan banyak yang bisa kita mengerti dan pahami tentang mereka, tentang kesalahan mereka. Karena kenyataan tidak pernah salah. Tuhan menghadiahi kita akal, bahwa ada kausalitas dalam setiap persoalan. Maka pandai-pandailah menguraikannya." (Rahayu Winette) Jadilah diri sendiri namun tak ada salahnya Anda(i) coba berempati dalam posisi orang lain. (Di Timur Fajar)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

57) Taruhlah Bibit-Chandra Ternyata Disuap, Dan Biarpun Mereka Terbukti Memeras!

12 Oktober 2010   03:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:30 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_287060" align="aligncenter" width="300" caption="diambil dari google gambar"][/caption]

. . . Mungkin saya kekurangan reference tentang kasus mereka, tetapi ada semacam benang merah yang bisa kita tarik menyikapi kisruh hukum ini. Apa itu deponering, PK, SP2, SP3 dan sp sp lainnya, sebagian dari kita mungkin tidak paham, bahkan tidak lagi menganggapnya penting untuk dipelajari.

. . . Mereka saja yang sudah belajar hukum habis-habisan dibuat tunggang langgang langkahnya menyikapi kasus ini, apatah lagi kita. Apa menambah lagi barisan mereka yang sudah jenuh hukum? Kita yang awam  cuma pengen berkata saja : ayo, kamu uruslah kasus ini wahai orang-orang pintar hukum, jangan ada rekayasa di antara kalian, dan dusta di antara kita !

. . . Kalau banyak dari kita melihat persoalan ini dengan kacamata pandang hitam putih, coba sejenak kita melihatnya berbeda. Apakah yang terjadi di republik ini kalau satu pihak yang menyalahkan(menuntut ) sudah harus benar, lantas pihak yang disalahkan(tersangka) sudah harus salah. Atau sebaliknya: kita berasumsi, yang menuntut ini salah dan yang disangkakan itu kita bela dan yakin dia benar. Intinya ada pihak yang satu benar dan lainnya salah.

. . . Tidak adakah kemungkinan dua-duanya salah. Paling tidak yang satu kurang-lebih salahnya dari yang lain?

. . . Sejauh ini kita terlalu dipatok pada adagium(?) : hanya sapu yang bersih yang bisa membersihkan. Bagaimana kalau sapu yang ada atau yang bisa dipakai pada kotor semua? Apakah sapu yang ‘kotor’ tidak bisa dipakai membuat sesuatu sedikit lebih bersih dari pada tidak disapu sama sekali, karena sapu yang bersih memang tidak ada di situ.

. . . Begitu juga kita teramat berpegang pada peribahasa: sekali lancung ke ujian, seumur hidup kita tak percayai lagi. Lantas dengan pepatah itu kita terlalu berharap KPK harus bersih, sembari kita memaksa satu sistem (peradilan) bisa membuktikan atau membalikkan harapan tersebut.

. . . Baguslah kalau ternyata mereka bersih, tetap ganteng; tidak tercela sedikit pun. Tetapi kalau terbukti mereka bersalah, lantas apa kiamatlah KPK? Lalu bentuk lagi lembaga baru, yang belum korup yang belum sampai kolusi !

. . . Sekali waktu ayo kita sarankan dalam sistem pembuktian peradilan kita: seseorang yang bisa membuktikan dua kesalahan(KKN) orang lain, maka satu kesalahan KKN yang dilakukannya akan diampuni(diputihkan). Maka boleh jadi akan terbongkarlah semua kasus dengan teori efek domino dan mengikuti deret ukur: 2 – 4 – 8 – dst. (Eh, apa deret hitung, ya?)

. . . Bagaimana?

. . . By : Rahayu Winnet, Selasa 12 Oktober 2010

. . . Catatan kecil :

. . . * Jadi taruhlah pak Bibit-Chandra bersalah, KPK harus tetap ada, jalan terus tapi dengan sistem pemberantasan korupsi yang lebih baik: tajam keluar dan transparan ke dalam !

. . . * Disarankan kepada Anda Pak Bibit – Chandra, tampilkanlah wajah berseri-seri tidak takut karena sebentar lagi kalian bisa punya kesempatan membuktikan diri tidak atau bersalah di muka pengadilan, bukan terus dengan wajah bermuram durja.

. . . * Siapa pun nantinya kalian, kami bangga karena kalian telah bersedia menunjukkan kepada bangsa ini, yang benar itu benar adanya dan yang salah itu salah adanya. Kita hanyalah orang yang benar dan salah pada tempatnya. Mari kita benahi tempat(sistem) itu sembari membenahi diri sendiri(sub sistem).

. . . * Baca juga : Taruhlah Susno Duaji bersalah ( Dan Antasari Azhar Pembunuh)

. . . * Wassalam !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun